"Ley!! Aku tidak percaya kau begitu cantik!! Aku baru saja datang. Tadi aku dijemput.." kalimat Juni terhenti karena pelukan Ainsley.
"Aku tidak ingin menikah, Juni. Ini belum terlambat. Aku masih bisa membatalkan pernikahan ini. Kau harus membantuku untuk pergi dari sini."
"Ley! Tatap mataku! Jangan pikirkan bahwa orang yang kau nikahi adalah suami kakakmu. Hari ini adalah hari pernikahanmu. Kau akan menjadi istri dari seorang pria. Tersenyumlah di hari bahagiamu ini." memeluk pipi Ainsley dengan kedua belah tangan.
"Tapi pada kenyataannya aku tidak bahagia. Aku juga tidak mencintainya dan aku tidak pernah bertemu dengannya. Bagaimana rupanya saja aku tidak tau, apalagi sifatnya. Bagaimana jika dia bukan pria yang baik?"
"Kakakmu tidak akan mempercayakan adik kesayangannya ke sembarangan pria."
"Tetap saja.. Aku tidak ingin pernikahan yang seperti ini." air mata jatuh satu persatu.
"Hentikan, Ley! Kau akan mengotorinya. Air mata akan menghapus riasanmu dan wajahmu akan kembali jelek!" mengusap air mata di pipi Ainsley.
"Maksudmu tanpa riasan ini, aku terlihat jelek?! Kau teman yang jahat!"
Seruan yang mengundang tawa itu dihentikan oleh kedatangan Robin. Sudah saatnya mereka pergi ke tempat pernikahan. Robin menawarkan tangan untuk membantu Ainsley berjalan menuju mobil. Begitu pula dengan Juni, sehingga tubuhnya ditopang di sisi kiri dan kanan. Lantas Ainsley tertawa karena Juni dan Robin sudah seperti pengawal yang siap sedia mengantarkannya kemana saja.
Di dalam mobil Ainsley kelihatan sangat gugup dan tegang. Jemarinya tidak berhenti saling bertaut satu sama lain. Terkadang Ainsley membuka jendela sekedar menyegarkan diri, kemudian jendela ditutup kembali dan itu terjadi berulang kali.
"Sebenarnya tuan akan pergi bersama nona tadinya. Tapi karena nona terlalu lama, tuan memutuskan untuk pergi lebih dulu."
"Mengapa kau memberitahukan hal itu sekarang, Robin? Itu membuatku semakin gugup." raut wajahnya semakin khawatir.
"Menggoda nona sangat menyenangkan." tertawa lebar.
"Hey! Hey! Sebentar lagi temanku ini akan menjadi nyonya Zack. Cukup ini jadi yang terakhir kau menggodanya." canda Juni.
Suasana yang tegang mulai mencair berkat gurauan yang dilontarkan oleh Juni dan Robin. Ainsley tidak lagi begitu gugup memikirkan jalannya pernikahan.
Sesampainya di gedung pernikahan, hal pertama yang ditatap oleh Ainsley adalah seorang pria yang kini tengah berdiri memakai pakaian yang serasi dengan gaun pernikahan yang dikenakannya. Pria itu lah yang akan menjadi suaminya kelak, dengan kata lain awal mula dirinya berada dalam pernikahan yang tidak diinginkan.
Pernikahan dilangsungkan di depan keluarga kedua mempelai. Zack menyematkan cincin di jari manis Ainsley, begitu pula dengan Ainsley. Sambil menahan tangannya yang gemetar, Ainsley menyematkan cincin yang sama di jari manis pasangannya.
Ainsley tidak berani mengangkat kepala untuk melihat calon suaminya. Kenyataan bahwa dirinya menuduh Zack sebagai seorang pembunuh membuat dirinya sangat malu. Ainsley sudah berusaha membujuk Robin untuk mempertemukan dirinya dengan Zack agar bisa meminta maaf secara langsung, tetapi rencananya gagal. Sekarang setelah bertemu pun, hanya sekedar untuk menyapa saja Ainsley tidak berani.
Setelah acara utama pernikahan usai, tanpa sepatah kata Zack langsung pergi meninggalkan tempat itu. Kepergiannya dari sana membuat keluarganya yang lain juga ikut meninggalkan acara. Padahal acara masih belum sepenuhnya usai.
Kini ruangan pesta begitu sepi tidak seperti acara pesta pernikahan yang seharusnya. Juni bahkan mendengar suara kunyahannya sendiri menggema di ruangan itu. Sadar akan sesuatu yang menurutnya aneh, Juni menengok ke kiri dan ke kanan. Tidak ada siapa-siapa selain dirinya dan Ainsley di sana.
Kemana semua orang? Apa aku ketinggalan sesuatu karena sibuk mengunyah makanan?
Juni bergegas menghampiri Ainsley yang duduk termenung seorang diri. Ainsley kelihatan bersedih hati duduk di sana. Juni pun menghampiri dan menghibur temannya itu. Juni mengeluarkan candaan agar Ainsley tidak lagi bersedih.
"Ley! Apa kau lihat itu?"
"Apa?" tidak bersemangat.
"Suamimu."
"Aku tidak percaya jika dia menjadi suamiku." menghela napas dan berjalan ke arah pintu keluar.
"Aku juga tidak percaya! Dia sangat tampan untuk menjadi suamimu." mengikuti langkah Ainsley.
"Aku tidak melihatnya."
"Kau serius tidak melihatnya?!"
"Aku tidak berani melihatnya. Kejadian di rumah besar itu membuatku sangat malu untuk menatapnya."
"Tenang saja! Aku sudah mengambil fotonya untukmu!" meraih ponsel dan mencari foto tersebut.
"Aku lebih tidak percaya dengan apa yang aku lihat di ponselmu." memalingkan wajah setelah melihat beberapa foto di ponsel Juni, lalu melanjutkan perjalanan.
"Kau harus mengambil fotonya untukku lain kali."
"Serius, Juni?! Aku memberikan foto suamiku kepada orang lain?"
"Anggap saja aku penggemarnya!"
"Lihat saja foto yang kau ambil itu. Dia terlihat sangat tampan di sana." cekikan.
"Tapi fotonya buram, Ley! Aku tidak bisa melihat apa pun."
Rengekan Juni dan langkah mereka terhenti ketika mengetahui bahwa semua orang sudah pergi meninggalkan mereka berdua. Tidak ada lagi mobil yang terparkir di sana. Begitupun Robin yang mereka harapkan menjadi penyelamat.
Bagi Ainsley sekarang bukan saatnya berkecil hati atau menangis. Ainsley sudah tau kehidupannya baru akan dimulai. Ainsley memutar otak bagaimana agar dirinya bisa sampai ke Casa Felise. Menemukan solusi yang cemerlang, Ainsley pun menuju sebuah rumah kecil yang ada di sana.
Ainsley mengetuk pintu rumah tersebut. Tidak lama kemudian seorang wanita sepantar mereka keluar dalam keadaan bingung. Wanita itu menanyakan keperluan mereka dan transaksi pun terjadi. Ainsley menukar gaun pernikahannya dengan pakaian yang lebih nyaman untuk dipakai saat berjalan.
"Apa kau serius, Ley?! Gaun itu seratus kali lipat lebih mahal dari pakaian yang kau kenakan sekarang." menganga lebar.
"Tapi ini seratus kali lipat lebih nyaman untukku. Lihat! Bahkan dia memberiku sepatu baru miliknya!" memamerkan sepatunya pada Juni.
"Aku tidak tau lagi harus berkata apa padamu." melangkah lebih dulu.
Sesaat kemudian Juni kembali berbicara, "Apa suamimu harus melakukan pernikahan di tempat terpencil seperti ini? Tempat ini sangat jauh dari pusat kota. Dari tadi kita berjalan tidak ada satu pun toko yang bisa kita temukan. Sekarang bagaimana kita akan pulang?"
Tidak kehilangan akal Ainsley mencoba mencari tumpangan. Dibantu oleh Juni, mereka memberhentikan setiap mobil yang lewat dan berharap ada yang bersedia membawa mereka untuk sampai ke pusat kota.
Usaha yang cukup panjang itu menemukan harapan. Sebuah mobil angkutan umum bersedia memberikan tumpangan, akan tetapi mereka hanya bisa menempati bagian belakang mobil di mana terdapat sekumpulan ayam ternak.
"Aku tidak mau menghabiskan waktu dengan ayam-ayam itu, Ley. Mereka sangat bau." mata berkaca-kaca.
"Tahan sebentar saja, Juni. Sampai kita tiba di pusat kota."
Akhirnya Juni menyerah dan memilih ikut. Juni menahan tangis karena harus mencium bau kotoran ayam sepanjang perjalanan. Sesekali Juni menggunakan bahu Ainsley untuk menutupi hidungnya.
Hari semakin gelap. Mereka sampai di pusat kota. Perjalanan yang menyesakkan itu sudah berakhir. Juni segera melompat keluar dari sana. Tidak lupa sebelum pergi mereka berterimakasih pada orang baik hati yang mengantarkan mereka.
Setelah itu mereka berpisah menuju rumah masing-masing. Lambaian tangan adalah pertemuan terakhir mereka hari ini. Ainsley segera menuju Casa Felise karena waktu sudah hampir menunjukkan pukul 8 malam.
Setibanya di apartemen Ainsley tidak langsung ke kamarnya. Terlebih dahulu Ainsley nengendap-endap memastikan pria yang harusnya tinggal bersamanya kini ada di rumah. Tidak menemukan siapa-siapa Ainsley bisa bernapas lega karena dirinya hanya sendirian di apartemen.
1 tahun berlalu..
Ainsley terbiasa menjalani kesehariannya seorang diri di apartemen. Selama itu Ainsley hidup sebagai anak kuliahan biasa. Ainsley tidak perlu memikirkan persoalan biaya karena semuanya sudah ditanggung oleh suaminya. Di samping itu tidak ada yang tau jika dirinya sudah menikah. Bahkan hari pernikahan yang dilangsungkan tahun kemarin bagaikan angin lewat saja.
Bukan hanya suaminya yang tidak menampakkan diri. Robin yang selalu membantu dan mengerti akan kesulitannya juga menghilang begitu saja setelah pernikahan, akan tetapi sebelun pergi Robin memberikan hadiah kecil untuknya.
"Nona Ainsley akan kemana?" tanya seorang petugas yang berjalan ke arahnya.
"Saya akan pergi ke kampus." tersenyum.
Setiap dirinya akan pergi, seorang petugas keamanan akan menghampiri dan membantunya mengoperasikan lift. Sehingga Ainsley tidak perlu khawatir lagi untuk menaiki tangga setiap harinya.
***
"Tuan, hari ini adalah hari peringatan kematian." mengetuk pintu.
Berbeda dengan Ainsley yang tidak terlalu bersedih lagi, sebaliknya Zack membiarkan dirinya dibayangi oleh Emily. 1 minggu terakhir ini adalah puncak kesedihannya. Selama itu Zack lalai dalam tugas dan membiarkan Robin menggantikan dirinya.
Hari ini adalah peringatan kematian pertama. Sudah setahun semenjak kepergian Emily, namun Zack masih belum bisa melupakannya dan peringatan kematian Emily adalah satu-satunya alasan baginya untuk beranjak dari kamar.
"Kita akan pergi menjemput wanita itu."
Robin sangat terkejut melihat Zack keluar dengan tampang kusut. Kulit wajah itu begitu kering dan kusam. Mata itu juga kelihatan sangat lelah memperlihatkan lingkaran hitam di area mata. Bahkan Zack tidak mencukur jenggot dan kumis.
"Tidak bisa. Tuan tidak bisa keluar seperti ini. Saya akan membantu memperbaiki penampilan tuan." menarik Zack kembali masuk ke dalam kamar.
Robin menjalani ritualnya selama berjam-jam, mencukuri jenggot dan kumis tuannya. Robin juga memotong sedikit rambut yang mulai panjang itu dan mengoleskan pelembap pada wajah dan bibir tuannya agar tidak kering seperti sebelumnya.
"Sudah selesai." puas dengan hasil kerjanya.
Setelah itu mereka pun beranjak ke Casa Felise untuk menjemput wanita yang Zack maksud. Peringatan kematian Emily tidak akan lengkap jika tidak ada Ainsley di sana, orang yang sangat disayangi Emily.
Meninggalkan Zack menunggu di mobil, Robin pergi menjemput Ainsley. Setelah sekian lama akhirnya mereka kembali bertemu. Sebuah kebahagiaan tersendiri untuk Robin karena tuannya akan bertemu dengan sang istri.
Pintu dibuka dan hal pertama yang Robin katakan adalah bagaimana kondisi Ainsley selama dirinya tidak ada. Ainsley terpaku dan mengucek kedua mata lantaran tidak percaya dengan apa yang dilihat. Kedatangan Robin setelah setahun lamanya seperti sebuah mimpi.
"Saya datang bersama tuan menjemput nyonya untuk memperingati kematian mendiang nyonya Emily."
Hari itu adalah pertama kalinya Ainsley duduk di samping suaminya setelah sekian lama tidak bertemu. Ainsley tidak begitu jelas melihat bagaimana rupa pria itu, karena hanya bisa melihat wajah sisi samping saja ketika menaiki mobil.
Di pemakaman suasana duka masih sangat terasa setelah setahun kepergian Emily. Semua momen yang dilalui bersama Emily seakan hadir kembali pada saat itu. Memukul hebat hati yang sempat berdiri tegar menghadapi berita buruk yang dialami.
Setelah hari di mana mereka mengunjungi makam Emily, sesekali Zack datang menginap di apartemen. Hanya menggunakan kamarnya sebagai tempat beristirahat jika bekerja di Casa Felise, namun tetap tidak ada niat untuk berinteraksi dengan Ainsley.
Semua itu terjadi selama 3 tahun, yang mana pertemuan hanya akan terjadi saat mereka mengunjungi makam Emily. Seterusnya pula menikmati duka yang masih tersemat di hati. Bukan hanya Zack yang berada dalam kubangan duka, begitu pun halnya dengan keluarga besar Zack.
Tatapan mereka kepada Ainsley tetap sama. Tidak ada yang suka akan keberadaan Ainsley, termasuk saat peringatan kematian Emily. Mereka memandang sinis sehingga membuat Ainsley tidak nyaman dan memilih menjauh dari mereka.
Ainsley duduk di kursi panjang yang ada di sekitar pemakaman. Zack memilih tempat pemakaman yang sungguh indah untuk Emily. Jauh dari keramaian kota dan memiliki keindahan yang sangat betah untuk dipandang. Sambil memejamkan mata Ainsley menghirup udara segar.
Bruum..
Suara deruan mobil mengusik kenyamanan. Ainsley segera membuka mata dan alangkah terkejutnya Ainsley ketika melihat sebuah mobil hitam melaju diikuti oleh mobil lainnya. Bergegas Ainsley keluar dari area pemakaman dan mengejar mobil tersebut, namun Ainsley sudah tertinggal terlalu jauh.
Ainsley menendang batu yang ada di jalan. Ainsley sangat kesal karena lagi-lagi ditinggal pergi dan ini adalah yang ke 3 kalinya Ainsley menyusuri jalan yang begitu panjang itu sendirian. Ainsley begitu lelah untuk mencari tumpangan. Di samping dirinya juga ingin sendirian sekarang.
***
"Sudah empat kali tuan meninggalkan nyonya."
"Dia akan pulang dengan sendirinya."
"Kalau boleh saya tau, sebenarnya apa yang membuat tuan gelisah setelah menghadiri peringatan kematian?"
"Setiap menemui Emily, aku merasa bersalah saat bersama Ainsley."
Sebuah mobil tiba-tiba datang mencegat. Dari mobil itu seorang wanita muncul, lalu mengetuk jendela mobil Zack. Sesuai perintah, kaca jendela pun diturunkan.
"Hanya jendela? Kau seharusnya membuka pintu untukku."
"Apa maumu?"
"Aku merindukanmu, Zack."
"Aku tidak ada waktu untuk meladenimu."
"Tunggu! Zack! Aku belum selesai bicara denganmu. Berhenti atau aku akan datang ke Casa Felise."
Tidak ada orang yang tau jika Zack tinggal di Casa Felise selama ini. Hal itu mengingatkannya pada paparazi yang pernah disembunyikan oleh James. Hanya paparazi itu satu-satunya orang yang berani mengikutinya, bahkan sampai ke Casa Felise.
"Paparazi itu kau yang mengirimnya?"
Stella memalingkan mata merubah pandangan. Stella tidak berani menjawab pertanyaan Zack. Sikapnya yang demikian sudah bisa menandakan bahwa Stella memang mengirimkan paparazi untuk mengikuti Zack.
Zack sangat marah dan mengeluarkan ancaman jika Stella masih berbuat nekat seperti itu dan datang ke Casa Felise, dirinya tidak akan segan-segan membuat perhitungan pada Stella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Ijah Sopiah
Apakah tidak ada satupun cowok yang suka sama Anseley
2021-11-24
1
Ita Mariyati
ainsley,,kasihan tidak dianggap..selalu ditinggal..lbh baik kabur,,,
2021-06-26
1
al - one ' 17
kasihan noh ainsley
2021-03-22
0