Baru saja bangun, Ainsley dan Juni sudah dibuat geli oleh kondisi mata yang sembap. Mereka saling mengejek satu sama lain. Bahkan mereka juga mengabadikan momen langka itu.
"Lihatlah hasilnya!" memamerkan hasil foto.
"Aku tidak tau jika kau sejelek ini, Juni." cekikikan.
Puas tertawa akhirnya mereka kembali ke kehidupan nyata. Mereka teringat akan kejadian kemarin, yang mana ketika mereka meninggalkan kampus. Pastilah akan ada dampak dari kejadian itu. Apalagi mereka baru saja lulus, seharusnya mereka memberikan kesan baik di hari pertama masuk.
"Bagaimana kita akan pergi ke kampus dengan mata sembap ini?"
"Apa kita masih diterima di kampus itu, Ley?"
Pertanyaan polos Juni mengulang tawa yang tadinya sudah berhenti. Meninggalkan pengarahan ketika masih berlangsung di depan semua penghuni kampus, menolak perintah dosen yang menghentikan mereka, tidak memberikan kabar sampai sekarang ke pihak kampus, dan sekarang mereka tidak berani untuk menghadapi dampak dari itu semua.
Oleh karena itu, hari ini mereka memilih untuk pergi bekerja. Ainsley bisa merasa lega karena jadwalnya kosong kemarin, berbeda dengan temannya itu. Juni diberi peringatan oleh manajer restoran, karena telah bolos bekerja.
"Juni, apa kau ingin bekerja seperti ini terus-menerus? Dibandingkan pegawai lainnya, hanya kau yang sering melanggar peraturan."
"Hehe.."
"Masih bisa tertawa?"
"Maafkan atas kelalaian saya kemarin!! Selanjutnya saya akan bekerja lebih giat lagi!!" bersemangat.
"Kalimat itu sudah tidak mempan lagi, Juni."
Juni memelas berharap agar tidak dipecat oleh manajer restoran. Meskipun telah lalai, Juni tidak bisa kehilangan pekerjaan itu. Hanya Le Wish lah satu-satunya tempat yang menurutnya memiliki gaji yang seimbang dengan pekerjaannya. Selain itu Juni sudah bekerja lama di sana dan gajinya sudah lumayan tinggi dari pegawai yang lain.
"Mengingat pemilik restoran ini sangat suka dengan cara kerjamu, terpaksa saya memaafkanmu. Tapi ini yang terakhir kalinya. Kalau kau masih tidak merubahnya, saya tidak akan segan-segan memecatmu."
"Yeay!! Baiklah!! Saya akan bekerja lebih giat lagi, lagi, lagi, dan lagi!!"
***
Alvin hadir di kediaman Zack dan membawa seorang pria bersamanya. Pria itu adalah sekretaris yang dicarikannya sesuai permintaan Zack kemarin. Baginya pria yang berdiri di sampingnya sekarang sangatlah cocok untuk pekerjaan itu.
"Saya Robin. Saya akan menjadi sekretaris setia tuan Zack Hughes!!" penuh semangat.
"Berapa nominal yang kau inginkan untuk gajimu?"
"Kau percaya begitu saja? Tidak mengkhawatirkan privasimu? Bagaimana jika Robin seorang mata-mata?" tanya Alvin heran dengan sikap yang langsung merekrut tanpa mempersoalkan latar belakang Robin.
"Aku mempercayai pekerjaanmu."
Baru kali ini pekerjaannya dipuji oleh Zack, membuat Alvin tersentuh. Alvin tidak berbicara lagi dan mempersilahkan mereka untuk melanjutkan perjalanan. Sedangkan Alvin dengan hati riang kembali ke persembunyian.
"Alvin sudah menjelaskan semua tentangku dengan sangat detail, bukan?"
"Sudah, tuan." menjawab tanpa melepaskan pandangan dari jalan yang akan dilewati.
"Satu hal lagi yang harus kau ingat. Berhati-hatilah pada Sam."
"Ya? Baik, tuan." menjawab tanpa menanyakan alasan lebih jauh.
Setibanya di perusahaan, sebuah dokumen tergeletak di atas meja. Itu adalah dokumen kerja sama yang diinginkan kemarin. Seharusnya besok adalah hari membahagiakan bagi Emily. Makan malam dengan Ainsley dan mendapatkan tanda tangan kerja sama pula.
"Robin, jika istrimu wafat dan kau diminta untuk menikahi adiknya, apa yang akan kau lakukan?"
Robin tidak menjawab. Robin hanya menunduk sambil mengusap-usap kedua matanya. Suara tangis terdengar dari wajahnya yang menunduk itu. Hal itu membuat Zack kebingungan dan bertanya mengapa Robin menangis tiba-tiba.
"Saya tidak bisa membayangkan istri yang saya cintai pergi meninggalkan kami, tuan." tersedu.
Zack kesal mendengar jawaban Robin. Padahal bukan itulah intinya, namun Robin langsung terhanyut dengan ucapannya. Zack berpikir tentu saja Robin tidak bisa merasakannya karena tidak ada hal yang tidak masuk akal seperti itu di dunia ini.
Braak..
Stella datang bersama Sam yang mengekori. Stella yang selalu antusias pada segala hal tentang Zack, mendengar kabar buruk menimpa pujaan hatinya itu membuat dirinya turut merasakan kesedihan.
"Aku sudah menghentikan Stella, tetapi tidak berhasil."
"Zack, aku akan menghibur kesedihanmu." melingkarkan tangan ke leher Zack.
"Apa aku memintamu untuk melakukannya?"
Seketika Stella menurunkan tangannya. Stella bergidik ngeri melihat tatapan tajam dari Zack. Di saat yang sama pula Sam menarik lengan Stella agar secepatnya menjauh dari suasana duka yang masih sangat baru itu.
"Aku tidak akan berhenti sampai di sini. Selamanya kau adalah milikku, Zack!" pintu tertutup.
Zack mengurut tulang hidung. Masalah datang bukan hanya satu saat ini. Kepergian Emily dan pernikahan yang tidak masuk akal tidak berhenti mengusik pikiran. Perlahan Zack terlelap dalam sandaran kursi yang memeluk dirinya.
Dalam keletihannya itu Zack bermimpi bertemu dengan Emily. Mereka saling bergandengan tangan dan berjalan di tengah kota. Meskipun jalanan sangat ramai, namun tidak ada yang sadar dengan kehadiran mereka.
"Sudah lama aku ingin berjalan-jalan seperti ini denganmu, pria yang sangat sibuk." tertawa.
Zack yang masih belum yakin dengan apa yang dilihatnya hanya bisa terbengong. Tidak tau apakah itu nyata atau tidak, tetapi Zack sangat senang karena bisa melihat Emily sekali lagi.
Tiba-tiba Emily berhenti berjalan dan beralih meraih tangan Zack satunya lagi. Sebelum menghilang Emily menatapnya sambil tersenyum dan berkata, "Tolong jaga adikku ya, Zack!"
"Tidak. Emm.. Emily!" terbangun di posisi yang sama.
"Tuan tidak apa-apa? Saya sudah memanggil tuan berulang kali."
"Aku hanya bermimpi."
"Maaf atas kelancangan saya. Melihat tuan tertidur pulas, saya tidak tega membangunkan tuan. Jadi saya memundurkan jadwal agar tuan bisa beristirahat sejenak."
Mimpi tadi kembali terbayang. Permintaan Emily agar Zack menjaga Ainsley membuat dirinya bimbang. Entah mimpi itu adalah pesan terakhir dari Emily atau karena dirinya selalu dibayangi oleh pernikahan yang tidak masuk akal sehingga terbawa mimpi.
"Pernikahan."
"Maksud tuan?"
"Siapkan mobil. Kita akan pergi menemui seseorang."
Melalui mata-matanya, Zack menemukan hal menarik lainnya. Tidak disangka jika wanita yang dicarinya selama ini bekerja di restoran Le Wish. Sungguh sebuah kebetulan yang mengejutkan. Susah payah mencari selama ini, ternyata berada dekat di depan mata.
Setibanya di restoran tersebut, dari jauh tampak Ainsley sedang melayani pelanggan. Zack menunjuknya dan bertanya apakah Robin mengetahui siapa wanita itu. Robin menjawab pertanyaan dengan benar. Lantas Zack melipat tangan lantaran bangga pada pekerjaan Alvin yang membuatnya tidak perlu bersusah payah menceritakannya kembali pada Robin.
"Pernikahan akan dilangsungkan minggu depan. Sampaikan kabar buruk ini padanya."
***
Usai bekerja Ainsley dan Juni pulang bersama. Juni yang berpikir kalau Ainsley akan kesepian jika sendirian di rumah, membujuk Ainsley untuk tinggal di rumahnya untuk sementara waktu. Tetapi Ainsley menolak tawaran tersebut dan berkata dirinya sudah baik-baik saja dan tidak perlu mengkhawatirkannya.
Baru saja keluar dari restoran, mereka dihadang oleh seorang pria. Pria itu memiliki postur tubuh yang tidak terlalu berisi. Memakai kacamata dan berpakaian formal. Penampilannya sangat rapi seperti orang kantoran pada umumnya.
"Apakah anda yang bernama Ainsley?"
Ainsley menoleh pada Juni sebentar, lalu menoleh kembali pada pria itu dan berkata, "Ya, benar. Anda siapa ya?"
"Saya.." menatap wanita di sebelah Ainsley dengan tatapan seakan menyuruh untuk pergi.
"Aku tidak ingin berbicara seorang diri dengan orang yang tidak aku kenal." tegas Ainsley menggenggam tangan Juni.
"Maaf. Seharusnya saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya adalah Robin. Sekretaris baru tuan Zack."
Mereka terdiam untuk beberapa saat. Juni yang mengerti akan situasi serius itu memilih untuk mundur. Juni yakin kepentingan yang akan disampaikan menyangkut hidup temannya.
Setelah Juni pergi barulah Robin menyampaikan maksud kedatangannya. Robin mengatakan bahwa Minggu depan pernikahan akan dilangsungkan. Untuk pernikahan itu sendiri akan dipersiapkan oleh Zack. Ainsley hanya perlu datang dan tersenyum di hari pernikahan.
"M-menikah?!" terkejut.
"Bukankah nona sudah membaca isi surat dari mendiang nyonya Emily?"
Ainsley mengingat kembali isi surat tersebut, kemudian sekali lagi menentang keras pernikahan, "Bisa saja surat itu palsu!"
"Nona lebih tau itu dari siapa pun."
Sejenak Ainsley berpikir kembali. Tidak mungkin jika surat itu dipalsukan. Ainsley tau betul bagaimana tulisan Emily dan tulisan di surat itu sama persis dengan tulisan Emily.
"Kita tidak bisa langsung menyimpulkan. Bisa saja maksud isi surat itu bukan pernikahan, bukan?"
"Sebelumnya surat itu sudah diperiksa oleh ahli dokumen forensik."
Ainsley menelan ludah tidak mengira jika hal gila itu dilakukan oleh suami kakaknya. Ainsley mulai berasumsi jika suami kakaknya sangat ingin menikahinya sampai harus memeriksa tulisan Emily.
"Aku tidak mungkin menikahi suami kakakku sendiri."
"Tuan hanya menjalankan wasiat terakhir dari istrinya."
"Beri aku waktu untuk berpikir." menggigit bibir tidak tau lagi alasan apa yang harus diberikan.
"Nona harus tau jika pemilik Hughes Property adalah orang yang sibuk." undur diri.
Robin naik ke dalam mobil dan melajukan mobil meninggalkan Ainsley yang masih mematung di sana. Setelah di rasa jauh, Robin pun menceritakan bagaimana respon Ainsley setelah mendengar kabar pernikahan itu.
"Nona Ainsley akan memikirkannya."
"Heh, memikirkannya? Dia kira siapa dirinya?"
"Tenang saja, tuan. Saya sudah mengatakan bahwa tuan adalah orang yang sibuk." berhasil mencari muka dengan meninggikan Zack di depan Ainsley.
"Kau sangat pintar. Aku akan menaikkan gajimu."
"Terima kasih, tuan." cengengesan.
***
Juni mengerutkan dahi berulang kali. Juni berpikir keras mencari jawaban atas alasan apa sekretaris Zack mendatangi Ainsley. Mengingat tidak ada urusan lagi di antara mereka setelah kematian Emily. Juni berpikir tidak mungkin Zack ingin membiayai Ainsley, karena perlakuan Zack bukan mencerminkan seseorang yang menyukai Ainsley.
Tunggu. Menyukainya? Pria itu menyukainya?
"Benarkah?!" terlonjak karena asumsi sendiri.
Juni berbaring sambil memeluk gulingnya. Pikirannya mulai melayang pada surat yang dibacanya semalam. Juni terus mengingat sampai bertemu di kalimat yang mengejutkan. Sekali lagi Juni terlonjak karena asumsinya sendiri hingga tanpa sadar meninggikan nada suaranya.
"Waa!!"
Juni masih tidak percaya jika Ainsley akan menikah dengan Zack. Jika pernikahan itu terjadi, berarti temannya akan menikah dengan salah satu orang terkaya. Sudah menjadi adik ipar orang kaya dan sekarang menjadi istri orang kaya. Bagi Juni tidak ada hal yang lebih gila dari itu.
***
Ainsley baru saja tiba di rumah. Di depan pintu Ainsley berdiri sambil memandang seluruh isi rumah. Tasnya dijatuhkan ke lantai begitu saja. Matanya menatap ke tempat dirinya dan Emily makan bersama. Ainsley pun duduk di kursi yang biasanya Emily gunakan, menatap dapur yang juga digunakan Emily untuk memasakkan makanan untuknya.
Ainsley tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya setelah menikah dengan suami kakaknya sendiri. Orang yang tidak Ainsley tau bagaimana rupa dan sifatnya. Satu hal yang Ainsley tau, umur suami Emily 6 tahun lebih tua darinya.
Dia tidak ingin menikah dengan cara seperti ini. Apalagi menikah dengan pria yang tidak pernah dilihat bagaimana wujud dan sifatnya.
Semua kesedihan bergejolak di dada. Air mata mulai mengalir. Ainsley terus mengucapkan kata rindu yang tidak akan pernah terbalaskan kepada Emily.
***
Keesokan harinya Ainsley dan Juni memutuskan untuk pergi ke kampus. Mereka sudah siap untuk menerima konsekuensi atas kejadian tempo lalu. Tentu saja mereka harus berhadapan langsung dengan rektor.
Ainsley menjelaskan musibah yang menimpanya agar bisa dijadikan sebagai pertimbangan akan keputusan yang akan diterima nantinya. Beruntung ketua perguruan tinggi itu memahami duka cita yang dirasakan oleh Ainsley. Akan tetapi kejadian kemarin sudah mengganggu ketertiban acara. Untuk itu mereka tetap menerima hukuman kedisiplinan agar tidak ada yang mencontoh kelakuan mereka ke depannya.
Ainsley dan Juni berdiri di tengah taman kampus yang begitu luas. Di sanalah mereka mendapatkan hukuman, mencabut semua rumput liar. Bukan hanya menghadapi hukuman, mereka juga harus mendengar bisikan buruk dari mahasiswa lainnya.
"Bukankah itu anak yang digosipkan?" ujar wanita yang duduk di taman.
"Iya, benar dia. Hari pertama saja sudah membuat masalah. Apa dia tidak malu?" tambah wanita yang duduk di sampingnya.
"Jangan dekat-dekat dengannya. Juni saja sudah terkena sial." bangkit dari duduknya.
"Kenapa Juni mau berteman dengannya, sih?! Aku tidak habis pikir." menggelengkan kepala dan bangkit menjauh dari taman.
Ainsley menahan Juni yang akan menghampiri 2 orang tersebut. Sudah cukup hukuman karena mengejar dirinya saat meninggalkan kampus. Ainsley tidak ingin jika Juni berada dalam masalah lainnya. Apalagi hanya terpancing emosi karena gosip yang tidak benar.
"Kau tidak kesal dengan perkataan mereka?"
"Mana mungkin aku tidak kesal. Tentu saja aku sangat kesal dan sedih dengan hinaan mereka. Tapi hukuman kita masih belum selesai. Masih banyak rumput liar yang harus kita cabut. Lagi pula, apa kau ingin keluar dari kampus? Kita baru saja mulai merasakan jadi anak kuliahan."
"Aku akan menampar mereka jika menghinamu lagi di depanku!" melempar rumput liar ke tanah.
Ainsley tertawa geli memandang Juni. Seperti sedang meluapkan kekesalan saja. Ainsley pun melakukan hal yang sama. Ainsley mencabut rumput liar dengan sangat kuat sambil mengatakan, "Aku akan menjambak rambut mereka!"
"Aku akan mengurung mereka di toilet!"
"Aku akan menyembunyikan catatan mereka!"
Setelah puas dengan pembalasan dendam itu, mereka saling menatap dan akhirnya tertawa bersama. Di tengah taman yang hanya ada Ainsley dan Juni di sana, mereka berbaring menahan kelucuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴
jangan2 kematian emily itu ada hubungannya dgn stella ya thor? 🤭🤭🤭 kepooo
2020-11-29
1
IKA 🌹SSC🌷💋plf
zack minta 2 minggu lagi menikah ma Ainsley ???? secepat dan segampang itukah pernikahan buat Zack????
2020-11-29
1
maura shi
knp harus jauh2 dr sam,sam kn sahabatnya juga???
banyak misteri nih,q dah kyk conan aja putar otak dgn potongan kejadian2
2020-11-22
1