Rahasia Tersembunyi

Ainsley menghela napas panjang sambil menghampiri sofa dan berbaring di sana. Baginya hari ini terasa sangat panjang dan melelahkan. Apalagi ketika pulang ke rumah tidak ada lagi Emily yang menyambut kedatangannya. Perlahan matanya terpejam, mengistirahatkan dirinya sejenak dari rasa kesepian yang melingkupi diri.

Hari semakin gelap dan sunyi. Ainsley berlari sekuat tenaga menyusuri jalanan yang tidak ada habisnya. Ainsley berlari dari kejaran tangan yang mencoba menggapainya. Rasa letih membuat langkahnya semakin lambat dan akhirnya jatuh tersungkur ke tanah. Di saat membalikkan badan, di saat itu pula dirinya berhasil digapai.

Ainsley terbangun dari mimpi buruknya lagi. Segera setelah itu Ainsley menyalakan lampu untuk menerangi ruangan yang gelap. Kemudian memutar kepala ke kiri dan ke kanan memastikan bahwa tidak ada orang lain selain dirinya di sana. Setelah bisa bernapas lega baru lah Ainsley pergi ke kamar mandi untuk membersihkan keringat di tubuhnya.

Selepas itu Ainsley memungut tas yang terjatuh di lantai dan menggantungnya di belakang pintu kamar. Tidak lupa Ainsley mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Sambil berjalan layar ponsel pun dihidupkan. Ada 5 panggilan tidak terjawab dan sebuah pesan dari Emily yang menanyakan perihal ujian yang dijalaninya. Tanpa pikir panjang Ainsley balik menghubungi Emily.

"Halo? Kakak?"

"Emily sudah tidur. Hubungi kembali besok."

Dari seberang sana terdengar suara seorang pria. Secepatnya Ainsley mematikan sambungan telepon. Ainsley tidak terpikir jika sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menelepon Emily yang sudah memiliki seorang suami.

"Apa aku mengganggu mereka? Oh, tidak! Apa yang harus aku lakukan sekarang? Pastilah aku sangat menganggu mereka di jam seperti ini." berbicara sendiri.

***

Dalam pikirannya Zack membanding-bandingkan suara yang baru saja didengar dengan suara perempuan masa kecilnya. Zack sangat yakin bahwa pemilik suara itu adalah orang yang sama, tetapi baginya hal tersebut tidaklah masuk akal karena anak perempuan yang dikenal olehnya tidak memiliki seorang kakak.

"Mungkin hanya perasaanku saja." mengusap rambut Emily.

Keesokan paginya Zack bangun lebih awal, disusul oleh Emily yang bangun setelahnya. Mereka bersiap untuk berangkat ke tempat kerja bersama. Menghampiri Emily yang sibuk merapikan pakaian, Zack memberikan dasinya pada Emily.

"Kau anak kecil yang manja." meraih dasi itu dan mengalungkannya di leher Zack.

"Sudah aku katakan untuk tidak menyebutku begitu." menggenggam pergelangan tangan Emily.

Zack melayangkan sebuah kecupan dan melingkarkan tangannya dipinggang Emily. Setelah itu bukan lagi sebuah kecupan yang diberikan, melainkan ciuman yang mendesak Emily untuk pasrah menerimanya.

Emily meronta meminta pergulatan tersebut untuk segera dihentikan, akan tetapi permintaannya sama sekali tidak didengar. Tubuhnya dilempar ke atas ranjang dan dipaksa untuk melihat tatapan amarah suaminya.

"Sudah lama aku menunggumu, tetapi kau masih saja belum siap. Apa kau menikah denganku karena terpaksa?!"

"Tidak, Zack." berusaha bangkit.

"Kau kira aku bodoh?! Tidak satu kali kau membawa surat kerja sama dengan perusahaan ayahmu ke hadapanku. Aku diam selama ini menunggu agar kau yang mengatakannya sendiri padaku. Sebenarnya apa yang kau pikirkan?! Kenapa kau bermain-main denganku?!" membalikkan badan karena tidak ingin melihat tangisan Emily.

"Bukan begitu, Zack." memeluk suaminya dari belakang.

"Aku berusaha menjadi suami yang baik untukmu selama ini. Tapi apa yang aku dapatkan? Hubungan kita semakin jauh dan kau selalu pergi diam-diam di belakangku. Memangnya pergi kemana sampai aku sendiri tidak boleh mengetahuinya?!"

Zack melepaskan pelukan Emily dan beralih mencengkram kedua pundak wanita itu dan berkata, "Atau jangan-jangan kau berselingkuh di belakangku?!"

"Cukup, Zack! Aku tidak seburuk itu!" melepaskan diri dan berlari keluar apartemen.

Zack yang masih berada di puncak amarah, segera menyusul dan menarik lengan Emily untuk menghentikan langkah yang semakin menjauh dari apartemen mereka. Tatapannya tidak berubah, tetap dipenuhi api kemarahan.

"Kau tidak ingin menjelaskannya padaku?!"

"Benar. Aku berselingkuh di belakangmu!" berbohong karena tidak tahan lagi dengan pertengkaran itu.

"Jaga mulutmu!" mengangkat tangan hendak menampar Emily.

Tamparan yang hampir melayang di pipi Emily itu membuat Zack diliputi oleh penyesalan. Zack sendiri tidak habis pikir jika dirinya berniat menampar seorang wanita. Terlebih wanita itu adalah istrinya sendiri. Pada akhirnya Zack melepaskan Emily begitu saja.

***

Ketika masih tertidur pulas, Ainsley dibangunkan oleh getaran ponsel. Tidak hanya satu kali, getaran itu harus didengarkan berkali-kali karena dirinya tidak berniat mengangkat telepon dari siapa pun di pagi buta.

"Ainsley!! Aku lulus!!" terpaksa mengangkat telepon.

Seketika ponsel dijauhkan dari telinga. Ainsley tidak sanggup mendengar suara Juni yang melengking. Bahkan tanpa menempelkan ponsel ke telinga saja sudah bisa didengar apa yang Juni katakan. Meletakkan ponsel yang berjarak 1 meter darinya, mereka pun berbicara.

"Kau nyaris saja membuat gendang telingaku pecah."

"Ups! Maaf! Aku sangat gembira pagi ini! Bagaimana denganmu? Kau juga lulus, bukan?"

"Aku masih mengantuk, Juni. Nanti aku hubungi lagi." panggilan berakhir.

Berniat untuk tidur kembali, namun karena telepon dari Juni membuatnya tidak bisa memicingkan mata. Akhirnya Ainsley memutuskan untuk bangun dan berangkat kerja lebih awal.

Di tempat kerja pun Ainsley sama sekali tidak bersemangat lantaran terus memikirkan bagaimana hasil ujiannya. Setiap kali memeriksa ponsel tidak ada berita baik. Juni saja sudah mendapatkan kabar kelulusan, sedangkan Ainsley sudah sore begini masih belum mendapat kabar apa pun.

Dari tampilannya makanan itu kelihatan sangat enak.

Ainsley meletakkan menu makanan ke atas nampan. Pesanan itu akan disajikan pada pelanggan restoran. Ainsley menghidangkan makanan tersebut dengan cara yang sudah diajarkan ketika menjalani masa percobaan. Tidak lupa sebuah senyuman diantarkan pula pada para pelanggan.

"Wah, kelihatannya sangat enak!" ujar seorang pelanggan wanita.

"Apa ada hal lain yang bisa saya bantu?" tersenyum.

"Tidak. Terima kasih." jawab pria yang duduk bersama wanita tersebut.

"Kalau begitu selamat menikmati, tuan dan nyonya." undur diri.

Restoran tempat Ainsley bekerja tidak begitu besar, namun terkenal di berbagai kalangan. Menu yang disajikan selalu menggugah selera pelanggan yang datang. Tidak kalah enaknya dengan makanan restoran mewah kelas atas. Begitu kata para pelanggan yang Ainsley temui kebanyakan. Ainsley penasaran siapa orang hebat dibalik berdirinya restoran itu.

Walaupun Ainsley sudah lama bekerja di sana dan bisa dengan mudahnya mencoba menu makanan yang tersaji, akan tetapi Ainsley tidak pernah mencicipinya sekalipun karena harga yang mahal untuk kantongnya. Bagi Ainsley lebih baik menabungkan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Bagaimana bisa dia menjadi pegawai teladan? Apa bagusnya dia? Bahkan aku lebih baik dibandingkan dengannya." seorang pegawai berbisik ketika Ainsley baru saja melewati mereka.

"Mungkin dia merayu pak manajer. Ukuran yang pantas untuk wanita buangan sepertinya." pegawai lainnya tertawa puas.

Hinaan itu bukan yang pertama lagi Ainsley dengar. Di tempat kerja lamanya, semua hal itu sudah didapatkannya lebih dulu. Sedikit banyak Ainsley sudah terbiasa menelan pil pahit tersebut. Meski masih menyesakkan dada namun Ainsley memilih untuk tetap bertahan.

Jam kerja pun usai. Ainsley mengantri ke kamar mandi untuk mengganti pakaian kerja yang masih dikenakan. Sesudah itu mengambil perlengkapan yang disimpan tadinya di dalam loker, lalu menguncinya kembali.

Baru saja akan melangkah pergi tiba-tiba seseorang datang menghalangi. Kakinya dicegat oleh juluran kaki yang membentang di depannya. Sebuah name tag disodorkan padanya. Ainsley langsung mengambil benda itu dan menoleh pada orang yang berbaik hati mengembalikannya. Seorang wanita berwajah menakutkan sedang menatapnya sekarang.

"Kau menjatuhkannya saat terburu-buru keluar dari toilet."

Ainsley yang sudah lebih dulu takut pada wanita itu lekas melangkahi kaki yang menahan langkahnya dan pergi meninggalkan restoran. Ketakutan itu bukan tanpa alasan. Ainsley pernah tidak sengaja mendengar pegawai yang sering bergosip mengatakan, bahwa di restoran ada seorang wanita yang sangat menyeramkan bernama Lexa.

Selain itu mereka yang bergosip berkata bahwa wanita bertato itu pernah dipenjara karena terlibat kasus kriminalitas. Hal tersebut membuatnya takut pada Lexa, namun di sisi lain Ainsley berpikir bahwa Lexa bukanlah orang yang seperti digosipkan. Buktinya name tag yang tidak sengaja terjatuh olehnya kembali melalui tangan Lexa.

Di tengah pemikirannya Ainsley teringat akan telepon semalam. Ainsley pun beralih pada ponsel di dalam sakunya. Ada notifikasi panggilan tidak terjawab dari Juni dan Emily. Sebuah pesan lain juga menjadi salah satu dari deretan itu. Ainsley lebih dulu membuka pesan tersebut.

Alangkah terkejutnya Ainsley melihat namanya berada di dalam pesan. Ainsley dinyatakan lulus seleksi masuk perguruan tinggi. Matanya berlinang meneteskan air mata bahagia. Rasa lelah selama ini terbayar sudah. Langsung Ainsley menghubungi Emily dan meminta untuk bertemu saat itu juga.

Ainsley dan Emily sepakat bertemu di depan gedung Hughes Property. Baru sampai di sana Ainsley tidak berhenti berdecak kagum. Ainsley begitu takjub memandangi tempat kerja Emily, begitu besar dan luas seperti hotel berbintang.

Tidak perlu menunggu lama akhirnya orang yang ditunggu muncul dari dalam gedung besar itu. Mereka saling memeluk dengan sangat erat. Sudah lama mereka tidak bertemu dan mereka sangat merindukan satu sama lain.

Mereka pun mencari tempat duduk yang nyaman untuk berbincang. Pilihan mereka jatuh pada sebuah kafe yang letaknya tidak jauh dari tempat Emily bekerja. Pertanyaan yang sedari kemarin tidak mendapatkan jawaban langsung dilontarkan oleh Emily.

"Maafkan aku."

Ainsley memasang raut wajah sedih. Begitu pun Emily yang melihat tanggapan Ainsley berpikir bahwa kabar buruk sedang menimpa mereka. Emily menyentuh tangan Ainsley dan mengusap-usapnya.

Emily berusaha memberikan harapan baru dan semangat pada Ainsley untuk lulus di tahun berikutnya atau mencoba mendaftar di tempat lain. Emily juga mengatakan bahwa kegagalan bukanlah sesuatu yang bisa merenggut impian seseorang. Tidak ada yang salah dengan kegagalan karena Ainsley sudah bekerja keras dengan sangat baik.

"Maafkan aku karena aku lulus!!" tidak bisa menahan tawa lagi, akhirnya membocorkan berita kelulusannya.

"Kau usil sekali! Aku akan membalasmu nanti!"

Diusili Ainsley membuat Emily sangat kesal. Lantas Emily memukul-mukul pelan punggung Ainsley. Sore itu berlalu dengan perbincangan yang membuat mereka tidak berhenti tertawa. Senda gurau yang mereka miliki membuat rasa rindu jadi terobati.

"Bagaimana harimu sebagai nyonya Hughes?"

"Sangat bahagia. Aku harap kau juga merasakannya bersamaku."

"Sepertinya tuan Hughes memanjakanmu dengan sangat baik." tertawa lebar.

Ainsley memandang heran wajah Emily yang berubah murung. Bahkan candaannya tidak lagi membuat Emily tertawa. Dahinya mengernyit menyelidiki hal apa yang membuat Emily sampai begitu murung.

"Ada apa? Kau sedang ada masalah dengan suamimu?"

"Tidak." tersadar kembali.

"Oh, Emily Anderson! Kita sudah bersama sejak kecil. Aku tau betul sifatmu."

"Aku rasa ini bukan saat yang tepat untuk membicarakannya, Ley. Lusa nanti ayo makan malam bersama. Aku akan menceritakannya padamu."

"Baiklah. Kalau menurutmu itu yang terbaik. Aku akan menemuimu lusa."

Waktu pertemuan mereka sayang sekali harus berakhir. Mereka sudah berbincang sangat lama di kafe. Kini sudah saatnya mereka pulang ke rumah masing-masing. Tujuan yang sama, namun arah yang berbeda.

Emily yang tidak menemukan Zack di Casa Felise, akhirnya menghubungi teman baik suaminya yaitu Sam dan menanyakan di mana keberadaan Zack. Awalnya Sam menggerutu kesal, namun setelah itu Sam bersedia mengatakan di mana lokasi Zack sekarang.

Emily pun menuju lokasi yang Sam sebutkan. Bermodalkan peta dari internet dan alamat yang Sam berikan, Emily mengemudikan mobil ke lokasi tersebut.

Emily tiba di sebuah rumah berukuran cukup besar dan luas. Rumah itu terlihat sangat nyaman untuk ditempati. Semua perabotan begitu sederhana, namun tetap terkesan mewah. Selera yang tidak perlu diragukan lagi bagi pemilik Hughes Property itu sendiri.

Setelah mengatakan siapa dirinya dan untuk apa datang ke tempat itu, pelayan rumah mengantarkan Emily menuju teras. Di sana Zack tengah berdiri menghadap ke arah taman.

"Zack, akhirnya aku menemukanmu."

Zack menoleh ke arah Emily yang kini sedang menatap taman seperti yang dilakukannya sedaritadi. Sikap yang seolah tidak terjadi apa-apa itu membuat Zack memilih untuk melupakan kejadian tadi pagi.

"Aku mengetahuinya dari Sam. Kenapa kau tidak mengatakan padaku kalau kau memiliki rumah senyaman ini? Kenapa kita tinggal di apartemen dan tidak tinggal di rumah ini saja?"

"Kalau kau menyukainya, kita bisa tinggal di sini mulai sekarang."

"Aku setuju! Ah, ya! Tadi aku bertemu dengan adikku. Lusa aku mengundangnya makan malam bersama kita. Apakah boleh?"

Tidak ada jawaban untuk pertanyaan itu. Zack mengusap lembut pipi Emily dan menatap mata yang menyimpan sejuta kesedihan, yang mana tidak pernah diperlihatkan. Kata maaf pun terucap dari mulut atas kejadian tadi pagi.

"Semuanya sudah berlalu, Zack." menyentuh tangan yang memeluk pipinya.

"Katakan padaku sambutan seperti apa yang akan kita berikan untuk adikmu?"

"Sebuah makanan rumahan dengan aku, kau, dan adikku di meja makan."

Zack mengecup Emily yang selalu memonyongkan bibir ketika sedang berpikir. Emily tersipu malu dan menutupi salah tingkahnya dengan memeluk Zack. Emily berbicara tanpa berani mendongak melihat pria yang dipeluknya.

"Baiklah. Aku akan kembali lusa sebelum acara dimulai."

"Kau akan pergi?"

"Kau melupakan tugasmu sebagai seorang sekretaris. Memangnya apa yang kau kerjakan sampai melupakan jadwalku?" mendengus kesal.

"Maafkan aku, Zack."

"Beruntung kau adalah istriku. Aku tidak menyuruh orang untuk membuntuti hal yang menjadi privasimu."

"Terima kasih, Zack." memeluk dengan erat.

"Aku akan mengurusnya sendiri. Kau tidak perlu ikut. Sekretarisku hanya perlu mempersiapkan penyambutanku dan juga adikmu. Aku tidak akan menerima penyambutan yang mengecewakan."

"Baiklah, suamiku!"

Terpopuler

Comments

ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴

ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴

kapan ketemu ainsley nya?

2020-11-29

1

maura shi

maura shi

emily-zack sama2 terjebak dlm perasaannya
ainsley yg masih bocah santuy wae iih gemes q

2020-11-22

3

IKA 🌹SSC🌷💋plf

IKA 🌹SSC🌷💋plf

akan kah rahasia Emily yg sllu menghindar dari Zack terkuak nanti d acara malam itu dan apa yg akan terjadi??????? huuft kok aq tegang yaaaach

2020-11-22

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: Selimut Kesedihan
2 Episode 2: Membenahi Kehidupan
3 Episode 3: Duplikat Hati
4 Episode 4: Kenangan Lama
5 Episode 5: Kebahagiaan Emily
6 Episode 6: Teman Baru
7 Rahasia Tersembunyi
8 Menolak Takdir
9 Pertemuan Duka
10 Kabar Buruk
11 Berteman Sepi
12 Gaun Pernikahan
13 Angin Lewat
14 Pria Bule
15 Episode 15: Salah Makan
16 Seorang Pencuri
17 Berita Penting
18 Terpaksa Berbohong
19 Situasi Rumit
20 Pria Tua
21 Bisnis Perjodohan
22 Terlambat Pulang
23 Khalayak Ramai
24 Melewati Bersama
25 Memastikan Hati
26 Melindungi Harapan
27 Pemandangan Langka
28 Cangkang Siput
29 Hadiah Penyesalan
30 Mencuri Start
31 Sebuah Kesalahan
32 Menahan Diri
33 Bintang Kecil
34 Menggoda Kekasih
35 Mengulur Waktu
36 Kartu Nama
37 Wanita Lain
38 Secarik Kertas
39 Tolong Aku!
40 Bunga Tulip
41 Efek Lampau
42 Rasa Bersalah
43 Obat Penawar
44 Salah Paham
45 Penderitaan Robin
46 Strategi Penjualan
47 Menanti Pertemuan
48 Mengingkari Janji
49 Takut Kecoak
50 Bersembunyi
51 Pesta Kecil
52 Ancaman Kepemilikan
53 Dansa
54 Kecemburuan
55 Jadwal Egois
56 Mogok Makan
57 Salmon Sushi
58 Cookies
59 Bertemu Juni
60 Dunia Baru
61 Menarik Perhatian
62 Kejutan
63 Episode 63: Pengacau
64 Episode 64: Keburaman
65 Buta
66 Episode 66: Karma
67 Kambuh
68 Syarat
69 Lepas
70 Kehilangan Arah
71 Pulang
72 Mi
73 Tamu Pertama
74 Posisi
75 Terancam
76 Diculik Ibu Tiri
77 Siapa Catrin?
78 Episode 78: Mengasuh Eilaria
79 Kesalahan Aaron
80 Kepergian Jeslyn
81 Terlambat Sadar
82 Menjadi Parasit
83 Perkara Ponsel
84 Menyelamatkan Catrin
85 Kesiaan Rindu
86 Mengasihani Diri
87 Rencana Lidya
88 Berpura-pura Bahagia
89 Jalan Keluar
90 Perseteruan Lama
91 Memulai Kembali
92 Penyamaran Ke-2
93 Tanpa Rencana
94 Benang Merah
95 Tamu Lain
96 Orang Kaya
97 Selamat Tidur
98 Episode 98: Wali Terhormat
99 Tuan & Nona
100 Lelucon Daun
101 Kepala Keluarga
102 Sandaran Bahu
103 Berbagi Hati
104 Seorang Kakak
105 Meminjam Nama
106 Tanpa Jejak
107 Gudang Kosong
108 Pakaian Sempit
109 Satu Atap
110 Dalang Kegelisahan
111 Ingin Pulang
112 Rumah Lama
113 Pasangan Favorit
114 Pil Pelukan
115 Menebak Kalimat
116 Detik Berharga
117 Provokator Asmara
118 Melenyapkan Egois
119 Bahu Sandaran
120 Jiwa Jomlo
121 Bulan Penumbra
122 Penjara Abadi
123 Pengalihan Tahta
124 Nenek
125 Terima Kasih
126 Penting!
127 Episode 1: Meminta Saran
128 Episode 2: Berdamai
129 Episode 3: Kencan Buta
130 Episode 4: Kacamata Hitam
131 Episode 5: Tempat Semula
132 Episode 6: Sekretaris Pribadi
133 Episode 7: Pertemuan Rahasia
134 Episode 8: Membangunkan Gavin
135 Episode 9: Menjalin Waktu
136 Episode 10: Pekerjaan Alea
137 Episode 11: Lembur
138 Episode 12: Larut Malam
139 Episode 13: Tanda Bahaya
140 Episode 14: Kehilangan Pegawai
141 Episode 15: Bertamu
142 Episode 16: Dilema
143 Episode 17: Sebuah Tamparan
144 Episode 18: Terikat Berita
145 Episode 19: Ingin Berkunjung
146 Episode 20: Kebohongan Besar
147 Episode 21: Menyatakan Perasaan
148 Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149 Episode 23: Nyctophobia
150 Episode 24: Penolakan Keras
151 Episode 25: Genggaman Tangan
152 Episode 26: Liburan
153 Episode 27: Kemarahan Ainsley
154 Episode 28: Tempat Tidur
155 Episode 29: Mencari Nayra
156 Episode 30: Pengharapan
157 Episode 31: Menceburkan Diri
158 Episode 32: Wanita Aneh
159 Episode 33: Salah Kira
160 Episode 34: Hamil
161 Episode 35: Makan Siang Keluarga
162 Episode 36: Pertemuan Kembali
163 Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164 Episode 38: Flashback
165 Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166 Episode 40: Berusaha Bangkit
167 Episode 41: Hubungan Khusus
168 Episode 42: Kemustahilan
169 Episode 43: Satu Persen
170 Episode 44: Kiriman Bunga
171 Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172 Episode 46: Terperangkap Hujan
173 Episode 47: Hak Milik
174 Episode 48: Api Kecemburuan
175 Episode 49: Keputusan Willy
176 Episode 50: Keinginan Nayra
177 Episode 51: Obsesi
178 Episode 52: Rumah Nayra
179 Episode 53: Pengaruh Alkohol
180 Episode 54: Penggemar Fanatik
181 Episode 55: Melamar
182 Episode 56: Persiapan Pernikahan
183 Episode 57: Pernikahan
184 Episode 58: Dua Pilihan
185 Episode 59: Waktu Berdua
186 Episode Khusus: Happy Anniversary
187 Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188 Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189 Dear Pembaca
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Episode 1: Selimut Kesedihan
2
Episode 2: Membenahi Kehidupan
3
Episode 3: Duplikat Hati
4
Episode 4: Kenangan Lama
5
Episode 5: Kebahagiaan Emily
6
Episode 6: Teman Baru
7
Rahasia Tersembunyi
8
Menolak Takdir
9
Pertemuan Duka
10
Kabar Buruk
11
Berteman Sepi
12
Gaun Pernikahan
13
Angin Lewat
14
Pria Bule
15
Episode 15: Salah Makan
16
Seorang Pencuri
17
Berita Penting
18
Terpaksa Berbohong
19
Situasi Rumit
20
Pria Tua
21
Bisnis Perjodohan
22
Terlambat Pulang
23
Khalayak Ramai
24
Melewati Bersama
25
Memastikan Hati
26
Melindungi Harapan
27
Pemandangan Langka
28
Cangkang Siput
29
Hadiah Penyesalan
30
Mencuri Start
31
Sebuah Kesalahan
32
Menahan Diri
33
Bintang Kecil
34
Menggoda Kekasih
35
Mengulur Waktu
36
Kartu Nama
37
Wanita Lain
38
Secarik Kertas
39
Tolong Aku!
40
Bunga Tulip
41
Efek Lampau
42
Rasa Bersalah
43
Obat Penawar
44
Salah Paham
45
Penderitaan Robin
46
Strategi Penjualan
47
Menanti Pertemuan
48
Mengingkari Janji
49
Takut Kecoak
50
Bersembunyi
51
Pesta Kecil
52
Ancaman Kepemilikan
53
Dansa
54
Kecemburuan
55
Jadwal Egois
56
Mogok Makan
57
Salmon Sushi
58
Cookies
59
Bertemu Juni
60
Dunia Baru
61
Menarik Perhatian
62
Kejutan
63
Episode 63: Pengacau
64
Episode 64: Keburaman
65
Buta
66
Episode 66: Karma
67
Kambuh
68
Syarat
69
Lepas
70
Kehilangan Arah
71
Pulang
72
Mi
73
Tamu Pertama
74
Posisi
75
Terancam
76
Diculik Ibu Tiri
77
Siapa Catrin?
78
Episode 78: Mengasuh Eilaria
79
Kesalahan Aaron
80
Kepergian Jeslyn
81
Terlambat Sadar
82
Menjadi Parasit
83
Perkara Ponsel
84
Menyelamatkan Catrin
85
Kesiaan Rindu
86
Mengasihani Diri
87
Rencana Lidya
88
Berpura-pura Bahagia
89
Jalan Keluar
90
Perseteruan Lama
91
Memulai Kembali
92
Penyamaran Ke-2
93
Tanpa Rencana
94
Benang Merah
95
Tamu Lain
96
Orang Kaya
97
Selamat Tidur
98
Episode 98: Wali Terhormat
99
Tuan & Nona
100
Lelucon Daun
101
Kepala Keluarga
102
Sandaran Bahu
103
Berbagi Hati
104
Seorang Kakak
105
Meminjam Nama
106
Tanpa Jejak
107
Gudang Kosong
108
Pakaian Sempit
109
Satu Atap
110
Dalang Kegelisahan
111
Ingin Pulang
112
Rumah Lama
113
Pasangan Favorit
114
Pil Pelukan
115
Menebak Kalimat
116
Detik Berharga
117
Provokator Asmara
118
Melenyapkan Egois
119
Bahu Sandaran
120
Jiwa Jomlo
121
Bulan Penumbra
122
Penjara Abadi
123
Pengalihan Tahta
124
Nenek
125
Terima Kasih
126
Penting!
127
Episode 1: Meminta Saran
128
Episode 2: Berdamai
129
Episode 3: Kencan Buta
130
Episode 4: Kacamata Hitam
131
Episode 5: Tempat Semula
132
Episode 6: Sekretaris Pribadi
133
Episode 7: Pertemuan Rahasia
134
Episode 8: Membangunkan Gavin
135
Episode 9: Menjalin Waktu
136
Episode 10: Pekerjaan Alea
137
Episode 11: Lembur
138
Episode 12: Larut Malam
139
Episode 13: Tanda Bahaya
140
Episode 14: Kehilangan Pegawai
141
Episode 15: Bertamu
142
Episode 16: Dilema
143
Episode 17: Sebuah Tamparan
144
Episode 18: Terikat Berita
145
Episode 19: Ingin Berkunjung
146
Episode 20: Kebohongan Besar
147
Episode 21: Menyatakan Perasaan
148
Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149
Episode 23: Nyctophobia
150
Episode 24: Penolakan Keras
151
Episode 25: Genggaman Tangan
152
Episode 26: Liburan
153
Episode 27: Kemarahan Ainsley
154
Episode 28: Tempat Tidur
155
Episode 29: Mencari Nayra
156
Episode 30: Pengharapan
157
Episode 31: Menceburkan Diri
158
Episode 32: Wanita Aneh
159
Episode 33: Salah Kira
160
Episode 34: Hamil
161
Episode 35: Makan Siang Keluarga
162
Episode 36: Pertemuan Kembali
163
Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164
Episode 38: Flashback
165
Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166
Episode 40: Berusaha Bangkit
167
Episode 41: Hubungan Khusus
168
Episode 42: Kemustahilan
169
Episode 43: Satu Persen
170
Episode 44: Kiriman Bunga
171
Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172
Episode 46: Terperangkap Hujan
173
Episode 47: Hak Milik
174
Episode 48: Api Kecemburuan
175
Episode 49: Keputusan Willy
176
Episode 50: Keinginan Nayra
177
Episode 51: Obsesi
178
Episode 52: Rumah Nayra
179
Episode 53: Pengaruh Alkohol
180
Episode 54: Penggemar Fanatik
181
Episode 55: Melamar
182
Episode 56: Persiapan Pernikahan
183
Episode 57: Pernikahan
184
Episode 58: Dua Pilihan
185
Episode 59: Waktu Berdua
186
Episode Khusus: Happy Anniversary
187
Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188
Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189
Dear Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!