Wajah murung Emily masih membayangi pikiran. Saat Ainsley menyinggung perihal suami Emily, ekspresi wajah yang tadinya ceria itu berubah seketika. Ainsley menyimpulkan bahwa masalah yang tengah dihadapi Emily ada kaitannya dengan pria yang sudah menjadi suami Emily sekarang.
Rasa khawatir mendorong Ainsley untuk mencari lebih lanjut mengenai perusahaan besar yang selama ini selalu digadang-gadang oleh banyak orang itu. Melalui ponselnya nama Hughes Property pun diketik.
Sejumlah informasi keluar menampilkan produk berkualitas. Tidak ada informasi yang bisa membantu Ainsley untuk menemukan jawaban atas apa yang ingin diketahuinya. Bahkan tidak ada data mengenai pemilik bisnis besar itu.
Informasi yang seakan-akan ditutupi menambah kecurigaan. Ainsley mencoba mengingat siapa nama suami Emily, berharap dari nama itu bisa mendapatkan informasi menarik. Akan tetapi hal sepenting itu tidak bisa diingatnya dengan jelas, sehingga Ainsley memutuskan untuk mencari tau melalui orang yang selalu memiliki segudang informasi yaitu Juni.
"Tumben sekali kau meneleponku malam-malam begini. Ada apa?"
"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Apa kau tau mengenai Hughes Property?"
"Waa.. Perusahaan terkenal itu? Aku punya beberapa produknya di rumah. Kau tau? Kualitasnya sangat bagus!! dan juga.."
"Siapa pemiliknya? Aku tidak menemukannya." sela Ainsley hanya ingin mendapatkan nama suami Emily.
"Oh! Mereka sangat sensitif soal privasi, Ley. Aku juga tidak bisa menemukan informasi yang detail mengenai mereka. Ah! Tapi aku pernah mendengar namanya di salah satu stasiun tv. Kalau tidak salah namanya.." berpikir sejenak.
Selang beberapa saat kemudian Juni kembali bersuara, "Zack Hughes! Ya! Namanya Zack Hughes! Mereka bilang dia sangat tampan dan ka.."
Ainsley segera mematikan sambungan telepon setelah mendapatkan nama yang dibutuhkan. Langsung saja jemarinya mengetik kembali. Lama menunggu tetapi hal aneh lainnya semakin mengusik pikiran. Tidak ada informasi apa pun mengenai nama itu.
***
Emily memberikan kecupan di dahi dan bibir suaminya yang masih terlelap. Sebelum pergi Emily menatapnya sebentar dan membisikkan bahwa dirinya sangat mencintai suaminya.
Masih dalam keadaan tertidur, Zack mengulas sebuah senyuman di wajah. Di dalam tidur Zack memimpikan hal yang serupa dengan apa yang Emily lakukan tadinya. Dengan mata yang berbinar Emily mengecup dan menyatakan perasaan padanya seperti saat pernikahan mereka.
Beberapa lama kemudian Zack terbangun. Setengah sadar kepalanya menengok-nengok ke kiri dan ke kanan mencari Emily. Jam tangan pun diraih dan saat dilihat jarum jam panjang sudah berada di angka 9. Zack yang harus segera berangkat ke luar kota pagi itu segera bersiap-siap.
Setelah selesai, Zack menuruni anak tangga. Matanya masih mencari-cari Emily yang keberadaannya masih belum diketahui sampai detik ini. Zack pun menanyakannya pada salah satu pelayan di rumah. Ternyata Emily sudah pergi sekitar 1 jam yang lalu. Tanpa memberitahukan padanya lagi.
"Besok akan ada acara penyambutan. Persiapkan apa saja yang Emily butuhkan."
"Baik, tuan."
Di perjalanan Zack masih terpikir akan sikap aneh istrinya. Zack mulai menelaah hal berat apa yang menjadi masalah di hubungan mereka. Di dalam pemikirannya, dugaan jika surat kerja sama dengan perusahaan ayah Emily adalah akar dari permasalahan mereka.
Zack yang sudah jenuh berada dalam situasi di mana Emily bukan lagi seperti dulu, pada akhirnya menghubungi orang di kantor dan memerintahkan salah satu pegawai, agar mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan kerja sama perusahaan ayahnya Emily dan dokumen tersebut sudah harus sampai di mejanya besok pagi.
Ada satu kekhawatiran lagi yang belum dibereskan. Kecurigaannya mengenai kemana perginya Emily masih menyisakan tanda tanya besar. Emily selalu menghilang entah kemana. Oleh sebab itu sebagai seorang suami yang khawatir kepada istrinya, James pun diperintahkan untuk membuntuti Emily.
***
Hari ini untuk yang kesekian kalinya, Emily menginjakkan kaki di sebuah rumah sakit. Ruangan yang dikunjungi juga sama seperti hari-hari sebelumnya. Kamar pasien yang mana seorang wanita paruh baya ada di dalamnya.
"Kau masih datang kemari?! Harus berapa kali aku mengatakannya padamu agar kau bisa mengerti?!"
"Bibi, aku datang kemari bukan untuk hal itu. Aku hanya ingin membawamu pergi jalan-jalan."
"Aku tidak ingin kemana-mana."
"Menghirup udara segar bagus untuk memulihkan kesehatanmu. Ayolah, bibi. Aku akan menemanimu."
Emily berhasil membujuk bibinya untuk pergi jalan-jalan bersama, meskipun tidak mudah karena bibinya selalu menolak. Emily harus merengek terus-menerus supaya keinginannya tercapai. Menjadikan tangan sebagai topangan untuk membantu bibinya berjalan, mereka pun menyusuri koridor rumah sakit.
"Aku tidak tau bagaimana harus menghadapi adikku nanti. Aku sudah mengambil apa yang seharusnya menjadi milikmu dan aku menyesal karena tidak merawatmu dengan baik. Akibat ulahku sendiri kini aku tidak memiliki apa-apa lagi." menangis.
"Jangan dipikirkan lagi, bibi. Semuanya sudah berlalu. Mengenai biaya pengobatan biar aku yang mengurusnya. Bibi hanya perlu beristirahat agar cepat pulih."
"Terima kasih, Emily. Bibi berutang banyak padamu." menggenggam tangan Emily.
Ketika mereka akan menuruni tangga, tiba-tiba Emily didorong sangat kuat sehingga membuatnya langsung jatuh ke bawah. Sebelum itu kepalanya membentur dinding dengan sangat keras. Benturan itu mengakibatkan darah mengalir dari kepalanya. Emily tergeletak dalam genangan darah.
Emily ingin bangkit, tetapi tubuhnya tidak bisa digerakkan. Seluruh tubuhnya seakan mati rasa dan kesadarannya perlahan memudar. Di detik-detik hilangnya kesadaran, Emily berusaha keras mengangkat tangan dan meminta tolong pada mereka yang hanya berdiri melihat dirinya.
Menyaksikan sesuatu yang mengerikan terjadi di depan mata, sang bibi membeku di tempat. Kedua kakinya tiba-tiba kehilangan tenaga. Keringat dingin juga bercucuran membasahi tubuh. Sang bibi segera turun setelah Emily meminta pertolongan.
"Kau akan sama mengenaskannya jika melangkah lagi."
Seorang pria berjalan ke arah sang bibi sembari memegang pisau. Sang bibi pun menghindar dan dengan langkah pincangnya berlari menjauhi mereka hingga mencapai kamarnya. Sang bibi mengunci diri dan berteriak histeris seperti orang gila.
Di sisi lain sang suster yang juga menyaksikan kejadian itu terduduk lesu. Kondisinya kurang lebih sama dengan wanita yang berlari tadi. Napasnya tercekat saat sebilah pisau ditodongkan ke lehernya. Pisau tajam itu membuat darah mengalir di sana.
***
Di akhir pertemuan yang mana sebelumnya selama berjam-jam berbicara mengenai bisnis, Zack dibawa oleh kliennya ke salah satu restoran untuk menyantap makan malam. Kliennya mengatakan bahwa restoran tersebut sangat terkenal akan hidangannya.
Sambil menyantap makanan, kliennya memuji ketampanan dan juga memuji kepintaran Zack dalam mengelola 2 bisnis besar sekaligus. Hingga akhirnya perbincangan sampai pada perjodohan secara tidak langsung, yang mana sang klien memberi saran agar putrinya bisa menemani Zack berkeliling besok di kota itu.
Dering telepon dari Alvin menghentikan pembicaraan mereka. Zack segera keluar untuk menerima panggilan tersebut. Tanpa alasan yang jelas Alvin menyuruh Zack untuk pulang secepatnya. Zack tidak mungkin kembali hanya karena Alvin yang menyuruhnya, namun kalimat selanjutnya sangat mengejutkan Zack.
"Nyawa istrimu tidak bisa diselamatkan lagi."
Zack membanting stirnya malam itu juga. Meninggalkan klien terbengong sendirian di restoran. Meski tidak percaya dengan apa yang didengar barusan, tetapi Zack tetap bertekad untuk sampai di rumah secepatnya karena dirinya sangat ingin bertemu dan memeluk istrinya itu.
Sekitar jam 3 pagi Zack tiba di kediamannya. Pelayan rumah, polisi, James, dan Alvin sudah lebih dulu ada di sana. Mereka berkumpul dalam satu kelompok. Kata duka tidak luput dari ekspresi wajah mereka.
Zack disambut oleh James dan Alvin. Tubuhnya dirangkul layaknya seseorang yang sedang ditimpa kemalangan. Kemudian dengan dituntun oleh mereka, Zack masuk ke dalam rumah.
Berita dari Alvin benar adanya. Seonggok tubuh ditutupi oleh kain berwarna putih terbujur kaku di tengah rumah. Saat kain dibuka tampak Emily yang kini sedang memejamkan mata. Wajah Emily pucat dan tubuh Emily sangat dingin.
Zack bersimpuh di lantai. Tubuhnya lemas tidak bertenaga. Air mata menetes satu persatu saat menatap jasad istrinya. Zack masih bisa melihat segores senyuman di wajah Emily.
"Ini hasil yang selama ini kau kerjakan? Diam-diam pergi di belakangku dan sekarang kau tersenyum meninggalkanku?" mengguncang tubuh Emily.
Emosi yang tidak stabil membuat James dan Alvin harus memisahkan 2 orang itu. Mereka membawa Zack masuk ke sebuah ruangan di lantai atas. Di sana Zack langsung mengeluarkan segala kesedihan atas kepergian Emily. Sedangkan James dan Alvin hanya bisa diam mendengarkan tangisan tuannya yang mana baru kali ini mereka dengar.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Zack setelah sedikit tenang.
"Saya segera mencari nyonya setelah tuan memberi perintah. Tidak saya sangka jika nyonya berada di sebuah rumah sakit. Seorang pasien yang lebih dulu menemukan nyonya.." kalimat James terhenti karena tidak sanggup menahan air mata.
"Setelah diperiksa, Emily sudah wafat tiga jam sebelum ditemukan." sambung Alvin.
"Kami baru saja menikah. Bagaimana bisa Emily pergi begitu cepat?"
"Saat memeriksa CCTV Casa Felise, kami melihat ada sesuatu yang aneh di apartemenmu. Hari ini pagi buta sekali Emily masuk ke ruang kerjamu. Ah! Maafkan kami. Terpaksa kami harus membobol apartemenmu untuk mendapatkan ini." menyerahkan sepucuk surat.
Zack membuka lipatan kertas itu. Baru saja mulai membaca, hatinya berdesir ketika matanya bertemu kata pertama di dalam surat. Zack terbayang akan kertas gambar yang disimpannya dalam laci.
"Aku menemukannya di lacimu. Di atas kertas gambar yang kau buat. Bukankah itu aneh? Hipotesisku, Emily sudah menyadari kalau gambar yang kau buat itu adalah adiknya."
"Adiknya? Ainsley adiknya Emily?" tercengang.
"Tuan, sebenarnya ada hal yang harus saya katakan pada tuan. Sewaktu pernikahan tuan dengan nyonya Emily, saya mendapatkan informasi baru. Hari itu saya ingin mengatakan kalau nyonya Emily memiliki adik yang namanya sama dengan anak perempuan yang tuan cari. Maafkan kami, tuan. Tanpa sepengetahuan tuan, kami tetap menyelidikinya."
"Kau main-main denganku?" mencengkram kerah baju James.
"Maafkan saya, tuan." menunduk takut.
"Kau yang menyuruh kami untuk berhenti mencari tau tentangnya." Alvin menyingkirkan tangan Zack dari kakaknya.
Suara mobil menderu di pekarangan rumah. Dari jendela mereka melihat siapa yang datang. Aaron dan Vivienne serta disusul oleh keluarga Zack lainnya tampak keluar dari mobil. Selain itu tanpa mereka sadari, selama mereka berbincang-bincang karangan bunga telah berjejer rapi di luar sana.
"Tinggalkan aku sendiri."
Perintah itu langsung dijalankan oleh James dan Alvin. Mereka berdiri di luar menunggu perintah selanjutnya dari Zack. Mereka juga berjaga-jaga jika Zack membutuhkan mereka di tengah kesedihan yang mendalam.
"Haruskah kita menghubungi adiknya Emily, James?"
"Ya. Kita memang harus menghubungi nona Ainsley."
Di karenakan ponsel Emily disimpan sebagai barang bukti oleh kepolisian, akhirnya Alvin terpaksa harus meretas perangkat telepon Emily. Setelah berhasil diretas, kabar kematian Emily diberitahukan pada Ainsley.
***
Semua mahasiswa baru berkumpul di aula untuk mendengarkan pengarahan. Aula dipenuhi oleh mahasiswa yang lulus ujian seleksi. Mereka duduk di tempat yang sudah disediakan. Suasana yang tadinya ramai seketika menjadi hening saat protokol memulai acara.
"Selamat datang mahasiswa baru Art University!!" disambut oleh tepuk tangan seluruh mahasiswa baru.
Ainsley yang tadinya sangat antusias mendengar arahan tiba-tiba terlihat gelisah. Ponselnya terus-menerus bergetar, meskipun Ainsley sudah berulang kali menolak panggilan. Hal itu disadari oleh Juni dan membuat Juni bertanya mengapa Ainsley begitu gelisah.
Ainsley memperlihatkan ponsel yang masih bergetar itu pada Juni. Lantas Juni menyarankan untuk mengirim pesan saja dibandingkan mengangkat telepon yang sudah pasti nanti akan ketahuan oleh banyak orang.
Seperti saran Juni, pesan pun dikirimkan pada Emily berharap kakaknya itu mengerti kalau dirinya sedang tidak bisa menerima telepon. Setelah itu Ainsley mendengarkan arahan kembali.
5 menit kemudian ponselnya bergetar lagi. Ainsley sangat kesal lantaran harus berulang kali mengeluarkan dan menyimpan ponselnya. Kekesalan membawanya untuk segera melihat kepentingan apa yang Emily maksud sehingga harus mengganggu terus-menerus.
Alangkah terkejutnya Ainsley saat melihat isi pesan dari Emily. Tanpa pikir panjang Ainsley segera berdiri meninggalkan aula. Tidak menghiraukan orang-orang yang melihat ke arahnya dan sorakan Juni yang memanggil-manggil namanya. Di dalam pikirannya saat itu hanya ada bagaimana cara agar bisa bertemu Emily secepatnya.
Sesuai alamat yang diberikan oleh Emily di kafe kemarin, Ainsley berhasil sampai di depan gerbang sebuah rumah. Baru di depan gerbang Ainsley sudah sangat takut meneruskan langkah. Ainsley takut jika berita itu benar dan takut tidak bisa menerima kenyataan.
Juni yang masih berada di dekat Ainsley menggengam erat tangan temannya itu. Juni sangat yakin untuk menemani Ainsley dan melihat apa yang ada dibalik gerbang.
Rumah yang mereka datangi tampak ramai. Untuk masuk ke dalam rumah saja mereka harus menerobos orang-orang yang menutupi pintu masuk. Perlahan tapi pasti jalan masuk mulai terbuka seiring kedatangan mereka disadari oleh para penghuni rumah.
Ketakutan kembali hadir meliputi diri. Tangan yang gemetar dan seakan ragu itu membuka kain yang menutupi wajah seseorang di dalamnya. Tangisan semakin tidak terbendung lagi ketika Ainsley melihat siapa sebenarnya orang tersebut.
"Kau sedang tidak membalas keusilanku, bukan? Ini semua tidak benar, bukan? Katakan padaku kalau kau hanya berpura-pura!" memeluk dan mengguncang tubuh Emily.
Tidak mendapatkan respon apa-apa, Ainsley kembali bersuara, "Kau menang! Aku sudah terkecoh. Jadi cepatlah bangun! Aku berjanji untuk tidak mengusilimu lagi! Aku berjanji! Bangun, Mily!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Aas Asmawati
yaaah.. ko Emily nya meninggal thor kejam .. jadi gk seruuu... 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2020-12-17
2
🥀 Ze RANGGA DH🥀🔓💎
woh nyesek 😭😭😭😭😭😭
2020-12-14
1
Lilis Sugiarti
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2020-12-05
1