Setelah Robin menyelesaikan urusan dengan pemilik kontrakan, mereka masuk ke dalam rumah yang disewa oleh Ainsley. Mereka bermaksud mengambil barang-barang Ainsley untuk dibawa ke rumah yang akan ditempati nantinya setelah menikah.
Selagi menunggu Robin mengemasi barang-barang tersebut, Zack duduk di kursi yang ada di dekat dapur dan menjungkat-jungkitkan kursi itu. Pernah mengalami hal serupa sebelumnya, Zack teringat momen di mana dirinya menjemput Emily.
"Adikku memang orang yang seperti itu! Nanti dia juga akan menyerah dengan sendirinya!" bersuara pelan menirukan gaya Emily berbicara.
Seperti mengulang kejadian sebelumnya, Zack beralih ke meja kecil yang terletak di sudut ruangan. Masih ada 2 vas bunga di sana. Bunga yang ditanam pun masih kelihatan sangat segar. Seperti dirawat dengan sangat baik oleh pemiliknya.
"Sepertinya kalian sangat akrab. Ngomong-ngomong siapa nama adikmu?" menyambung drama yang sempat berhenti.
"Namanya.. Ainsley." berubah sedih.
Jika waktu bisa diulang, apa yang akan terjadi jika Zack tau bahwa Ainsley adalah adik Emily pada saat itu. Bisakah Zack dan Ainsley menikah dan hidup bahagia atau paling tidak Emily tidak akan pergi dalam keadaan yang buruk.
"Semuanya sudah siap, tuan."
"Hanya itu?" melirik satu koper di samping Robin.
"Ya, tuan."
"Miris sekali hidupnya. Kau juga bisa membawa dua vas bunga itu." menoleh ke sebuah meja, lalu berlalu pergi.
Sebelum naik ke dalam mobil, Zack menyuruh Robin untuk tetap menunggu Ainsley di luar saja. Zack tidak ingin jika dirinya menemui wanita yang menyebutnya sebagai seorang pembunuh. Harga dirinya sangat lah mahal jika harus menunggu Ainsley secara langsung.
Lama menunggu akhirnya yang ditunggu pun datang. Di ujung sana tampak Ainsley berjalan sambil memikirkan sesuatu. Ainsley memikirkan jadwal pekerjaan yang harus dicocokkan dengan jadwal kuliah. Di samping itu Ainsley juga belum memberitahukan perihal kelulusannya pada manajer.
"Aku harus membicarakannya dengan manajer besok." gumamnya.
Tidak sengaja melihat Robin sedang berdiri di dekat rumahnya, Ainsley segera berjalan cepat menghindari. Ainsley tidak ingin berurusan dengan pemilik Hughes Property itu lagi. Namun Ainsley terlambat menyadari sebuah koper berdiri pula di sana.
"Ini milikku!" merebut koper.
"Maaf atas kelancangan saya karena telah masuk ke rumah nona tanpa izin terlebih dahulu. Saya hanya menjalankan perintah dari tuan."
"Perintah? Apa maksudmu?"
"Hari ini nona akan tinggal di apartemen yang akan dijadikan tempat tinggal nona dan tuan setelah menikah."
"Pernikahannya masih beberapa hari lagi. Mengapa aku harus tinggal bersamanya hari ini?!"
"Tuan tidak bisa meluangkan banyak waktu untuk datang ke tempat nona. Seperti yang sudah saya katakan, tuan adalah orang yang sibuk."
"Apa maksudmu meluangkan waktu? Aku tidak pernah melihatnya atau pun bertemu dengannya." di akhir kalimat melirik mobil hitam yang terparkir.
Ainsley mengayunkan kaki dengan cepat ke arah mobil tersebut. Sampai di sana gagang pintu yang terkunci itu diayunkan dan jendela mobil digedor-gedor. Meskipun sudah menerawang pun Ainsley tidak bisa melihat apa-apa dari luar, sehingga tidak dapat dipastikan dengan jelas suami kakaknya ada di dalam sana atau tidak.
Robin begitu terkejut melihat sikap Ainsley. Robin yang tidak ingin Zack menjadi marah segera mengalihkan pembicaraan agar Ainsley berhenti menganggu ketentraman Zack di dalam sana.
"Tuan tidak akan tinggal bersama nona hari ini."
"Kenapa tidak dia saja yang berbicara langsung padaku?"
"Saya sudah menjawab pertanyaan itu. Tuan sangatlah sibuk."
"Kita bisa bicarakan masalah ini bersama-sama. Bukannya membuat keputusan sepihak seperti ini. Lagi pula kita tidak saling menyukai. Lalu kenapa harus menikah?" seolah berbicara pada orang yang ada di dalam mobil, namun tetap tidak mendapatkan respon.
"Kita pergi sekarang nona?" tetap mengalihkan pembicaraan.
Setelah berpikir panjang, akhirnya Ainsley menyerah. Dengan raut putus asa Ainsley memalingkan wajah dan berjalan lemas ke rumahnya. Sebelum pergi Ainsley meminta waktu sebentar untuk mengambil sesuatu yang penting.
Di sisi lain Zack yang duduk di bangku penumpang berada dalam posisi setengah berdiri. Jemarinya menempel di sebuah tombol yang ada di bangku depan. Zack tidak bisa berkata-kata lantaran sikap Ainsley yang membuat dirinya sangat terkejut dan menjengkelkan, sehingga tanpa sadar dirinya menghindar dengan memencet tombol yang membuat semua pintu terkunci secara otomatis.
Zack turun dari mobil setelah tidak lagi melihat Ainsley di luar. Kemudian meminta Robin untuk membawa Ainsley ke Casa Felise, sedangkan dirinya akan tinggal di rumah kediaman.
Tidak beberapa lama setelah itu, James yang telah dihubungi oleh Zack sebelumnya datang. Zack menghubungi James dengan tujuan untuk mengantarkannya menuju rumah kediaman. Selain itu ada hal yang perlu dipastikan kembali bersama James.
"Kau sudah menyelidikinya?"
"Sudah, tuan. Nona Ainsley adalah orang yang sama dengan yang tuan cari."
"Bagaimana latar belakangnya?"
"Kehidupan nona di panti asuhan tidak berjalan lancar. Nona pernah diadopsi oleh enam orang yang berbeda. Banyak orang yang tidak menyukai keberadaan nona, termasuk orang yang mengadopsi nona."
"Kehidupannya sekarang?"
"Tidak sebahagia saat bersama keluarga Anderson. Selain itu beberapa kali nona dipecat karena selalu mengalami penindasan."
"Bukankah seharusnya dia menjadi korban di sini? Kenapa dia yang dipecat?"
"Komentar negatif mengenai nona telah menurunkan pendapatan mereka. Dibandingkan mempertahankan, mereka lebih memilih untuk memecat nona."
"Dan sekarang dia bekerja di restoran itu?"
"Tuan lebih tau bagaimana sikap pemilik restoran terhadap pegawainya." menerima tatapan tajam dari Zack.
James baru tersadar jika Zack tidak suka dianggap dekat dengan pemilik restoran, karena hubungan mereka berdua tidak lah baik. James pun meminta maaf atas kesalahannya.
"Apa ada informasi mengenai Sam?" melupakan kekesalannya pada James.
"Sangat sulit untuk menggali informasi mengenai Sam. Dia sangat lihai menyembunyikan identitasnya."
"Aku selalu merasa ada hal aneh dibalik sikap Sam yang tiba-tiba menanyakan kerinduanku pada ibu."
***
Ainsley menatap seluruh isi ruangan. Mengumpulkan momen di mana ketika dirinya bersama Emily. Menangis, tertawa, bertengkar, mengejek, dan mengusili. Semua itu disimpannya dalam satu wadah yaitu hati. Ainsley ingin membawa semua itu pergi bersamanya.
Ainsley yang tidak ingin larut dalam kesedihan, mengusap air matanya. Ainsley meyakinkan diri jika hari esok akan ada celah untuk dirinya bisa hidup bahagia. Lalu dengan menguatkan hati Ainsley pun menutup pintu, membalikkan badan, dan menjauh pergi.
Berbeda seperti sebelumnya, pintu mobil yang tadinya terkunci kini terbuka lebar. Tidak ada siapa pun di dalamnya. Hanya ada Robin yang sudah bersiap untuk mengendarai mobil. Tidak ingin memusingkan hal yang sudah berlalu, Ainsley menaiki mobil.
Sejenak Ainsley termenung membayangkan sesuatu yang menggelitik perutnya. Jika dipikirkan kembali hal itu adalah sesuatu yang memalukan sewaktu masih kecil. Itu adalah momen di mana Ainsley berkumpul dengan keluarga yang mengadopsinya.
"Mily!! Lihatlah!! Semua pohon bergerak!! Bahkan jalanan juga bergerak!!" menunjuk kaca mobil.
"Kita yang bergerak, Ley." Emily tertawa diikuti oleh tawa ayah dan ibunya.
"Aku hanya duduk diam, Mily!!" sengaja mematung agar mereka bisa melihat keajaiban itu.
Lagi-lagi mereka menertawakan tingkah lucu Ainsley yang menganggap bahwa semua yang ada di luar sana bergerak. Padahal mobil lah yang melaju membawa dirinya, sehingga membuat jalanan dan pepohonan seperti sedang bergerak.
"Aku percaya sekarang. Jalannya bergerak." mengacak rambut Ainsley sembari tertawa.
Kejadian lucu itu membuat Ainsley tertawa tanpa sadar, sehingga Robin yang mendengar merasa aneh. Robin pun menanyakan penyebab Ainsley tertawa dan Ainsley menjawabnya dengan kalimat yang semakin membuat Robin bingung.
"Jalannya bergerak."
Setibanya di Casa Felise, Ainsley tidak berhenti dibuat takjub oleh kemegahan gedung tersebut. Seluruh fasilitas dan pelayanan sangat berkelas. Tidak akan ada yang berani mendatangi tempat itu kalau tidak memiliki kantong yang tebal.
Hingga tiba di apartemen yang akan ditempatinya pun, Ainsley masih tercengang. Tidak habis pikir jika kakaknya menikah dengan pria yang sangat kaya, karena yang diketahuinya selama ini hanya sebatas Emily menikah dengan pemilik perusahaan terkenal.
"Robin, apa tuanmu serius dengan ini? Aku tidak apa-apa jika tinggal di tempat yang biasa saja. Dia tidak perlu sampai menyewa sebuah apartemen mewah ini untuk ditinggali."
"Kamar nona ada di sana." menunjuk sebuah kamar yang ada di dekat tangga.
"Uh-huh! Baiklah." melihat ke arah yang ditunjuk.
"Tuan akan memakai kamar yang ada di lantai atas. Di sebelah sini adalah ruangan kerja tuan. Saya tidak menyarankan nona untuk masuk ke dalam, karena tuan tidak suka orang lain masuk ke ruangan kerjanya." menunjuk sebuah ruangan di belakang mereka berdiri.
"Baiklah." hanya manggut-manggut mendengarkan penjelasan Robin.
"Nona juga bisa memakai dapur. Kulkas juga sudah diisi dengan bahan makanan yang mungkin saja nona butuhkan untuk memasak. Apa ada yang ingin nona tanyakan atau butuhkan, yang mungkin terlewatkan oleh saya?"
"Tidak ada."
"Kalau begitu saya akan kembali ke kantor sekarang. Silahkan nona beristirahat." berpamitan.
Baru beberapa langkah, Robin berbalik mengatakan satu hal penting lainnya yang terlupakan. Sambil tersenyum Robin berkata, "Oh, ya! Saya lupa memberitahunya pada nona. Tuan tidak menyewa apartemen ini karena tuan adalah pemilik Casa Felise."
Ainsley terduduk lantaran terkejut ketika mengetahui bahwa Casa Felise sebenarnya adalah milik suami Emily. Ainsley menggeleng tidak percaya dan menerka-nerka seberapa kaya sebenarnya pemilik Hughes Property sampai bisa membangun apartemen semewah itu.
"Kau benar-benar menikah dengan pria kaya, Mily."
Pemilik perusahaan terkenal Hughes Property, pemilik apartemen mewah Casa Felise, bahkan kenyataan mengenai pernikahan yang hanya dipersiapkan selama 1 minggu saja bukanlah sesuatu yang sulit bagi pria kaya tersebut. Hal itu seakan menjadi berita yang tidak sanggup untuk Ainsley dengar.
Masih dalam keadaan tidak percaya, Ainsley beranjak ke kamar yang ditunjuk Robin tadi. Ainsley menghampiri sebuah lemari ukir yang cantik, lalu memindahkan pakaian dari koper ke dalam sana. Tidak perlu waktu lama menyusunnya, karena barang-barang yang dimilikinya tidak begitu banyak.
Setelah selesai Ainsley kembali duduk di ruang tamu. Ainsley memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. Tubuh yang tadinya duduk dengan tegak perlahan beringsut. Ainsley mulai kebingungan harus melakukan apa di apartemen sebesar itu.
Kruuk..
Bunyi yang berasal dari perut menggema di ruangan yang begitu sunyi. Ainsley segera beranjak ke sisi dapur untuk melihat apa ada sesuatu yang bisa dimakan. Ainsley membuka kulkas dan lemari mencari-cari, namun tidak ada yang bisa dimakannya. Hanya ada bahan makanan yang belum diolah.
Ainsley tidak bisa memasak. Selama ini Emily lah yang memasakkan makanan untuk dirinya. Emily yang selalu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan sebelum berangkat bekerja. Emily yang terkadang menyempatkan diri pulang di sela kesibukan hanya untuk memasak lantaran tidak ingin Ainsley terus menyeduh mi instan. Di saat seperti ini membuat Ainsley rindu untuk mencicipi makanan yang dibuatkan oleh Emily.
"Maaf, Emily. Hari ini aku makan mi instan lagi." gumamnya.
Ainsley memutuskan untuk berkunjung ke minimarket terdekat. Di sana Ainsley mengitari jejeran yang menyediakan mi instan dan mengambilnya beberapa. Tidak lupa beberapa makanan ringan sebagai pengganjal perut jikalau lapar nanti.
Saat akan membayar tidak sengaja Ainsley bertemu dengan pegawai restoran yang satu tempat kerja dengannya yaitu Lexa. Di meja kasir Lexa sedang membayar barang belanjaan pula. Spontan Ainsley menundukkan kepala berharap Lexa tidak sadar bahwa dirinya juga ada di sana.
Setelah Lexa pergi, Ainsley menyelesaikan pembayaran. Kemudian keluar dari minimarket. Di luar Ainsley celingak-celinguk memastikan keberadaan Lexa. Pencariannya menemukan hasil. Lexa tengah berdiri menunggunya di samping minimarket. Lantas Ainsley segera memalingkan wajah seperti tidak melihat apa-apa, lalu secepat mungkin menghilang dari hadapan Lexa.
"Hey!" tidak digubris oleh Ainsley.
Ainsley mengunci pintu apartemen dan berdiri dibaliknya. Ainsley mengatur napas yang tersenggal karena berlari. Di sela itu Ainsley bertanya-tanya mengapa harus menghindari Lexa. Apalagi Lexa sudah berbaik hati mengembalikan benda miliknya yang terjatuh. Seharusnya dirinya berterimakasih untuk hal itu, bukannya lari kocar-kacir.
"Pertemuan selanjutnya aku akan mengucapkan terima kasih dengan cara yang baik." membulatkan tekad.
Namun Ainsley kembali terbayang tatapan Lexa yang membuatnya ngeri untuk melancarkan niatnya. Akhirnya sementara waktu Ainsley menyingkirkan bayangan itu dengan menyeduh mi instan.
**
Keesokan harinya ketika akan pergi bekerja, Ainsley menuruni tangga darurat secepat mungkin. Butuh waktu lama dirinya sampai ke lantai utama karena apartemennya berada di lantai 7. Bukan hanya waktu yang dihabiskan, tetapi juga tenaga.
"Seharusnya aku bangun pagi sekali agar tidak terlambat!" berteriak seorang diri di tangga yang sepi.
Tinggal 1 pijakan terakhir dan Ainsley bebas dari perjalanan yang menyiksa dirinya. Ainsley tampak begitu lelah bermandikan keringat. Sampai di lantai utama pun Ainsley harus mengatur napas agar bisa melanjutkan perjalanan.
"Saya baru akan menemui nona. Tapi apa nona baru saja berolahraga?" memperhatikan wajah Ainsley.
"Aku harus pergi bekerja." mengusap peluh yang mengalir di wajah.
"Bekerja? Oh! Baiklah. Sebelum itu saya harus memberitahukan beberapa hal penting pada nona."
"Tapi aku sudah hampir terlambat."
"Kalau begitu bagaimana jika kita membicarakannya sambil mengantar nona pergi bekerja?"
Ainsley berpikir jika saran Robin untuk saat ini adalah pilihan yang terbaik. Mengingat waktu yang dimilikinya semakin sedikit. Ainsley pun langsung menyetujui dan mengikuti Robin menuju mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
al - one ' 17
karakter emily baik neh disini
2021-03-21
1
ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴
sam, stella, paman emily 🤔🤔🤔
2020-11-29
1
IKA 🌹SSC🌷💋plf
Emily sosok yg bertanggung jawab, tapi knp dia harus d singkirkan secepat iniiiiih
2020-11-29
3