Pernikahan Yang Tak Diinginkan

Pernikahan Yang Tak Diinginkan

Episode 1: Selimut Kesedihan

..."Tak harus sedarah untuk menjadi saudara."...

...***...

Matahari bersinar cerah dalam pilu yang selalu melingkupi sebuah makam. Batu nisan masih lembap karena hujan yang tadinya mendera. Pepohonan menjatuhkan tetesan air yang menyentuh setiap helaian daunnya.

Dua pasang kaki menapaki tanah yang becek menghadap batu nisan. Dari ujung kaki sampai ujung kepala pakaian serba hitam menghiasi tubuh mereka. Hari itu adalah peringatan kematian seseorang. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, seikat bunga Lily diletakkan di bawah batu nisan yang bertuliskan nama ‘Emily Anderson’.

Ainsley masih ingat dengan jelas saat pertama kali bertemu dengan Emily. Waktu itu dia masih berusia 7 tahun. Pertemuan mereka terjalin di sebuah panti asuhan yang mana keluarga bermarga Anderson ingin mengadopsi seorang anak dari panti asuhan tersebut.

Dia tidak ingin menjadi anak yang dipilih untuk diadopsi. Oleh karena itu dia memilih untuk bersembunyi di dalam lemari pakaian. Alasannya ialah karena dia memiliki kenangan buruk saat bertemu dengan orang yang pernah mengadopsinya.

Di dalam kurungan kegelapan, sebuah senyuman menggantikannya dengan cahaya. Uluran tangan yang seakan menawarkan kehangatan itu membuatnya tanpa sadar keluar dari kegelapan yang selama ini mengikuti. Senyuman tulus itu berasal dari wajah Emily, anak tunggal dari keluarga Anderson.

Di usia itu pula Ainsley resmi menjadi anggota keluarga Anderson, pemilik salah satu perusahaan jasa. Masa lalu kelam yang dialaminya tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk menjadikan Ainsley sebagai anak bungsu di keluarga tersebut.

Di rumah baru itu Ainsley menemukan kebahagiaan yang selama ini tidak pernah didapatkan. Dia disayangi layaknya anak kandung sendiri dan diberikan pendidikan yang sama seperti Emily. Keutuhan keluarga itu berhasil membuat dia memiliki hari-hari yang sangat bahagia.

...***...

"Emily, bangun! Kau ingin terlambat ke sekolah? Bangunkan adikmu! Kita harus segera berangkat,” perintah sang ibu dengan teriakan yang sudah biasa didengar oleh seluruh penghuni rumah.

Emily menguap sembari menyingkirkan selimut dari tubuhnya. Menghampiri ranjang adiknya yang mana masih berada di ruangan yang sama dengannya, lalu melompat ke atas tubuh yang masih terbalut selimut dan menggelitikinya.

Di sela tawa yang sudah memenuhi diri, Ainsley memohon agar Emily menghentikan gelitikan itu, "Hentikan! Baiklah! Aku bangun! Aku mohon, hentikan!"

Mata yang sudah terbuka lebar membuat Ainsley tidak lagi digelitiki. Dia berusaha mengatur napas yang seperti sedang dikejar-kejar oleh penagih hutang. Saat mengambil handuk yang menggantung di belakang pintu, dia mencuri kesempatan membalas keusilan Emily dengan hal yang serupa. Setelah itu dia berlari keluar kamar secepat mungkin.

Sang ibu yang menyaksikan keusilan mereka tidak bisa menahan tawa. Begitu pun sang ayah yang baru saja terlibat dalam keusilan kedua anaknya. Tubuhnya kerap dijadikan sebagai tempat persembunyian kala dua makhluk kecil itu berkejaran. Kebahagiaan selalu merebak di antara mereka semua.

Di perjalanan menuju sekolah, tingkah lucu mereka kembali terjadi. Kali ini bukan lagi di dalam rumah, melainkan di dalam mobil yang dikendarai oleh sang ayah ketika hendak mengantar anak-anaknya ke sekolah.

"Hari ini kalian pulang dengan bus sekolah ya, karena ibu dan ayah harus pergi ke luar kota. Kami akan kembali besok pagi. Nanti ibu akan mengabari kalian."

"Yes!!" Ainsley dan Emily yang duduk di bangku penumpang serentak bersuara.

Sang ibu mengernyitkan alis dan menggelengkan kepala memandang tingkah laku anak-anaknya. Sedangkan sang ayah yang sedaritadi menyetir mobil hanya bisa tersenyum geli.

"Ibu tidak akan membawakan oleh-oleh jika kalian nakal selama kami pergi."

Ancaman itu seperti aba-aba yang mengharuskan kedua makhluk kecil itu duduk dengan manis tanpa mengeluarkan bantahan sedikit pun.

"Kami tidak akan nakal selama ibu dan ayah pergi. Jadi aku ingin dibawakan mainan mobil-mobilan."

"Kau itu anak perempuan. Mainannya boneka, bukannya mobil-mobilan," ucap Emily bersungut-sungut.

"Tapi aku menginginkannya," Ainsley memasang tampang cemberut.

Emily menyerah dan membiarkan adiknya meminta mainan mobil-mobilan karena bukan hal yang baru lagi jika Ainsley menginginkan mainan anak laki-laki. Kamar mereka pun dipenuhi oleh mainan yang bertolak belakang dari anak perempuan seharusnya.

"Ibu akan membawakannya untuk putri kecil ibu. Tapi syaratnya kalian tidak boleh nakal, ya!"

Ainsley mengangguk mantap. Matanya berbinar cerah tidak sabar menantikan mainan yang akan didapatkan setelah orangtuanya pulang nanti.

"Jaga adikmu, Emily."

"Siap, komandan!" Emily meniru gerakan tangan petugas keamanan sekolah.

Lantas semuanya tertawa karena respons Emily terhadap perintah sang ayah yang tidak pernah diduga sebelumnya.

***

Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Emily mondar-mandir di depan Ainsley. Jika biasanya di jam tersebut adalah jadwal mereka untuk tidur malam namun kali ini dia ingin melakukan sesuatu yang berbeda.

"Bagaimana kalau kita menonton TV sambil makan camilan?"

"Ibu akan marah jika tahu. Kita sudah berjanji pada ibu untuk tidak berbuat nakal," ucap Ainsley masih berselonjor santai di atas ranjang.

"Ayolah, Ley! Hanya TV dan beberapa camilan saja," bujuk Emily sambil mengguncang-guncang tubuh adiknya.

"Ibu tidak membolehkan kita menonton TV pada malam hari. Kata ibu di jam seperti ini hanya orang dewasa yang boleh menyalakan TV."

"Tidakkah kau penasaran kenapa ibu bilang begitu pada kita?"

Dalam keadaan telentang Ainsley menghela napas sambil melipatkan tangan di dada, "Kau terlalu cepat untuk dewasa, Mily."

"Tenang saja! Ibu tidak akan tahu jika kita tidak memberitahu. Aku tidak akan meninggalkan jejak sedikit pun."

Setelah berpikir panjang akhirnya Ainsley menyetujui ajakan Emily. Selain belum mengantuk, dia juga tidak tahu harus melakukan apa jika ditinggal sendirian di kamar.

Camilan disediakan di hadapan mereka. Sebuah remote televisi yang bebas untuk digunakan juga tersedia di atas meja. Tayangan berpindah dari satu saluran ke saluran lainnya. Mereka memilih film yang menurut mereka terlihat menarik untuk ditonton.

Tontonan yang berlangsung hingga larut malam itu mengantarkan mereka pada mimpi indah. Mereka terlelap di atas sofa dengan televisi masih menyala dan sampah camilan berserakan di lantai.

...***...

Pagi harinya suara deringan telepon membangunkan Ainsley lebih dulu. Saat membuka mata dia teringat pada ibunya yang berkata akan menghubungi mereka sebelum pulang ke rumah. Bergegas dia menggapai gagang telepon dan mengangkatnya.

"Halo? Ibu?" mengucek mata.

"Apakah ini Emily Anderson?" suara orang asing dari seberang sana.

"Bukan. Ini Ainsley Anderson, adiknya Emily Anderson."

Emily ikut terbangun dan dengan spontan memungut satu persatu sampah camilan di lantai. Membersihkan kenakalan yang mereka tinggalkan semalam. Berjaga-jaga jikalau orangtuanya sudah hampir sampai.

Ainsley melirik Emily yang kini sedang sibuk bersih-bersih. Kemudian sembari mengangguk dia mengatakan bahwa Emily ada bersamanya sekarang. Pembicaraan melalui telepon pun berlanjut.

Suara formal seorang pria itu seperti berusaha menenangkannya dan yang terjadi setelah itu kabar mengejutkan terdengar. Ainsley meneteskan air mata disusul dengan memanggil nama kedua orangtuanya berulang kali.

Emily yang mendengar suara tangis seketika menjatuhkan sampah camilan begitu saja, lalu berlari mengambil alih telepon dan menempelkannya ke telinga. Pada orang asing di seberang sana dia bertanya mengapa adiknya menangis dan jawaban yang sama didapatkan. Ekspresinya berubah sama seperti ekspresi adiknya.

Sebuah kecelakaan telah merenggut nyawa orangtua mereka dalam perjalanan pulang. Mobil yang harusnya sampai di rumah pada pagi hari, menabrak mobil besar yang terparkir di pinggir jalan. Kelelahan adalah penyebab utama dari tragedi itu.

Dijemput oleh polisi setempat, mereka datang ke pemakaman. Di sana Ainsley disodorkan sebuah kotak berukuran mini oleh polisi. Kotak itu dibungkus cantik dengan kertas kado. Di dalamnya ada sebuah mainan mobil-mobilan. Mainan itu membuat dia teringat akan percakapan yang terjadi di dalam mobil pagi kemarin.

"Ainsley sudah berbuat nakal, Bu. Ainsley tidak bisa menerima ini. Kembali ayah, kembali ibu," ucapnya sambil menangis tersedu.

Di samping itu Emily juga menangis di sudut ruangan. Sambil memeluk lutut dia memanggil-manggil nama ayah dan ibunya. Sosok ceria yang selama ini diperlihatkan pada semua orang, akhirnya menampakkan kesedihan di baliknya. Hari ini Emily tidak tegar. Hari ini Emily adalah anak yang cengeng.

Ainsley merangkul tangisan kakaknya, menggantikan dirinya yang selalu dirangkul ketika menangis. Dia menepuk-nepuk punggung Emily berusaha menenangkan kesedihan. Sesekali tangan diusap ke pipinya menghapus air mata yang juga mengalir.

Usia yang masih belia membuat mereka harus tinggal bersama paman dan bibi. Di rumah itu hidup mereka tidak berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Mereka menghadapi berbagai macam rintangan di sana.

Setiap hari mereka diperlakukan seperti orang rendahan. Mereka dipaksa mengerjakan seluruh pekerjaan rumah. Mulai dari membersihkan rumah, mencuci piring, mencuci pakaian, hingga memasak. Selain itu mereka tidak dibiarkan menyantap makanan yang mereka buat sendiri. Untuk mengisi kekosongan perut mereka hanya disuguhkan makanan berupa roti.

Tetapi perlakuan paman dan bibi terhadap mereka akan jauh berbeda ketika orang lain datang berkunjung. Contohnya saja seperti teman baik dari kedua orangtua mereka. Kasih sayang yang dibuat-buat diperlihatkan dan penjilatan juga terjadi. Belum sampai di situ, siasat dimainkan untuk mengalihkan kepemilikan perusahaan yang tadinya diwariskan untuk Emily.

Mereka tidak bisa membocorkan sifat asli paman dan bibi karena hal itu hanya akan membuat perlakuan yang didapatkan menjadi bertambah buruk. Untuk sekarang yang bisa mereka lakukan hanya menunggu waktu agar bisa pergi dari rumah bagaikan penjara itu.

Sejak perusahaan direbut, orang yang harusnya mengasuh mereka menjadi jarang pulang ke rumah. Jika pulang pun hanya singgah sekedar meninggalkan menu yang sama setiap harinya untuk mereka santap, beberapa potong roti.

Ketika hanya ada Ainsley di rumah, kalimat yang berisikan hinaan sering dilontarkan padanya. Bahkan kebanyakan adalah sesuatu yang tidak benar-benar dipahami anak seusianya. Jika paman atau bibinya pulang, dia akan dikatai sebagai anak yang tidak jelas asal-usulnya, penipu, pembuat onar, bahkan dalam segala masalah yang sama sekali tidak di mengerti oleh anak seusianya. Dia selalu dijadikan kambing hitam.

Gedoran pintu yang terdengar tidak sabar itu membuat Ainsley harus segera membukanya. Meninggalkan kain pel tergeletak di lantai, dengan langkah cepat dia menghampiri pintu.

Dia terkejut mengetahui pamannya adalah orang yang menggedor pintu. Bau menusuk tercium dari arah pamannya. Dia tidak tahan untuk tidak menutup hidung. Sungguh hal yang mengejutkan karena sudah dua bulan lamanya dan sekarang pamannya pulang ke rumah.

Melihat sang paman berjalan sempoyongan mau tidak mau membuatnya harus membantu. Dia melingkarkan tangan ke pinggang pamannya dan menuntunnya menuju sofa. Di sofa itu dia menyandarkan pamannya, kemudian dia mengambil botol minuman yang sedaritadi berada dalam genggaman pamannya. Bau yang sama tercium dari botol itu.

Botol tersebut jatuh ketika dia hendak meletakkannya di atas meja dan di saat yang sama pula matanya melebar. Sebuah pelukan yang membuat bulu kuduknya berdiri didapatkan dari orang yang diduduki. Bukan cuma pelukan, bahkan kini pamannya juga mendaratkan ciuman di lehernya. Tidak tahan dengan sikap sang paman yang menurutnya sangat aneh, dia segera melompat dari pelukan itu.

Dia berlari sekuat tenaga agar bisa mencapai kamar. Teriakan tidak berhenti keluar dari mulutnya. Sayangnya langkah kecil itu berhasil dikejar oleh orang yang sangat ingin dihindari. Dia terjatuh saat sedang menaiki tangga. Tubuhnya ditangkap oleh sang paman. Bajunya dirobek secara paksa sehingga membuat bagian bahu kanannya terbuka lebar. Dia berusaha menutupinya dengan tangan dan menolak setiap kali pamannya mencoba membuka bagian yang lain.

Di luar sana Emily yang baru saja pulang dari kerja paruh waktu, bergegas masuk saat mendengar suara gaduh. Sampai di dalam rumah dia terkejut menyaksikan pamannya tengah membuka paksa baju adiknya. Dia mencari-cari sesuatu untuk menghentikan pamannya dan alhasil sebuah pot bunga dilayangkan ke kepala sang paman. Hantaman yang kuat itu menjatuhkan sang paman. Segera setelah itu dia membawa adiknya masuk ke dalam kamar dan mengunci diri mereka di sana.

Emily mengusap air mata yang membasahi pipi adiknya, lalu dengan suara yang bergetar berkata, "Maafkan aku tidak bisa menjagamu. Nanti setelah aku berumur dua puluh tahun, aku akan membawamu pergi dari sini dan menata kembali hidup kita. Aku harap kau bersabar sebentar lagi, adikku."

Ainsley menganggukkan kepala dalam tangis. Tangannya balik mengusap air mata yang mengalir di pipi kakaknya. Suara isak tangis merebak di ruangan yang mana hanya ada mereka saja di dalamnya.

Semenjak kejadian itu setelah sekolah usai, Ainsley selalu menyusul ke tempat kerja Emily. Dia akan duduk di sudut ruangan sambil memperhatikan Emily yang sibuk bekerja. Terkadang juga mengisi waktu kosong mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Sedangkan Emily akan datang bekerja sepulang kuliah. Beralihnya kepemilikan perusahaan membuat pembayaran pendidikan terhenti, sehingga dia harus bekerja keras agar tetap bisa membayar pendidikannya dan juga Ainsley.

Emily menggeleng melihat adiknya tertidur pulas bersama buku yang sudah tidak lagi berada di pangkuan. Satu persatu buku dan alat tulis dimasukkan ke dalam tas. Dia menyandang tas yang disandarkan di dinding itu di depan tubuhnya, lalu menggendong Ainsley di belakang punggungnya.

Tidak ada kesedihan yang menemani mereka selama perjalanan pulang di malam hari yang senyap. Hanya ada senyuman yang terpancar di wajah mereka.

"Terima kasih, Ley. Sudah mau menjadi adikku."

Terpopuler

Comments

Kheira Luna

Kheira Luna

Renkoo aku balik lagi kangen pria tua😍

2022-07-22

1

iis_lintang95

iis_lintang95

tetiba kangen ainsly sm zack, alhasil baca ulang lage.🤩

2021-11-30

1

Seelmy Saleem

Seelmy Saleem

nyimak dulu thor baru mampir

2021-11-19

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: Selimut Kesedihan
2 Episode 2: Membenahi Kehidupan
3 Episode 3: Duplikat Hati
4 Episode 4: Kenangan Lama
5 Episode 5: Kebahagiaan Emily
6 Episode 6: Teman Baru
7 Rahasia Tersembunyi
8 Menolak Takdir
9 Pertemuan Duka
10 Kabar Buruk
11 Berteman Sepi
12 Gaun Pernikahan
13 Angin Lewat
14 Pria Bule
15 Episode 15: Salah Makan
16 Seorang Pencuri
17 Berita Penting
18 Terpaksa Berbohong
19 Situasi Rumit
20 Pria Tua
21 Bisnis Perjodohan
22 Terlambat Pulang
23 Khalayak Ramai
24 Melewati Bersama
25 Memastikan Hati
26 Melindungi Harapan
27 Pemandangan Langka
28 Cangkang Siput
29 Hadiah Penyesalan
30 Mencuri Start
31 Sebuah Kesalahan
32 Menahan Diri
33 Bintang Kecil
34 Menggoda Kekasih
35 Mengulur Waktu
36 Kartu Nama
37 Wanita Lain
38 Secarik Kertas
39 Tolong Aku!
40 Bunga Tulip
41 Efek Lampau
42 Rasa Bersalah
43 Obat Penawar
44 Salah Paham
45 Penderitaan Robin
46 Strategi Penjualan
47 Menanti Pertemuan
48 Mengingkari Janji
49 Takut Kecoak
50 Bersembunyi
51 Pesta Kecil
52 Ancaman Kepemilikan
53 Dansa
54 Kecemburuan
55 Jadwal Egois
56 Mogok Makan
57 Salmon Sushi
58 Cookies
59 Bertemu Juni
60 Dunia Baru
61 Menarik Perhatian
62 Kejutan
63 Episode 63: Pengacau
64 Episode 64: Keburaman
65 Buta
66 Episode 66: Karma
67 Kambuh
68 Syarat
69 Lepas
70 Kehilangan Arah
71 Pulang
72 Mi
73 Tamu Pertama
74 Posisi
75 Terancam
76 Diculik Ibu Tiri
77 Siapa Catrin?
78 Episode 78: Mengasuh Eilaria
79 Kesalahan Aaron
80 Kepergian Jeslyn
81 Terlambat Sadar
82 Menjadi Parasit
83 Perkara Ponsel
84 Menyelamatkan Catrin
85 Kesiaan Rindu
86 Mengasihani Diri
87 Rencana Lidya
88 Berpura-pura Bahagia
89 Jalan Keluar
90 Perseteruan Lama
91 Memulai Kembali
92 Penyamaran Ke-2
93 Tanpa Rencana
94 Benang Merah
95 Tamu Lain
96 Orang Kaya
97 Selamat Tidur
98 Episode 98: Wali Terhormat
99 Tuan & Nona
100 Lelucon Daun
101 Kepala Keluarga
102 Sandaran Bahu
103 Berbagi Hati
104 Seorang Kakak
105 Meminjam Nama
106 Tanpa Jejak
107 Gudang Kosong
108 Pakaian Sempit
109 Satu Atap
110 Dalang Kegelisahan
111 Ingin Pulang
112 Rumah Lama
113 Pasangan Favorit
114 Pil Pelukan
115 Menebak Kalimat
116 Detik Berharga
117 Provokator Asmara
118 Melenyapkan Egois
119 Bahu Sandaran
120 Jiwa Jomlo
121 Bulan Penumbra
122 Penjara Abadi
123 Pengalihan Tahta
124 Nenek
125 Terima Kasih
126 Penting!
127 Episode 1: Meminta Saran
128 Episode 2: Berdamai
129 Episode 3: Kencan Buta
130 Episode 4: Kacamata Hitam
131 Episode 5: Tempat Semula
132 Episode 6: Sekretaris Pribadi
133 Episode 7: Pertemuan Rahasia
134 Episode 8: Membangunkan Gavin
135 Episode 9: Menjalin Waktu
136 Episode 10: Pekerjaan Alea
137 Episode 11: Lembur
138 Episode 12: Larut Malam
139 Episode 13: Tanda Bahaya
140 Episode 14: Kehilangan Pegawai
141 Episode 15: Bertamu
142 Episode 16: Dilema
143 Episode 17: Sebuah Tamparan
144 Episode 18: Terikat Berita
145 Episode 19: Ingin Berkunjung
146 Episode 20: Kebohongan Besar
147 Episode 21: Menyatakan Perasaan
148 Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149 Episode 23: Nyctophobia
150 Episode 24: Penolakan Keras
151 Episode 25: Genggaman Tangan
152 Episode 26: Liburan
153 Episode 27: Kemarahan Ainsley
154 Episode 28: Tempat Tidur
155 Episode 29: Mencari Nayra
156 Episode 30: Pengharapan
157 Episode 31: Menceburkan Diri
158 Episode 32: Wanita Aneh
159 Episode 33: Salah Kira
160 Episode 34: Hamil
161 Episode 35: Makan Siang Keluarga
162 Episode 36: Pertemuan Kembali
163 Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164 Episode 38: Flashback
165 Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166 Episode 40: Berusaha Bangkit
167 Episode 41: Hubungan Khusus
168 Episode 42: Kemustahilan
169 Episode 43: Satu Persen
170 Episode 44: Kiriman Bunga
171 Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172 Episode 46: Terperangkap Hujan
173 Episode 47: Hak Milik
174 Episode 48: Api Kecemburuan
175 Episode 49: Keputusan Willy
176 Episode 50: Keinginan Nayra
177 Episode 51: Obsesi
178 Episode 52: Rumah Nayra
179 Episode 53: Pengaruh Alkohol
180 Episode 54: Penggemar Fanatik
181 Episode 55: Melamar
182 Episode 56: Persiapan Pernikahan
183 Episode 57: Pernikahan
184 Episode 58: Dua Pilihan
185 Episode 59: Waktu Berdua
186 Episode Khusus: Happy Anniversary
187 Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188 Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189 Dear Pembaca
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Episode 1: Selimut Kesedihan
2
Episode 2: Membenahi Kehidupan
3
Episode 3: Duplikat Hati
4
Episode 4: Kenangan Lama
5
Episode 5: Kebahagiaan Emily
6
Episode 6: Teman Baru
7
Rahasia Tersembunyi
8
Menolak Takdir
9
Pertemuan Duka
10
Kabar Buruk
11
Berteman Sepi
12
Gaun Pernikahan
13
Angin Lewat
14
Pria Bule
15
Episode 15: Salah Makan
16
Seorang Pencuri
17
Berita Penting
18
Terpaksa Berbohong
19
Situasi Rumit
20
Pria Tua
21
Bisnis Perjodohan
22
Terlambat Pulang
23
Khalayak Ramai
24
Melewati Bersama
25
Memastikan Hati
26
Melindungi Harapan
27
Pemandangan Langka
28
Cangkang Siput
29
Hadiah Penyesalan
30
Mencuri Start
31
Sebuah Kesalahan
32
Menahan Diri
33
Bintang Kecil
34
Menggoda Kekasih
35
Mengulur Waktu
36
Kartu Nama
37
Wanita Lain
38
Secarik Kertas
39
Tolong Aku!
40
Bunga Tulip
41
Efek Lampau
42
Rasa Bersalah
43
Obat Penawar
44
Salah Paham
45
Penderitaan Robin
46
Strategi Penjualan
47
Menanti Pertemuan
48
Mengingkari Janji
49
Takut Kecoak
50
Bersembunyi
51
Pesta Kecil
52
Ancaman Kepemilikan
53
Dansa
54
Kecemburuan
55
Jadwal Egois
56
Mogok Makan
57
Salmon Sushi
58
Cookies
59
Bertemu Juni
60
Dunia Baru
61
Menarik Perhatian
62
Kejutan
63
Episode 63: Pengacau
64
Episode 64: Keburaman
65
Buta
66
Episode 66: Karma
67
Kambuh
68
Syarat
69
Lepas
70
Kehilangan Arah
71
Pulang
72
Mi
73
Tamu Pertama
74
Posisi
75
Terancam
76
Diculik Ibu Tiri
77
Siapa Catrin?
78
Episode 78: Mengasuh Eilaria
79
Kesalahan Aaron
80
Kepergian Jeslyn
81
Terlambat Sadar
82
Menjadi Parasit
83
Perkara Ponsel
84
Menyelamatkan Catrin
85
Kesiaan Rindu
86
Mengasihani Diri
87
Rencana Lidya
88
Berpura-pura Bahagia
89
Jalan Keluar
90
Perseteruan Lama
91
Memulai Kembali
92
Penyamaran Ke-2
93
Tanpa Rencana
94
Benang Merah
95
Tamu Lain
96
Orang Kaya
97
Selamat Tidur
98
Episode 98: Wali Terhormat
99
Tuan & Nona
100
Lelucon Daun
101
Kepala Keluarga
102
Sandaran Bahu
103
Berbagi Hati
104
Seorang Kakak
105
Meminjam Nama
106
Tanpa Jejak
107
Gudang Kosong
108
Pakaian Sempit
109
Satu Atap
110
Dalang Kegelisahan
111
Ingin Pulang
112
Rumah Lama
113
Pasangan Favorit
114
Pil Pelukan
115
Menebak Kalimat
116
Detik Berharga
117
Provokator Asmara
118
Melenyapkan Egois
119
Bahu Sandaran
120
Jiwa Jomlo
121
Bulan Penumbra
122
Penjara Abadi
123
Pengalihan Tahta
124
Nenek
125
Terima Kasih
126
Penting!
127
Episode 1: Meminta Saran
128
Episode 2: Berdamai
129
Episode 3: Kencan Buta
130
Episode 4: Kacamata Hitam
131
Episode 5: Tempat Semula
132
Episode 6: Sekretaris Pribadi
133
Episode 7: Pertemuan Rahasia
134
Episode 8: Membangunkan Gavin
135
Episode 9: Menjalin Waktu
136
Episode 10: Pekerjaan Alea
137
Episode 11: Lembur
138
Episode 12: Larut Malam
139
Episode 13: Tanda Bahaya
140
Episode 14: Kehilangan Pegawai
141
Episode 15: Bertamu
142
Episode 16: Dilema
143
Episode 17: Sebuah Tamparan
144
Episode 18: Terikat Berita
145
Episode 19: Ingin Berkunjung
146
Episode 20: Kebohongan Besar
147
Episode 21: Menyatakan Perasaan
148
Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149
Episode 23: Nyctophobia
150
Episode 24: Penolakan Keras
151
Episode 25: Genggaman Tangan
152
Episode 26: Liburan
153
Episode 27: Kemarahan Ainsley
154
Episode 28: Tempat Tidur
155
Episode 29: Mencari Nayra
156
Episode 30: Pengharapan
157
Episode 31: Menceburkan Diri
158
Episode 32: Wanita Aneh
159
Episode 33: Salah Kira
160
Episode 34: Hamil
161
Episode 35: Makan Siang Keluarga
162
Episode 36: Pertemuan Kembali
163
Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164
Episode 38: Flashback
165
Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166
Episode 40: Berusaha Bangkit
167
Episode 41: Hubungan Khusus
168
Episode 42: Kemustahilan
169
Episode 43: Satu Persen
170
Episode 44: Kiriman Bunga
171
Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172
Episode 46: Terperangkap Hujan
173
Episode 47: Hak Milik
174
Episode 48: Api Kecemburuan
175
Episode 49: Keputusan Willy
176
Episode 50: Keinginan Nayra
177
Episode 51: Obsesi
178
Episode 52: Rumah Nayra
179
Episode 53: Pengaruh Alkohol
180
Episode 54: Penggemar Fanatik
181
Episode 55: Melamar
182
Episode 56: Persiapan Pernikahan
183
Episode 57: Pernikahan
184
Episode 58: Dua Pilihan
185
Episode 59: Waktu Berdua
186
Episode Khusus: Happy Anniversary
187
Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188
Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189
Dear Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!