"Hmm.. Jadi itu suami Ainsley?" gumam Lewis memperhatikan dengan siapa Juni berbicara.
Beberapa saat kemudian Juni kembali naik ke dalam mobil. Dari ekspresi Juni yang tidak terlalu khawatir lagi, Lewis menganggap bahwa semuanya sudah teratasi. Lewis pun mengantarkan Juni pulang ke rumah.
Setelah itu Lewis kembali ke tempat di mana Ainsley jatuh pingsan. Di sana suasana sangat sunyi dan tegang. Perkelahian yang akan terjadi tadi telah menghancurkan hari yang seharusnya menggembirakan.
Lexa menunjuk sebuah kursi kosong di antara mereka seakan menyuruh Lewis yang baru datang duduk di sana. Lewis tidak bisa menolak karena sepertinya Lexa sudah sangat marah padanya.
"Jelaskan situasi yang terjadi." menatap pria yang nyaris dipukuli oleh Lewis.
"Mereka sangat ketakutan dan aku berniat menenangkannya. Aku ingin menawarkan mereka untuk duduk agar lebih rileks, tetapi aku tidak pernah mengira jika kakak itu berteriak."
Setelah mengetahui yang sebenarnya, Lewis jadi merasa bersalah karena sudah tersulut emosi. Kekhawatiran telah membuat dirinya lupa bahwa mereka semua yang ada di sana adalah teman yang selalu ada di saat Lewis melewati suka dan duka. Lewis pun meminta maaf pada mereka semua, khususnya pada teman yang nyaris dipukulinya itu.
"Jika bertengkar apa yang harus kalian lakukan?" tanya Lexa.
"Berpelukan." jawab mereka semua dan berpelukan tidak ubahnya teletabis.
***
"Tuan! Tuan!"
"Robin, tidak bisakah kau melihat keadaan? Aku sedang berbicara dengan klien."
Robin menepi tidak membantah. Robin menunggu dengan kegelisahan menyelimuti dirinya. Untuk menyampaikan berita penting dari Juni, Robin terpaksa harus menunggu perbincangan selesai.
"Mereka sangat menyukainya. Memang tidak salah mempercayai Hughes Property untuk kenyamanan tamu hotel kami."
"Ayah!! Ternyata ayah di sini. Aku sudah lama menunggu." seorang wanita menghampiri.
"Putriku ini selain cantik, juga sangat pintar." mengusap kepala anaknya.
"Ayah terlalu memujiku." melirik Zack sebentar, lalu tersenyum.
"Aku berharap seseorang seperti tuan Zack bisa menjadi bagian dari kami." tersenyum lebar.
Apakah ini ajang pencarian jodoh? Aku di sini untuk bisnis.
"Bagaimana jika kita makan malam bersama?"
"Saya sangat tersanjung menerima tawaran anda." memaksa senyum.
Mereka beranjak ke sebuah restoran. Zack tidak bisa menolak tawaran itu, karena orang yang menyantap makanan sekarang adalah klien penting. Pria itu adalah salah satu pelanggan yang membawa keuntungan besar bagi perusahaan. Hotel pria itu didominasi oleh perabotan merek Hughes Property.
***
Juni mengemasi pakaian untuk dibawa bersamanya ke rumah sakit. Hari ini Juni berencana menemani Ainsley. Kejadian tadi masih menjadi beban pikirannya. Juni tidak tega membiarkan Ainsley sendirian saja selama tidak sadarkan diri.
Sesampainya di rumah sakit, Juni merapikan rambut Ainsley dan sedikit mendandaninya. Hal itu dilakukan agar Ainsley tetap terlihat cantik saat bertemu dengan Zack. Kemudian Juni celingak-celinguk di koridor. Sudah malam hari, namun orang yang ditunggu masih belum datang.
Akhirnya Juni menyerah mempertahankan perut laparnya. Juni meraih jaket tebal yang dibawa dari rumah, lalu bertandang keluar mencari sesuatu yang bisa mengenyangkan perut. Pilihannya jatuh pada sate yang berada tidak jauh dari rumah sakit.
"Maafkan aku, Ley. Kali ini aku akan makan jajanan kaki lima seorang diri." gumamnya.
***
Berkali-kali Robin melirik jam tangan. Sudah malam hari tetapi Robin masih belum mengatakan hal penting yang harus dikatakan. Mereka masih berada dalam jamuan makan malam hingga sekarang. Perbincangan tidak kunjung usai.
"Saya sangat senang kita bisa makan malam bersama."
"Benar, ayah. Aku juga sangat senang bisa makan malam bersama tuan Zack." tidak bisa menyembunyikan senyumannya.
Robin tidak tenang memikirkan keadaan istri tuannya di rumah sakit. Mereka menikmati makan malam, sedangkan Ainsley terbaring di sana. Setelah memikirkan berbagai macam pertimbangan, akhirnya Robin memberanikan diri. Robin membisikkan kabar penting tersebut ke telinga Zack.
"Sesuatu yang buruk terjadi pada nona Ainsley, tuan."
Bukan hanya Zack yang melihat ke arah Robin, begitu juga dengan klien beserta sang putri. Mereka yang masih memegangi alat makan melongo heran. Mulut yang mengunyah makanan juga berhenti.
"Mohon maaf. Sayang sekali saya ada urusan mendadak. Silahkan anda melanjutkan makan malam berdua." undur diri.
Tanpa memedulikan bagaimana tanggapan kliennya, Zack mengayunkan kaki dengan cepat meninggalkan restoran dan pergi menuju rumah sakit. Di dalam perjalanan Zack memarahi Robin, karena tidak memberitahukan kabar itu lebih awal. Lantas Robin hanya bisa tersenyum kecut.
"Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa Ainsley bisa ada di rumah sakit?"
"Teman nona yang bernama Juni tadi datang ke kantor. Dia mengatakan kalau nona Ainsley tiba-tiba saja pingsan dan dokter perlu berbicara pada wali nona secara langsung."
Selama perjalanan Zack terus berharap bahwa Ainsley baik-baik saja. Meskipun pernikahan bukanlah keinginannya, namun tetap saja Zack merasa khawatir jika terjadi sesuatu pada Ainsley. Entah itu karena Emily yang meminta dirinya untuk menjaga Ainsley, entah itu karena dirinya memang khawatir pada Ainsley.
Baru saja tiba di rumah sakit, Zack mendatangi Ainsley terlebih dahulu. Sedangkan Robin menunggu di luar untuk memastikan tidak ada orang lain yang mengganggu waktu antara Zack dan Ainsley.
Zack duduk sembari memperhatikan Ainsley yang masih tidak sadarkan diri. Itu adalah kali pertama Zack menatap lama wanita yang selama ini ditunggunya, bahkan itu juga kali pertama selama usia 3 tahun pernikahan.
Usia mereka terpaut jarak 7 tahun. Sekarang Ainsley sudah berusia 23 tahun, sedangkan Zack sudah memasuki usia 30 tahun. Menurutnya Ainsley masih terlalu muda untuk menikah di usia 20 tahun. Zack berpikir pasti ada banyak hal yang ingin Ainsley raih.
Selama ini Zack tidak pernah menganggap Ainsley ada. Pernikahan baginya adalah sebuah alasan untuk melindungi Ainsley, sesuai permintaan terakhir Emily. Walaupun Ainsley adalah wanita yang dicarinya, namun waktu singkat yang dilalui bersama Emily juga berharga. Selama ini Zack menghindari Ainsley agar perasaan bersalahnya tidak terlalu besar pada Emily, karena telah curang mencintai orang lain.
Zack menyesal karena perbuatannya berdampak pada Ainsley. Tidak tau betapa sedihnya Ainsley selama tinggal sendirian di Casa Felise. Zack juga meninggalkan Ainsley ketika mereka baru saja menikah, bahkan setiap kali peringatan kematian Emily. Alasannya tetap sama, saat bersama Ainsley rasa bersalahnya pada Emily semakin besar.
***
Kenyang menyantap makan malam, Juni pun kembali ke tempat di mana Ainsley berada. Berulang kali Juni mengeluarkan tangan dari saku jaket sekedar untuk menutup mulut yang menguap. Tidak heran karena Juni baru saja selesai makan.
Dengan mata terkantuk-kantuk Juni berjalan menelusuri koridor. Sampai di depan pintu kamar pasien, Juni menggapai gagang pintu. Alih-alih membuka pintu, kenyataannya Juni sedang memegang tangan Robin. Menyadari hal itu Juni terperanjat kaget.
Juni ingin berteriak namun mulutnya ditutup lebih dulu oleh Robin. Juni mengangguk mengerti akan maksud Robin yang menyuruhnya untuk diam. Tidak sengaja Juni menoleh ke arah kaca. Tampak Zack sedang duduk sambil memandangi Ainsley.
Robin pun membawa Juni menjarak dari kamar pasien dan beralih duduk di kursi tunggu. Robin membeli 2 minuman berbeda dari mesin minuman, kopi dan teh. Kemudian menyodorkan minuman tersebut pada Juni. Kaleng berisi kopi diambil Juni dari tangan Robin.
"Saya sarankan agar nona Juni tidak memberitahukan pada nona Ainsley bahwa tuan Zack datang."
"Kenapa?! Aku tetap akan memberitahukannya. Tidak ada yang perlu disembunyikan."
"Saya anggap itu sebagai jawaban atas kesediaan nona Juni menerima amarah tuan Zack." tersenyum tipis.
"Aku lebih memilih temanku." tetap berpegang teguh pada pendirian.
Juni meneguk minuman kaleng itu sampai habis, lalu mengembalikannya pada Robin. Dengan tatapan menantang Juni pergi meninggalkan Robin seorang diri. Tanpa peduli akan kemarahan Zack, dengan santainya Juni membuka pintu kamar pasien.
Belum sempat membuka pintu, tiba-tiba seseorang lebih dulu membukanya. Zack keluar dari ruangan. Sedangkan Juni yang seharusnya berpegang teguh pada pendirian, tiba-tiba goyah lantaran tatapan dingin yang baru dilihat pertama kali dalam hidupnya. Tatapan itu berhasil membuat Juni bergidik.
Juni tersenyum kaku dan tanpa mengucapkan satu patah kata pun Juni menyingkir dengan sendirinya. Juni menepikan tubuh menempel ke pintu dan mempersilahkan Zack melanjutkan perjalanan.
"Maafkan aku, Ley. Aku harus menyimpan pertemuan malam ini rapat-rapat karena suamimu sangat menyeramkan." berbicara sendiri.
Zack menemui dokter yang menangani Ainsley, dituntun oleh Robin mendatangi sebuah ruangan. Di sana sudah ada dokter yang menunggu kedatangan mereka, yang mana sudah dihubungi oleh Robin sebelumnya.
Menurut penuturan dokter kondisi Ainsley sudah baik-baik saja dan kemungkinan Ainsley akan sadar besok. Zack menanyakan apakah ada hal buruk yang terjadi pada Ainsley. Sang dokter tidak bisa memastikan karena butuh pemeriksaan lebih lanjut dari orang yang bersangkutan. Mengingat Ainsley masih belum sadar, untuk sekarang dokter hanya bisa berasumsi.
Kondisi Ainsley membuat Zack tidak karuan. Zack tidak bisa tenang, apalagi setelah mendengar kata-kata dokter tadi semakin membuat dirinya diliputi kekhawatiran. Lantas ponselnya diberikan pada Robin. Zack meminta Robin untuk menghubungi Jessica. Zack ingin masalah itu Jessica yang menangani.
Kejadian itu membuat Zack berubah pikiran. Setelah ini Zack berpikir tidak akan lagi menghindari Ainsley. Zack ingin menjaga Ainsley agar kejadian seperti sekarang tidak terulang lagi. Zack ingin melindungi Ainsley seperti yang Emily inginkan, bukan sebagai status saja. Bukan juga sebagai suami, melainkan sebagai kakak ipar.
Meskipun akan sangat berat untuknya karena Zack tau bahwa dirinya akan jatuh cinta pada Ainsley, akan tetapi seperti itu lebih baik dibandingkan terjadi sesuatu pada Ainsley. Zack akan menanggung beban itu sebagai hukuman akibat mencintai orang lain saat bersama Emily dan melibatkan Emily hingga kejadian buruk terjadi.
***
Juni kembali pulang keesokan paginya karena harus pergi ke kampus. Juni tidak bisa libur lantaran sebentar lagi ujian kelulusan akan segera dimulai. Juni berharap Ainsley segera sembuh agar bisa mengikuti ujian.
Kopi tadi malam membuat Juni kantuk siang hari ini. Juni tidak bisa mencerna pelajaran dengan baik. Alhasil Juni tidak sanggup lagi dan terpaksa merebahkan kepala. Buku catatan dijadikan penghalang agar niatnya tidak diketahui oleh dosen.
Drrt.. Drrt..
Getar ponsel membangunkan Juni yang hampir terlelap. Sebuah pesan masuk dibaca oleh Juni. Di sana tertulis nama Robin yang mana kontaknya didapatkan pagi hari sebelum meninggalkan rumah sakit, ketika tidak sengaja berselisih jalan dengan Robin.
Seketika Juni berdiri saat melihat isi pesan tersebut. Di sana tertulis bahwa Ainsley sudah siuman. Saking senangnya Juni tidak menyadari bahwa semua orang kini sedang menatap ke arahnya, tidak terkecuali dosen.
"Apa ada pertanyaan, Juni?"
Juni tersadar kembali dan menggelengkan kepala. Tersenyum kecut melihat ke sekeliling, lalu kembali duduk mendengarkan pelajaran. Sayangnya Juni tidak bisa menemui Ainsley, karena pulang dari kampus Juni harus bekerja. Akhirnya Juni mengirimkan pesan saja sebagai bentuk kepeduliannya dan mengabari Lewis untuk mewakili dirinya.
Sebelum Robin mengabari Juni..
Saat itu Robin sedang berbicara dengan Jessica melalui ponsel. Tidak sengaja matanya mengarah pada Ainsley yang sudah sadar. Robin segera menyudahi panggilan dan memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Ainsley.
Setelah itu tanpa berkata-kata Robin pergi bersama dokter. Robin menanyakan bagaimana keadaan Ainsley. Beruntung keadaan Ainsley sudah stabil meski ada beberapa hal yang masih harus diperiksa lebih jauh mengenai penyebab pingsannya Ainsley, agar tidak terjadi hal serupa di kemudian hari. Sesuai perintah Zack hal tersebut akan diserahkan sepenuhnya pada Jessica.
Robin kembali ke ruang pasien. Menghampiri Ainsley yang duduk sambil menatap bingung sekeliling. Robin menanyakan bagaimana keadaan Ainsley untuk memastikan apa yang dirasakan oleh Ainsley saat itu.
"Aku masih sedikit pusing."
"Mungkin karena nona belum makan apa-apa sejak kemarin. Sebentar lagi akan ada pegawai rumah sakit yang mengantarkan makanan."
Ainsley memikirkan kejadian sebelum pingsan. Saat itu Ainsley bersama Juni dan yang lainnya. Mereka akan merayakan ulang tahun Lexa, namun kejadian tidak terduga membuat dirinya tidak sadarkan diri. Ainsley bingunh bagaimana harus mencerna kejadian itu, karena dirinya belum pernah pingsan sebelumnya.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau ada di sini Robin?"
"Nona Juni datang ke kantor mencari tuan. Tapi tuan sedang sibuk saat itu."
"Apa dia tau jika aku di sini?"
"Ya, tapi tuan tidak bisa datang." terpaksa berbohong.
Ainsley kelihatan sedih mengetahui Zack tidak datang membesuk. Pria tua berhati dingin adalah anggapan Ainsley terhadap Zack. Tidak mungkin Zack meluangkan waktu hanya sekedar untuk melihat dirinya di rumah sakit.
Kenapa dia jadi sedih dan memikirkannya?!
Secepat mungkin Ainsley menepis perasaan tidak karuan itu. Ainsley tidak ingin terbawa suasana hanya karena Zack tidak datang membesuknya. Apalagi ikatan mereka sekarang bukanlah apa yang diharapkan dan seharusnya Ainsley bersikap masa bodoh pada hubungan pernikahan itu.
"Karena nona sudah siuman, saya harus kembali ke kantor. Saya juga sudah menghubungi nona Juni. Akan ada yang menemani nona nantinya."
Robin pun pergi dan tidak beberapa lama setelah itu Lewis datang bersama seseorang. Kata maaf menjadi sambutan yang diucapkan pertama kali oleh orang yang membuat Ainsley berteriak kemarin.
"Ini bukan salahmu. Seharusnya aku yang meminta maaf karena sudah membuat kalian khawatir."
"Tetapi kakak ipar, kemarin aku hanya bermaksud menenangkanmu karena wajahmu sangat ketakutan saat itu."
"Hah? Kakak ipar?"
"Hey! Kau tidak boleh menyebutnya sembarangan begitu!" menjitak kepala temannya.
"Ah! Apa aku salah?" kebingungan karena berpikir jika Ainsley adalah kekasih Lewis.
"Bagaimana mungkin wanita bersuami menjadi kakak iparmu." bergumam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Jeni Safitri
Baper dan bucin akut aja sekalian buat suaminya thor
2021-04-02
1
al - one ' 17
gw g suka apa karakternya se zack, egois ama perasaannya 😡 ama emily g suka justru sukanya ama ainsley tp ps nikah malah di sia" in. maunya apa se lu zack ??? lagian jg hrs muvon donk masa 3th msh lebay aja ama kematiannya se emily
2021-03-22
1
IKA 🌹SSC🌷💋plf
knp harus d rahasiakan kedatangan Zack k rumah sakit yaaa ?????
eh itu geng nya si Lewis bagus nya d kasih nama apa yaaa mereka bertato tapi baik hati dan lucu......😁😁😁
2020-12-01
1