Menolak Takdir

Wajah murung Emily masih membayangi pikiran. Saat Ainsley menyinggung perihal suami Emily, ekspresi wajah yang tadinya ceria itu berubah seketika. Ainsley menyimpulkan bahwa masalah yang tengah dihadapi Emily ada kaitannya dengan pria yang sudah menjadi suami Emily sekarang.

Rasa khawatir mendorong Ainsley untuk mencari lebih lanjut mengenai perusahaan besar yang selama ini selalu digadang-gadang oleh banyak orang itu. Melalui ponselnya nama Hughes Property pun diketik.

Sejumlah informasi keluar menampilkan produk berkualitas. Tidak ada informasi yang bisa membantu Ainsley untuk menemukan jawaban atas apa yang ingin diketahuinya. Bahkan tidak ada data mengenai pemilik bisnis besar itu.

Informasi yang seakan-akan ditutupi menambah kecurigaan. Ainsley mencoba mengingat siapa nama suami Emily, berharap dari nama itu bisa mendapatkan informasi menarik. Akan tetapi hal sepenting itu tidak bisa diingatnya dengan jelas, sehingga Ainsley memutuskan untuk mencari tau melalui orang yang selalu memiliki segudang informasi yaitu Juni.

"Tumben sekali kau meneleponku malam-malam begini. Ada apa?"

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Apa kau tau mengenai Hughes Property?"

"Waa.. Perusahaan terkenal itu? Aku punya beberapa produknya di rumah. Kau tau? Kualitasnya sangat bagus!! dan juga.."

"Siapa pemiliknya? Aku tidak menemukannya." sela Ainsley hanya ingin mendapatkan nama suami Emily.

"Oh! Mereka sangat sensitif soal privasi, Ley. Aku juga tidak bisa menemukan informasi yang detail mengenai mereka. Ah! Tapi aku pernah mendengar namanya di salah satu stasiun tv. Kalau tidak salah namanya.." berpikir sejenak.

Selang beberapa saat kemudian Juni kembali bersuara, "Zack Hughes! Ya! Namanya Zack Hughes! Mereka bilang dia sangat tampan dan ka.."

Ainsley segera mematikan sambungan telepon setelah mendapatkan nama yang dibutuhkan. Langsung saja jemarinya mengetik kembali. Lama menunggu tetapi hal aneh lainnya semakin mengusik pikiran. Tidak ada informasi apa pun mengenai nama itu.

***

Emily memberikan kecupan di dahi dan bibir suaminya yang masih terlelap. Sebelum pergi Emily menatapnya sebentar dan membisikkan bahwa dirinya sangat mencintai suaminya.

Masih dalam keadaan tertidur, Zack mengulas sebuah senyuman di wajah. Di dalam tidur Zack memimpikan hal yang serupa dengan apa yang Emily lakukan tadinya. Dengan mata yang berbinar Emily mengecup dan menyatakan perasaan padanya seperti saat pernikahan mereka.

Beberapa lama kemudian Zack terbangun. Setengah sadar kepalanya menengok-nengok ke kiri dan ke kanan mencari Emily. Jam tangan pun diraih dan saat dilihat jarum jam panjang sudah berada di angka 9. Zack yang harus segera berangkat ke luar kota pagi itu segera bersiap-siap.

Setelah selesai, Zack menuruni anak tangga. Matanya masih mencari-cari Emily yang keberadaannya masih belum diketahui sampai detik ini. Zack pun menanyakannya pada salah satu pelayan di rumah. Ternyata Emily sudah pergi sekitar 1 jam yang lalu. Tanpa memberitahukan padanya lagi.

"Besok akan ada acara penyambutan. Persiapkan apa saja yang Emily butuhkan."

"Baik, tuan."

Di perjalanan Zack masih terpikir akan sikap aneh istrinya. Zack mulai menelaah hal berat apa yang menjadi masalah di hubungan mereka. Di dalam pemikirannya, dugaan jika surat kerja sama dengan perusahaan ayah Emily adalah akar dari permasalahan mereka.

Zack yang sudah jenuh berada dalam situasi di mana Emily bukan lagi seperti dulu, pada akhirnya menghubungi orang di kantor dan memerintahkan salah satu pegawai, agar mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan kerja sama perusahaan ayahnya Emily dan dokumen tersebut sudah harus sampai di mejanya besok pagi.

Ada satu kekhawatiran lagi yang belum dibereskan. Kecurigaannya mengenai kemana perginya Emily masih menyisakan tanda tanya besar. Emily selalu menghilang entah kemana. Oleh sebab itu sebagai seorang suami yang khawatir kepada istrinya, James pun diperintahkan untuk membuntuti Emily.

***

Hari ini untuk yang kesekian kalinya, Emily menginjakkan kaki di sebuah rumah sakit. Ruangan yang dikunjungi juga sama seperti hari-hari sebelumnya. Kamar pasien yang mana seorang wanita paruh baya ada di dalamnya.

"Kau masih datang kemari?! Harus berapa kali aku mengatakannya padamu agar kau bisa mengerti?!"

"Bibi, aku datang kemari bukan untuk hal itu. Aku hanya ingin membawamu pergi jalan-jalan."

"Aku tidak ingin kemana-mana."

"Menghirup udara segar bagus untuk memulihkan kesehatanmu. Ayolah, bibi. Aku akan menemanimu."

Emily berhasil membujuk bibinya untuk pergi jalan-jalan bersama, meskipun tidak mudah karena bibinya selalu menolak. Emily harus merengek terus-menerus supaya keinginannya tercapai. Menjadikan tangan sebagai topangan untuk membantu bibinya berjalan, mereka pun menyusuri koridor rumah sakit.

"Aku tidak tau bagaimana harus menghadapi adikku nanti. Aku sudah mengambil apa yang seharusnya menjadi milikmu dan aku menyesal karena tidak merawatmu dengan baik. Akibat ulahku sendiri kini aku tidak memiliki apa-apa lagi." menangis.

"Jangan dipikirkan lagi, bibi. Semuanya sudah berlalu. Mengenai biaya pengobatan biar aku yang mengurusnya. Bibi hanya perlu beristirahat agar cepat pulih."

"Terima kasih, Emily. Bibi berutang banyak padamu." menggenggam tangan Emily.

Ketika mereka akan menuruni tangga, tiba-tiba Emily didorong sangat kuat sehingga membuatnya langsung jatuh ke bawah. Sebelum itu kepalanya membentur dinding dengan sangat keras. Benturan itu mengakibatkan darah mengalir dari kepalanya. Emily tergeletak dalam genangan darah.

Emily ingin bangkit, tetapi tubuhnya tidak bisa digerakkan. Seluruh tubuhnya seakan mati rasa dan kesadarannya perlahan memudar. Di detik-detik hilangnya kesadaran, Emily berusaha keras mengangkat tangan dan meminta tolong pada mereka yang hanya berdiri melihat dirinya.

Menyaksikan sesuatu yang mengerikan terjadi di depan mata, sang bibi membeku di tempat. Kedua kakinya tiba-tiba kehilangan tenaga. Keringat dingin juga bercucuran membasahi tubuh. Sang bibi segera turun setelah Emily meminta pertolongan.

"Kau akan sama mengenaskannya jika melangkah lagi."

Seorang pria berjalan ke arah sang bibi sembari memegang pisau. Sang bibi pun menghindar dan dengan langkah pincangnya berlari menjauhi mereka hingga mencapai kamarnya. Sang bibi mengunci diri dan berteriak histeris seperti orang gila.

Di sisi lain sang suster yang juga menyaksikan kejadian itu terduduk lesu. Kondisinya kurang lebih sama dengan wanita yang berlari tadi. Napasnya tercekat saat sebilah pisau ditodongkan ke lehernya. Pisau tajam itu membuat darah mengalir di sana.

***

Di akhir pertemuan yang mana sebelumnya selama berjam-jam berbicara mengenai bisnis, Zack dibawa oleh kliennya ke salah satu restoran untuk menyantap makan malam. Kliennya mengatakan bahwa restoran tersebut sangat terkenal akan hidangannya.

Sambil menyantap makanan, kliennya memuji ketampanan dan juga memuji kepintaran Zack dalam mengelola 2 bisnis besar sekaligus. Hingga akhirnya perbincangan sampai pada perjodohan secara tidak langsung, yang mana sang klien memberi saran agar putrinya bisa menemani Zack berkeliling besok di kota itu.

Dering telepon dari Alvin menghentikan pembicaraan mereka. Zack segera keluar untuk menerima panggilan tersebut. Tanpa alasan yang jelas Alvin menyuruh Zack untuk pulang secepatnya. Zack tidak mungkin kembali hanya karena Alvin yang menyuruhnya, namun kalimat selanjutnya sangat mengejutkan Zack.

"Nyawa istrimu tidak bisa diselamatkan lagi."

Zack membanting stirnya malam itu juga. Meninggalkan klien terbengong sendirian di restoran. Meski tidak percaya dengan apa yang didengar barusan, tetapi Zack tetap bertekad untuk sampai di rumah secepatnya karena dirinya sangat ingin bertemu dan memeluk istrinya itu.

Sekitar jam 3 pagi Zack tiba di kediamannya. Pelayan rumah, polisi, James, dan Alvin sudah lebih dulu ada di sana. Mereka berkumpul dalam satu kelompok. Kata duka tidak luput dari ekspresi wajah mereka.

Zack disambut oleh James dan Alvin. Tubuhnya dirangkul layaknya seseorang yang sedang ditimpa kemalangan. Kemudian dengan dituntun oleh mereka, Zack masuk ke dalam rumah.

Berita dari Alvin benar adanya. Seonggok tubuh ditutupi oleh kain berwarna putih terbujur kaku di tengah rumah. Saat kain dibuka tampak Emily yang kini sedang memejamkan mata. Wajah Emily pucat dan tubuh Emily sangat dingin.

Zack bersimpuh di lantai. Tubuhnya lemas tidak bertenaga. Air mata menetes satu persatu saat menatap jasad istrinya. Zack masih bisa melihat segores senyuman di wajah Emily.

"Ini hasil yang selama ini kau kerjakan? Diam-diam pergi di belakangku dan sekarang kau tersenyum meninggalkanku?" mengguncang tubuh Emily.

Emosi yang tidak stabil membuat James dan Alvin harus memisahkan 2 orang itu. Mereka membawa Zack masuk ke sebuah ruangan di lantai atas. Di sana Zack langsung mengeluarkan segala kesedihan atas kepergian Emily. Sedangkan James dan Alvin hanya bisa diam mendengarkan tangisan tuannya yang mana baru kali ini mereka dengar.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Zack setelah sedikit tenang.

"Saya segera mencari nyonya setelah tuan memberi perintah. Tidak saya sangka jika nyonya berada di sebuah rumah sakit. Seorang pasien yang lebih dulu menemukan nyonya.." kalimat James terhenti karena tidak sanggup menahan air mata.

"Setelah diperiksa, Emily sudah wafat tiga jam sebelum ditemukan." sambung Alvin.

"Kami baru saja menikah. Bagaimana bisa Emily pergi begitu cepat?"

"Saat memeriksa CCTV Casa Felise, kami melihat ada sesuatu yang aneh di apartemenmu. Hari ini pagi buta sekali Emily masuk ke ruang kerjamu. Ah! Maafkan kami. Terpaksa kami harus membobol apartemenmu untuk mendapatkan ini." menyerahkan sepucuk surat.

Zack membuka lipatan kertas itu. Baru saja mulai membaca, hatinya berdesir ketika matanya bertemu kata pertama di dalam surat. Zack terbayang akan kertas gambar yang disimpannya dalam laci.

"Aku menemukannya di lacimu. Di atas kertas gambar yang kau buat. Bukankah itu aneh? Hipotesisku, Emily sudah menyadari kalau gambar yang kau buat itu adalah adiknya."

"Adiknya? Ainsley adiknya Emily?" tercengang.

"Tuan, sebenarnya ada hal yang harus saya katakan pada tuan. Sewaktu pernikahan tuan dengan nyonya Emily, saya mendapatkan informasi baru. Hari itu saya ingin mengatakan kalau nyonya Emily memiliki adik yang namanya sama dengan anak perempuan yang tuan cari. Maafkan kami, tuan. Tanpa sepengetahuan tuan, kami tetap menyelidikinya."

"Kau main-main denganku?" mencengkram kerah baju James.

"Maafkan saya, tuan." menunduk takut.

"Kau yang menyuruh kami untuk berhenti mencari tau tentangnya." Alvin menyingkirkan tangan Zack dari kakaknya.

Suara mobil menderu di pekarangan rumah. Dari jendela mereka melihat siapa yang datang. Aaron dan Vivienne serta disusul oleh keluarga Zack lainnya tampak keluar dari mobil. Selain itu tanpa mereka sadari, selama mereka berbincang-bincang karangan bunga telah berjejer rapi di luar sana.

"Tinggalkan aku sendiri."

Perintah itu langsung dijalankan oleh James dan Alvin. Mereka berdiri di luar menunggu perintah selanjutnya dari Zack. Mereka juga berjaga-jaga jika Zack membutuhkan mereka di tengah kesedihan yang mendalam.

"Haruskah kita menghubungi adiknya Emily, James?"

"Ya. Kita memang harus menghubungi nona Ainsley."

Di karenakan ponsel Emily disimpan sebagai barang bukti oleh kepolisian, akhirnya Alvin terpaksa harus meretas perangkat telepon Emily. Setelah berhasil diretas, kabar kematian Emily diberitahukan pada Ainsley.

***

Semua mahasiswa baru berkumpul di aula untuk mendengarkan pengarahan. Aula dipenuhi oleh mahasiswa yang lulus ujian seleksi. Mereka duduk di tempat yang sudah disediakan. Suasana yang tadinya ramai seketika menjadi hening saat protokol memulai acara.

"Selamat datang mahasiswa baru Art University!!" disambut oleh tepuk tangan seluruh mahasiswa baru.

Ainsley yang tadinya sangat antusias mendengar arahan tiba-tiba terlihat gelisah. Ponselnya terus-menerus bergetar, meskipun Ainsley sudah berulang kali menolak panggilan. Hal itu disadari oleh Juni dan membuat Juni bertanya mengapa Ainsley begitu gelisah.

Ainsley memperlihatkan ponsel yang masih bergetar itu pada Juni. Lantas Juni menyarankan untuk mengirim pesan saja dibandingkan mengangkat telepon yang sudah pasti nanti akan ketahuan oleh banyak orang.

Seperti saran Juni, pesan pun dikirimkan pada Emily berharap kakaknya itu mengerti kalau dirinya sedang tidak bisa menerima telepon. Setelah itu Ainsley mendengarkan arahan kembali.

5 menit kemudian ponselnya bergetar lagi. Ainsley sangat kesal lantaran harus berulang kali mengeluarkan dan menyimpan ponselnya. Kekesalan membawanya untuk segera melihat kepentingan apa yang Emily maksud sehingga harus mengganggu terus-menerus.

Alangkah terkejutnya Ainsley saat melihat isi pesan dari Emily. Tanpa pikir panjang Ainsley segera berdiri meninggalkan aula. Tidak menghiraukan orang-orang yang melihat ke arahnya dan sorakan Juni yang memanggil-manggil namanya. Di dalam pikirannya saat itu hanya ada bagaimana cara agar bisa bertemu Emily secepatnya.

Sesuai alamat yang diberikan oleh Emily di kafe kemarin, Ainsley berhasil sampai di depan gerbang sebuah rumah. Baru di depan gerbang Ainsley sudah sangat takut meneruskan langkah. Ainsley takut jika berita itu benar dan takut tidak bisa menerima kenyataan.

Juni yang masih berada di dekat Ainsley menggengam erat tangan temannya itu. Juni sangat yakin untuk menemani Ainsley dan melihat apa yang ada dibalik gerbang.

Rumah yang mereka datangi tampak ramai. Untuk masuk ke dalam rumah saja mereka harus menerobos orang-orang yang menutupi pintu masuk. Perlahan tapi pasti jalan masuk mulai terbuka seiring kedatangan mereka disadari oleh para penghuni rumah.

Ketakutan kembali hadir meliputi diri. Tangan yang gemetar dan seakan ragu itu membuka kain yang menutupi wajah seseorang di dalamnya. Tangisan semakin tidak terbendung lagi ketika Ainsley melihat siapa sebenarnya orang tersebut.

"Kau sedang tidak membalas keusilanku, bukan? Ini semua tidak benar, bukan? Katakan padaku kalau kau hanya berpura-pura!" memeluk dan mengguncang tubuh Emily.

Tidak mendapatkan respon apa-apa, Ainsley kembali bersuara, "Kau menang! Aku sudah terkecoh. Jadi cepatlah bangun! Aku berjanji untuk tidak mengusilimu lagi! Aku berjanji! Bangun, Mily!"

Terpopuler

Comments

Aas Asmawati

Aas Asmawati

yaaah.. ko Emily nya meninggal thor kejam .. jadi gk seruuu... 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

2020-12-17

2

🥀 Ze RANGGA DH🥀🔓💎

🥀 Ze RANGGA DH🥀🔓💎

woh nyesek 😭😭😭😭😭😭

2020-12-14

1

Lilis Sugiarti

Lilis Sugiarti

😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

2020-12-05

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: Selimut Kesedihan
2 Episode 2: Membenahi Kehidupan
3 Episode 3: Duplikat Hati
4 Episode 4: Kenangan Lama
5 Episode 5: Kebahagiaan Emily
6 Episode 6: Teman Baru
7 Rahasia Tersembunyi
8 Menolak Takdir
9 Pertemuan Duka
10 Kabar Buruk
11 Berteman Sepi
12 Gaun Pernikahan
13 Angin Lewat
14 Pria Bule
15 Episode 15: Salah Makan
16 Seorang Pencuri
17 Berita Penting
18 Terpaksa Berbohong
19 Situasi Rumit
20 Pria Tua
21 Bisnis Perjodohan
22 Terlambat Pulang
23 Khalayak Ramai
24 Melewati Bersama
25 Memastikan Hati
26 Melindungi Harapan
27 Pemandangan Langka
28 Cangkang Siput
29 Hadiah Penyesalan
30 Mencuri Start
31 Sebuah Kesalahan
32 Menahan Diri
33 Bintang Kecil
34 Menggoda Kekasih
35 Mengulur Waktu
36 Kartu Nama
37 Wanita Lain
38 Secarik Kertas
39 Tolong Aku!
40 Bunga Tulip
41 Efek Lampau
42 Rasa Bersalah
43 Obat Penawar
44 Salah Paham
45 Penderitaan Robin
46 Strategi Penjualan
47 Menanti Pertemuan
48 Mengingkari Janji
49 Takut Kecoak
50 Bersembunyi
51 Pesta Kecil
52 Ancaman Kepemilikan
53 Dansa
54 Kecemburuan
55 Jadwal Egois
56 Mogok Makan
57 Salmon Sushi
58 Cookies
59 Bertemu Juni
60 Dunia Baru
61 Menarik Perhatian
62 Kejutan
63 Episode 63: Pengacau
64 Episode 64: Keburaman
65 Buta
66 Episode 66: Karma
67 Kambuh
68 Syarat
69 Lepas
70 Kehilangan Arah
71 Pulang
72 Mi
73 Tamu Pertama
74 Posisi
75 Terancam
76 Diculik Ibu Tiri
77 Siapa Catrin?
78 Episode 78: Mengasuh Eilaria
79 Kesalahan Aaron
80 Kepergian Jeslyn
81 Terlambat Sadar
82 Menjadi Parasit
83 Perkara Ponsel
84 Menyelamatkan Catrin
85 Kesiaan Rindu
86 Mengasihani Diri
87 Rencana Lidya
88 Berpura-pura Bahagia
89 Jalan Keluar
90 Perseteruan Lama
91 Memulai Kembali
92 Penyamaran Ke-2
93 Tanpa Rencana
94 Benang Merah
95 Tamu Lain
96 Orang Kaya
97 Selamat Tidur
98 Episode 98: Wali Terhormat
99 Tuan & Nona
100 Lelucon Daun
101 Kepala Keluarga
102 Sandaran Bahu
103 Berbagi Hati
104 Seorang Kakak
105 Meminjam Nama
106 Tanpa Jejak
107 Gudang Kosong
108 Pakaian Sempit
109 Satu Atap
110 Dalang Kegelisahan
111 Ingin Pulang
112 Rumah Lama
113 Pasangan Favorit
114 Pil Pelukan
115 Menebak Kalimat
116 Detik Berharga
117 Provokator Asmara
118 Melenyapkan Egois
119 Bahu Sandaran
120 Jiwa Jomlo
121 Bulan Penumbra
122 Penjara Abadi
123 Pengalihan Tahta
124 Nenek
125 Terima Kasih
126 Penting!
127 Episode 1: Meminta Saran
128 Episode 2: Berdamai
129 Episode 3: Kencan Buta
130 Episode 4: Kacamata Hitam
131 Episode 5: Tempat Semula
132 Episode 6: Sekretaris Pribadi
133 Episode 7: Pertemuan Rahasia
134 Episode 8: Membangunkan Gavin
135 Episode 9: Menjalin Waktu
136 Episode 10: Pekerjaan Alea
137 Episode 11: Lembur
138 Episode 12: Larut Malam
139 Episode 13: Tanda Bahaya
140 Episode 14: Kehilangan Pegawai
141 Episode 15: Bertamu
142 Episode 16: Dilema
143 Episode 17: Sebuah Tamparan
144 Episode 18: Terikat Berita
145 Episode 19: Ingin Berkunjung
146 Episode 20: Kebohongan Besar
147 Episode 21: Menyatakan Perasaan
148 Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149 Episode 23: Nyctophobia
150 Episode 24: Penolakan Keras
151 Episode 25: Genggaman Tangan
152 Episode 26: Liburan
153 Episode 27: Kemarahan Ainsley
154 Episode 28: Tempat Tidur
155 Episode 29: Mencari Nayra
156 Episode 30: Pengharapan
157 Episode 31: Menceburkan Diri
158 Episode 32: Wanita Aneh
159 Episode 33: Salah Kira
160 Episode 34: Hamil
161 Episode 35: Makan Siang Keluarga
162 Episode 36: Pertemuan Kembali
163 Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164 Episode 38: Flashback
165 Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166 Episode 40: Berusaha Bangkit
167 Episode 41: Hubungan Khusus
168 Episode 42: Kemustahilan
169 Episode 43: Satu Persen
170 Episode 44: Kiriman Bunga
171 Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172 Episode 46: Terperangkap Hujan
173 Episode 47: Hak Milik
174 Episode 48: Api Kecemburuan
175 Episode 49: Keputusan Willy
176 Episode 50: Keinginan Nayra
177 Episode 51: Obsesi
178 Episode 52: Rumah Nayra
179 Episode 53: Pengaruh Alkohol
180 Episode 54: Penggemar Fanatik
181 Episode 55: Melamar
182 Episode 56: Persiapan Pernikahan
183 Episode 57: Pernikahan
184 Episode 58: Dua Pilihan
185 Episode 59: Waktu Berdua
186 Episode Khusus: Happy Anniversary
187 Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188 Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189 Dear Pembaca
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Episode 1: Selimut Kesedihan
2
Episode 2: Membenahi Kehidupan
3
Episode 3: Duplikat Hati
4
Episode 4: Kenangan Lama
5
Episode 5: Kebahagiaan Emily
6
Episode 6: Teman Baru
7
Rahasia Tersembunyi
8
Menolak Takdir
9
Pertemuan Duka
10
Kabar Buruk
11
Berteman Sepi
12
Gaun Pernikahan
13
Angin Lewat
14
Pria Bule
15
Episode 15: Salah Makan
16
Seorang Pencuri
17
Berita Penting
18
Terpaksa Berbohong
19
Situasi Rumit
20
Pria Tua
21
Bisnis Perjodohan
22
Terlambat Pulang
23
Khalayak Ramai
24
Melewati Bersama
25
Memastikan Hati
26
Melindungi Harapan
27
Pemandangan Langka
28
Cangkang Siput
29
Hadiah Penyesalan
30
Mencuri Start
31
Sebuah Kesalahan
32
Menahan Diri
33
Bintang Kecil
34
Menggoda Kekasih
35
Mengulur Waktu
36
Kartu Nama
37
Wanita Lain
38
Secarik Kertas
39
Tolong Aku!
40
Bunga Tulip
41
Efek Lampau
42
Rasa Bersalah
43
Obat Penawar
44
Salah Paham
45
Penderitaan Robin
46
Strategi Penjualan
47
Menanti Pertemuan
48
Mengingkari Janji
49
Takut Kecoak
50
Bersembunyi
51
Pesta Kecil
52
Ancaman Kepemilikan
53
Dansa
54
Kecemburuan
55
Jadwal Egois
56
Mogok Makan
57
Salmon Sushi
58
Cookies
59
Bertemu Juni
60
Dunia Baru
61
Menarik Perhatian
62
Kejutan
63
Episode 63: Pengacau
64
Episode 64: Keburaman
65
Buta
66
Episode 66: Karma
67
Kambuh
68
Syarat
69
Lepas
70
Kehilangan Arah
71
Pulang
72
Mi
73
Tamu Pertama
74
Posisi
75
Terancam
76
Diculik Ibu Tiri
77
Siapa Catrin?
78
Episode 78: Mengasuh Eilaria
79
Kesalahan Aaron
80
Kepergian Jeslyn
81
Terlambat Sadar
82
Menjadi Parasit
83
Perkara Ponsel
84
Menyelamatkan Catrin
85
Kesiaan Rindu
86
Mengasihani Diri
87
Rencana Lidya
88
Berpura-pura Bahagia
89
Jalan Keluar
90
Perseteruan Lama
91
Memulai Kembali
92
Penyamaran Ke-2
93
Tanpa Rencana
94
Benang Merah
95
Tamu Lain
96
Orang Kaya
97
Selamat Tidur
98
Episode 98: Wali Terhormat
99
Tuan & Nona
100
Lelucon Daun
101
Kepala Keluarga
102
Sandaran Bahu
103
Berbagi Hati
104
Seorang Kakak
105
Meminjam Nama
106
Tanpa Jejak
107
Gudang Kosong
108
Pakaian Sempit
109
Satu Atap
110
Dalang Kegelisahan
111
Ingin Pulang
112
Rumah Lama
113
Pasangan Favorit
114
Pil Pelukan
115
Menebak Kalimat
116
Detik Berharga
117
Provokator Asmara
118
Melenyapkan Egois
119
Bahu Sandaran
120
Jiwa Jomlo
121
Bulan Penumbra
122
Penjara Abadi
123
Pengalihan Tahta
124
Nenek
125
Terima Kasih
126
Penting!
127
Episode 1: Meminta Saran
128
Episode 2: Berdamai
129
Episode 3: Kencan Buta
130
Episode 4: Kacamata Hitam
131
Episode 5: Tempat Semula
132
Episode 6: Sekretaris Pribadi
133
Episode 7: Pertemuan Rahasia
134
Episode 8: Membangunkan Gavin
135
Episode 9: Menjalin Waktu
136
Episode 10: Pekerjaan Alea
137
Episode 11: Lembur
138
Episode 12: Larut Malam
139
Episode 13: Tanda Bahaya
140
Episode 14: Kehilangan Pegawai
141
Episode 15: Bertamu
142
Episode 16: Dilema
143
Episode 17: Sebuah Tamparan
144
Episode 18: Terikat Berita
145
Episode 19: Ingin Berkunjung
146
Episode 20: Kebohongan Besar
147
Episode 21: Menyatakan Perasaan
148
Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149
Episode 23: Nyctophobia
150
Episode 24: Penolakan Keras
151
Episode 25: Genggaman Tangan
152
Episode 26: Liburan
153
Episode 27: Kemarahan Ainsley
154
Episode 28: Tempat Tidur
155
Episode 29: Mencari Nayra
156
Episode 30: Pengharapan
157
Episode 31: Menceburkan Diri
158
Episode 32: Wanita Aneh
159
Episode 33: Salah Kira
160
Episode 34: Hamil
161
Episode 35: Makan Siang Keluarga
162
Episode 36: Pertemuan Kembali
163
Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164
Episode 38: Flashback
165
Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166
Episode 40: Berusaha Bangkit
167
Episode 41: Hubungan Khusus
168
Episode 42: Kemustahilan
169
Episode 43: Satu Persen
170
Episode 44: Kiriman Bunga
171
Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172
Episode 46: Terperangkap Hujan
173
Episode 47: Hak Milik
174
Episode 48: Api Kecemburuan
175
Episode 49: Keputusan Willy
176
Episode 50: Keinginan Nayra
177
Episode 51: Obsesi
178
Episode 52: Rumah Nayra
179
Episode 53: Pengaruh Alkohol
180
Episode 54: Penggemar Fanatik
181
Episode 55: Melamar
182
Episode 56: Persiapan Pernikahan
183
Episode 57: Pernikahan
184
Episode 58: Dua Pilihan
185
Episode 59: Waktu Berdua
186
Episode Khusus: Happy Anniversary
187
Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188
Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189
Dear Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!