Episode 2: Membenahi Kehidupan

..."Usaha tidak akan mengkhianati hasil."...

...***...

2 tahun kemudian Emily menginjak usia dua puluh tahun. Hari kebebasan mulai terlihat menyinari kehidupan mereka. Penantian panjang selama ini membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Emily sudah menjadi wanita dewasa yang berhak memiliki kehidupan mandiri.

Tabungan yang Emily sisihkan selama bekerja sebagai pelayan restoran membuatnya bisa menyewa sebuah tempat tinggal. Memang tempat itu tidak begitu besar namun bagi mereka tempat yang sekarang lebih nyaman dibandingkan rumah paman dan bibi.

Untuk menyambung kehidupan dia berusaha keras mendapatkan pekerjaan yang terbaik. Bermodalkan pendidikan yang didapatkan dengan susah payah, dia memberanikan diri melamar pekerjaan ke perusahaan besar.

"Hari ini panggilan wawancara dari perusahaan mana?" tanya Ainsley mengunyah keripik kentang dari bungkusnya.

Emily merapikan pakaian formal yang dikenakan, lalu membalikkan tubuh membelakangi cermin. Dia tertawa renyah sebelum akhirnya berkata penuh semangat, "Hughes Property!!"

Ekspresi girang yang datang secara tiba-tiba membuat Ainsley kebingungan, "Apa yang salah denganmu?" padahal biasanya ketika dipanggil wawancara, Emily tidak girang seperti sekarang.

Emily mengenakan sepatu yang senada warnanya dengan tas yang dia sandang, "Aku akan mentraktirmu di restoran mewah kalau aku berhasil mendapatkan pekerjaan ini," selesai dengan urusan sepatunya, dia melambaikan tangan pada Ainsley sebelum akhirnya pergi.

"Jangan menjanjikan yang tidak-tidak, kakak yang pelit!" teriak Ainsley setelah itu tertawa kecil.

Dia menaikkan sebelah bibir, lalu memasukkan keripik kentang ke dalam mulut. Keripik kentang dikunyah sambil memikirkan perkataan Emily barusan. Baginya ucapan itu bagaikan penghias di hari libur. Dia berpikir tidak mungkin hal mustahil itu terjadi.

Demi menghidupi kehidupan mereka, Emily rela selama ini menunda kesenangan pribadi hanya untuk menghemat biaya. Emily tidak pernah menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak begitu penting. Itu merupakan cara agar mereka yang tinggal berdua saja bisa bertahan sampai sekarang.

Ainsley meletakkan camilan di tangannya, lalu merebahkan tubuh, "Nikahilah pria kaya agar kau bisa hidup bahagia, Mily."

...***...

Koridor sangat ramai dan tempat duduk dipenuhi oleh para pelamar kerja. Mereka sampai harus berdiri lama sampai nama mereka dipanggil. Di tengah kegugupan yang menghiasi wajah-wajah itu tiba-tiba dari arah yang berlawanan muncul seorang pria berpakaian formal dengan tubuh proporsional dan rupa tampan berkarisma. Pria itu terus berjalan hingga tidak lagi tampak punggungnya. Memasuki ruangan yang akan menjadi tempat wawancara dilangsungkan.

"Apa dia juga bekerja di perusahaan ini?" tanya seorang pelamar tetap mempertahankan ekspresi kekagumannya.

Pertanyaan itu juga apa yang ada di dalam pikiran para pelamar lainnya. Mereka sangat penasaran dengan pria itu atau mungkin mereka sangat tertarik untuk mengetahuinya. Sedangkan Emily yang ikut menyaksikan hanya menggelengkan kepala melihat mereka tercengang.

Di samping itu yang terjadi di dalam ruangan adalah seorang pria bernama Samuel Thomas menyambut kedatangan pria yang baru saja datang itu, "Selamat datang, temanku. Pemilik perusahaan ini, Zack Hughes!" merentangkan kedua tangan hendak memeluk namun langsung ditepis.

Zack segera duduk di tempat yang sudah disediakan khusus untuknya. Mengabaikan Samuel yang kini terlihat kesal dan berlalu duduk di sebelahnya. Tanpa mau berlama-lama dia memerintahkan semua yang ada di sana agar segera memulai wawancara kerja.

Satu persatu nama pelamar dipanggil. Pertanyaan diajukan untuk mereka yang akan menduduki jabatan sekretaris pribadi di perusahaan tersebut. Banyak jawaban yang didapatkan. Mulai dari yang penting sampai yang tidak penting sekalipun.

Tampaknya tidak semua pelamar berniat untuk bekerja di sana karena kebanyakan alasan mereka adalah ingin menghabiskan waktu dengan pemilik perusahaan itu sendiri. Entah karena pesona Zack atau karena kekayaan yang dimiliki, tidak ada yang tahu.

Yang pasti hal itu membuat Zack ingin segera menyelesaikan sesi wawancara. Baginya yang hanya ingin mendapatkan seorang sekretaris untuk meringankan pekerjaan, jadi jengkel menghadapi para pelamar. Apalagi sejak tadi para pelamar tidak berhenti memasuki ruangan. Seperti ikan di laut yang tidak ada habisnya.

"Ada berapa banyak pelamar lagi yang harus diwawancarai?"

"Sejauh ini tersisa tujuh puluh dua orang lagi," jawab Samuel mewakili orang-orang yang ada di dalam sana.

Zack meninggikan nada suaranya, "Kalian tidak memilah surat lamarannya? Tunda wawancara dan bawa semua dokumen pelamar ke hadapanku," berpikir kalau seharusnya tidak perlu membuang-buang waktu dengan pelamar yang tidak memenuhi kriteria.

Samuel segera memerintahkan pegawai yang ikut terlibat dalam wawancara itu untuk bertindak. Dalam waktu singkat seluruh dokumen pelamar diletakkan ke hadapan yang meminta. Mereka yang melihat hanya menelan ludah saat dokumen-dokumen tersebut satu persatu disingkirkan menyisakan beberapa dokumen saja.

Dokumen yang bertuliskan nama Emily Anderson berada di urutan pertama. Emily tampak tenang menghadapi mereka yang ada di dalam ruangan. Kedatangannya diawali dengan sapaan 'Selamat siang' yang ditujukan untuk semua orang di sana. Setelah itu dia duduk setelah dipersilakan.

"Perkenalkan. Saya Emily Anderson. Lulusan Sarjana Administrasi Per ...."

"Saya sudah membacanya," sela Zack tidak ingin membuang-buang waktu dengan identitas yang sudah dibacanya berulang kali. Dia meletakkan kedua siku di atas meja. Membuat tangannya mengepal menjadi satu, "Kontribusi apa yang bisa Anda berikan untuk perusahaan jika Anda diterima nanti?"

"Saya adalah orang yang jujur ...," belum sempat Emily melanjutkan ucapannya, lagi-lagi dia harus berhenti. Surat lamaran kerjanya ditutup dan disingkirkan di depan mata. Jatuh begitu saja ke lantai bersama kertas-kertas yang lain.

"Kau sudah bisa keluar," ucap Zack mengalihkan tatapan pada dokumen selanjutnya.

"Apa kau yakin menolaknya? Dia adalah salah satu lulusan terbaik," bisik Samuel.

Bisikan itu tidak digubris dan Zack kembali sibuk dengan surat lamaran kerja yang tersisa di atas meja, lalu memberikannya pada orang yang bertugas memanggil pelamar kerja. Setelah itu dia melirik lagi pada pelamar yang bergeming di posisi yang sama, "Kenapa masih belum pergi?"

Emily masih dengan tenangnya membalas pertanyaan itu dengan jawaban yang berbeda, "Saya adalah orang yang jujur dan memiliki semangat dalam bekerja. Selain itu saya adalah seorang pekerja keras," dia berdiri sambil menipiskan bibir, "Saya hanya ingin menyelesaikan kalimat yang terhenti karena ketidaksabaran seseorang," meninggalkan ruangan tanpa harus diperintah lagi.

Pintu tertutup meninggalkan bayangan kekesalan di wajah pemilik perusahaan tersebut. Hal itu membuat Samuel bangkit dan memberikan tepukan tangan dengan menuntut semua yang ada di sana bertepuk tangan pula. Alhasil suasana yang tegang menjadi sangat meriah.

"Wow! Bukankah itu sangat menakjubkan? Kau harus menerimanya! Aku bertaruh kalau dia akan mampu menundukkanmu! Dibandingkan pelamar lain, wanita yang bernama Emily ini lebih jauh kualitasnya. Cantik, jujur, dan pekerja keras sangat cocok untuk dijadikan seorang istri," sadar akan perkataan yang melenceng, dia langsung cepat-cepat mengoreksinya, "Maksudku dia adalah lulusan terbaik. Akan sangat bagus untuk memajukan perusahaan ini. Bukankah begitu?"

"Kau sudah selesai bicara?"

Samuel mengoceh kesal, "Sebenarnya apa yang sedang kau cari? Apa kau masih memikirkan wanita masa kecilmu?"

Zack tersulut kemarahan mendengar Samuel menyinggung kehidupan pribadinya. Baginya hal itu adalah sesuatu yang sangat sensitif untuk dibicarakan. Apalagi dia harus mendengarnya dari mulut pria yang masih diragukan kesetiaannya, "Apa mulutmu bisa dibungkam jika aku menerima wanita itu?"

"Ups! Tidak butuh waktu lama untuk membujukmu kali ini. Aku sudah menemukan kelemahanmu," Samuel tersenyum polos, "Wanita masa kecilmu," tertawa puas dengan hasil terakhir wawancara itu. Keberadaan Emily bukan hanya membuat pekerjaan temannya menjadi mudah namun juga berlaku untuknya.

...***...

Pada akhirnya Emily yang lolos dalam wawancara. Dia berhasil menjabat sebagai sekretaris pribadi di tempat yang diinginkan. Berita bahagia itu membawanya untuk menepati janji. Sebuah restoran di tengah kota dijadikan pilihan untuk mentraktir Ainsley.

Ainsley menerima buku menu yang diberikan pelayan, lalu membukanya perlahan. Awalnya ketika memasuki restoran, dia sudah tahu kalau tempat itu tergolong mewah dan untuk makanan pasti juga sama. Tetapi dia tidak menyangka jika akan semewah itu.

"Makanan di sini sangat mahal. Traktir jajanan kaki lima saja sudah cukup," ucapnya pelan menyembunyikan ketidakmampuan dari pelayan yang masih berdiri di dekat mereka seperti sudah siap untuk mencatat menu yang akan dipesan.

"Pesan saja sesukamu. Aku yang akan membayarnya. Hari ini aku adalah wanita karier yang kaya raya," Emily tertawa bangga tanpa menyembunyikannya dari siapa pun.

Masih ragu untuk memilih yang mana karena menurutnya semua sangat mahal, Ainsley terpaksa memilih sambil menutup mata. Dia meletakkan buku itu dan membiarkannya terbuka di atas meja, "Baiklah. Aku akan mulai memilih menunya. Apa pun yang aku dapatkan nanti, itu adalah apa yang akan dipesan," ucapnya penuh tekad yang bulat.

"Pasti. Aku sebagai sponsor akan membelikan apa pun yang kau inginkan," ucapnya setengah berharap agar pilihan itu tidak terlalu mahal karena berpikir mereka bisa lebih menghemat jika Ainsley memilih yang tidak mahal harganya.

Ainsley mengarahkan telunjuknya pada sudut yang dirasa tepat untuk dipilih. Saat mata dibuka, apa yang dilihat sungguh mengejutkan, "Maafkan aku, Mily," menu dengan harga yang paling mahal terpilih olehnya.

"Tidak apa-apa," Emily tersenyum kecut.

Tidak lama setelah itu makanan yang dipesan datang. Mereka menyantapnya dengan gembira karena sudah lama sekali tidak merasakan makanan mewah seperti dulu. Hal itu membuat mereka teringat kenangan yang dilalui saat kedua orangtua masih hidup.

"Ah, maafkan aku," ucap Ainsley mengambil tisu dan mengelap air matanya.

Emily tergelak dan mengambil tisu pula. Dia juga mengelap air matanya, "Ternyata makanan yang kita pesan sangat pedas," mencoba memalingkan tatapan orang-orang dari mereka.

...***...

Keesokan harinya Emily bersenandung sambil bercermin. Dia sangat senang atas pekerjaan yang dia dapatkan. Dengan jabatan itu dia bisa memberikan kehidupan yang layak untuk Ainsley. Mengingat gaji sebagai sekretaris di sana terbilang besar.

"Sudah. Kau sudah cantik. Jadi menyingkirlah dari sana karena aku juga membutuhkan cermin untuk melihat penampilanku," protes Ainsley melihat Emily menghabiskan waktu sangat lama di depan cermin.

"Bagaimana dengan sekolahmu, Ley? Semuanya berjalan lancar?" menyerahkan giliran memakai cermin pada Ainsley.

Ainsley terdiam sejenak dan menatap Emily yang sedang merapikan pakaian di belakangnya. Kakaknya itu tampak sangat gembira hari ini. Bagaimana bisa dia melunturkan kebahagiaan itu dengan mengatakan bahwa dia tidak baik-baik saja?

"Aku baik-baik saja. Sekarang gunakanlah cermin sepuasmu. Aku akan berangkat lebih awal," memosisikan Emily di tengah cermin kembali.

"Hati-hati di jalan! Jangan makan mi instan. Aku akan pulang lebih awal untuk memasakkan makanan untukmu," tidak ada sahutan membuatnya harus bersuara kembali, "Apa kau mengerti?!"

"Baiklah!" teriak Ainsley diakhiri dengan suara pintu ditutup.

"Ah, aku juga harus berangkat," kekhawatiran disingkirkan karena hari pertamanya bekerja tidak boleh terlambat.

Sesampainya di tempat kerja, Emily berdiri tegak di depan ruang pimpinan perusahaan. Hal semacam itu sering dia lihat di dalam drama. Seorang sekretaris akan menyambut pimpinan mereka dengan memberikan senyuman lebar dan perkataan yang ramah.

Tiba-tiba seorang pria asing dengan jaket kulit menghampirinya. Terlihat mencurigakan namun tidak mungkin keamanan di perusahaan tidak terjaga. Pasti pria asing itu sudah diperiksa sebelum menembus perusahaan. Apalagi bisa sampai ke tempat dia berdiri sekarang.

"Saya sudah membuat janji temu dengan tuan Zack. Di mana saya harus menunggu?"

"Oh!" mungkin pria itu adalah tamu istimewa, "Kalau begitu silakan menunggu di dalam," membukakan pintu dengan ramah, lalu mempersilahkan pria itu memasuki ruangan.

Tidak lama kemudian orang yang ditunggu muncul. Emily tersenyum menyambut kedatangan atasannya. Dia mencondongkan sedikit tubuhnya ke depan sebagai bentuk hormat, "Ada seorang tamu yang sudah menanti Anda di dalam."

Tamu? Sepengetahuannya hari ini tidak memiliki janji apa pun untuk bertemu seseorang. Untuk mencari jawaban, Zack langsung masuk ke dalam ruangan. Seorang pria yang duduk di dalam ruangan mengundangnya untuk cepat menghampiri.

"Kau sudah menemukannya?" tanyanya pada James, mata-mata yang sengaja dibayar untuk melaksanakan tugas khusus.

"Belum, tuan. Saya baru menemukan informasi keberadaan pria yang bernama Chester."

Sesaat kemudian mereka keluar dari ruangan diiringi oleh Emily yang turut melangkah bersama mereka. Akhirnya langkah ketiga orang itu terhenti dan saling berhadapan menuntut jawaban yang sama.

Sampai akhirnya Emily yang bertanya lebih dulu, "Sebentar lagi ada jadwal rapat perencanaan."

"Tunda rapat itu."

"T-tapi ...."

"Kau bisa melakukannya bukan, sekretaris baru?"

Meskipun sangat kesal dengan ucapan atasannya, akan tetapi Emily berusaha keras untuk tidak membalas. Dia tidak ingin jika hari pertamanya bekerja menjadi rusak hanya karena sikap kekanakan itu. Secara tegas dia pun menyatakan kemampuannya untuk menunda rapat seperti yang diperintahkan.

...***...

Selama perjalanan Zack tidak bisa berhenti memikirkan segala ingatan tentang masa kecilnya. Kehidupan sewaktu kecil yang mana ketika seluruh fasilitas dicabut membuatnya tidak pernah lagi bertemu dengan Chester. Bahkan saat orang yang bekerja untuknya itu mengundurkan diri.

"Kita sudah sampai, Tuan."

Mereka berhenti di depan sebuah rumah biasa yang tidak begitu besar. Zack tidak pernah menyangka jika hari ini adalah hari di mana dia akan bertemu dengan anak perempuan masa kecilnya kembali. Sedikit banyaknya ada kegugupan yang menyelimuti diri.

Di depan pintu rumah itu dia menghirup napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum mengetuk pintu. Jantungnya berdetak cepat ketika membayangkan seperti apa rupa wanita yang ada di pikirannya ketika sudah dewasa. Pastinya dia sangat merindukan sosok itu. Sudah sangat lama dan akan segera terealisasi.

Saat pintu terbuka, seorang pria tidak lagi muda namun tampak masih bugar menatapnya bingung, "Chester."

Pria bernama Chester mengernyitkan dahi. Dia mengenal suara itu namun penampilan yang sangat berbeda dari pemilik suara membuatnya tidak percaya, "Tuan muda?"

Zack tersenyum lega lantaran Chester masih mengingatnya setelah bertahun-tahun. Pada akhirnya mereka beralih duduk di ruang tamu. Di sana Zack memperhatikan seluruh isi ruangan yang menjadi tempat tinggal Chester dan anak perempuan yang tidak sabar untuk ditemui.

"Ada angin apa sehingga Anda datang kemari, tuan?"

"Panggil saja aku Zack. Aku bukan lagi tuanmu." Masih sibuk memandangi sekeliling.

Chester tertawa kecil, "Saya harus terbiasa mulai sekarang."

"Kedatanganku kemari, aku ingin bertemu dengan putrimu," ucapnya dengan dada yang masih bergejolak hangat akan kerinduan.

"Putri saya?"

Chester mengingat kembali kejadian di mana dia membawa seorang anak panti asuhan ke rumahnya untuk diadopsi namun istrinya yang tidak menyukai anak kecil membuatnya harus mengembalikan anak itu.

"Dia bukan putri saya, Tuan."

...***...

...Niatnya ini visual Zack :v...

...(Versi Renko pastinya)...

Terpopuler

Comments

Faradilla

Faradilla

pasti Ainsley

2021-09-09

1

al - one ' 17

al - one ' 17

ainsley y temen kecilnya se zack 🤔

2021-03-21

1

Iin Pujianingsih

Iin Pujianingsih

gadis itu siapa yaa

2020-12-26

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: Selimut Kesedihan
2 Episode 2: Membenahi Kehidupan
3 Episode 3: Duplikat Hati
4 Episode 4: Kenangan Lama
5 Episode 5: Kebahagiaan Emily
6 Episode 6: Teman Baru
7 Rahasia Tersembunyi
8 Menolak Takdir
9 Pertemuan Duka
10 Kabar Buruk
11 Berteman Sepi
12 Gaun Pernikahan
13 Angin Lewat
14 Pria Bule
15 Episode 15: Salah Makan
16 Seorang Pencuri
17 Berita Penting
18 Terpaksa Berbohong
19 Situasi Rumit
20 Pria Tua
21 Bisnis Perjodohan
22 Terlambat Pulang
23 Khalayak Ramai
24 Melewati Bersama
25 Memastikan Hati
26 Melindungi Harapan
27 Pemandangan Langka
28 Cangkang Siput
29 Hadiah Penyesalan
30 Mencuri Start
31 Sebuah Kesalahan
32 Menahan Diri
33 Bintang Kecil
34 Menggoda Kekasih
35 Mengulur Waktu
36 Kartu Nama
37 Wanita Lain
38 Secarik Kertas
39 Tolong Aku!
40 Bunga Tulip
41 Efek Lampau
42 Rasa Bersalah
43 Obat Penawar
44 Salah Paham
45 Penderitaan Robin
46 Strategi Penjualan
47 Menanti Pertemuan
48 Mengingkari Janji
49 Takut Kecoak
50 Bersembunyi
51 Pesta Kecil
52 Ancaman Kepemilikan
53 Dansa
54 Kecemburuan
55 Jadwal Egois
56 Mogok Makan
57 Salmon Sushi
58 Cookies
59 Bertemu Juni
60 Dunia Baru
61 Menarik Perhatian
62 Kejutan
63 Episode 63: Pengacau
64 Episode 64: Keburaman
65 Buta
66 Episode 66: Karma
67 Kambuh
68 Syarat
69 Lepas
70 Kehilangan Arah
71 Pulang
72 Mi
73 Tamu Pertama
74 Posisi
75 Terancam
76 Diculik Ibu Tiri
77 Siapa Catrin?
78 Episode 78: Mengasuh Eilaria
79 Kesalahan Aaron
80 Kepergian Jeslyn
81 Terlambat Sadar
82 Menjadi Parasit
83 Perkara Ponsel
84 Menyelamatkan Catrin
85 Kesiaan Rindu
86 Mengasihani Diri
87 Rencana Lidya
88 Berpura-pura Bahagia
89 Jalan Keluar
90 Perseteruan Lama
91 Memulai Kembali
92 Penyamaran Ke-2
93 Tanpa Rencana
94 Benang Merah
95 Tamu Lain
96 Orang Kaya
97 Selamat Tidur
98 Episode 98: Wali Terhormat
99 Tuan & Nona
100 Lelucon Daun
101 Kepala Keluarga
102 Sandaran Bahu
103 Berbagi Hati
104 Seorang Kakak
105 Meminjam Nama
106 Tanpa Jejak
107 Gudang Kosong
108 Pakaian Sempit
109 Satu Atap
110 Dalang Kegelisahan
111 Ingin Pulang
112 Rumah Lama
113 Pasangan Favorit
114 Pil Pelukan
115 Menebak Kalimat
116 Detik Berharga
117 Provokator Asmara
118 Melenyapkan Egois
119 Bahu Sandaran
120 Jiwa Jomlo
121 Bulan Penumbra
122 Penjara Abadi
123 Pengalihan Tahta
124 Nenek
125 Terima Kasih
126 Penting!
127 Episode 1: Meminta Saran
128 Episode 2: Berdamai
129 Episode 3: Kencan Buta
130 Episode 4: Kacamata Hitam
131 Episode 5: Tempat Semula
132 Episode 6: Sekretaris Pribadi
133 Episode 7: Pertemuan Rahasia
134 Episode 8: Membangunkan Gavin
135 Episode 9: Menjalin Waktu
136 Episode 10: Pekerjaan Alea
137 Episode 11: Lembur
138 Episode 12: Larut Malam
139 Episode 13: Tanda Bahaya
140 Episode 14: Kehilangan Pegawai
141 Episode 15: Bertamu
142 Episode 16: Dilema
143 Episode 17: Sebuah Tamparan
144 Episode 18: Terikat Berita
145 Episode 19: Ingin Berkunjung
146 Episode 20: Kebohongan Besar
147 Episode 21: Menyatakan Perasaan
148 Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149 Episode 23: Nyctophobia
150 Episode 24: Penolakan Keras
151 Episode 25: Genggaman Tangan
152 Episode 26: Liburan
153 Episode 27: Kemarahan Ainsley
154 Episode 28: Tempat Tidur
155 Episode 29: Mencari Nayra
156 Episode 30: Pengharapan
157 Episode 31: Menceburkan Diri
158 Episode 32: Wanita Aneh
159 Episode 33: Salah Kira
160 Episode 34: Hamil
161 Episode 35: Makan Siang Keluarga
162 Episode 36: Pertemuan Kembali
163 Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164 Episode 38: Flashback
165 Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166 Episode 40: Berusaha Bangkit
167 Episode 41: Hubungan Khusus
168 Episode 42: Kemustahilan
169 Episode 43: Satu Persen
170 Episode 44: Kiriman Bunga
171 Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172 Episode 46: Terperangkap Hujan
173 Episode 47: Hak Milik
174 Episode 48: Api Kecemburuan
175 Episode 49: Keputusan Willy
176 Episode 50: Keinginan Nayra
177 Episode 51: Obsesi
178 Episode 52: Rumah Nayra
179 Episode 53: Pengaruh Alkohol
180 Episode 54: Penggemar Fanatik
181 Episode 55: Melamar
182 Episode 56: Persiapan Pernikahan
183 Episode 57: Pernikahan
184 Episode 58: Dua Pilihan
185 Episode 59: Waktu Berdua
186 Episode Khusus: Happy Anniversary
187 Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188 Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189 Dear Pembaca
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Episode 1: Selimut Kesedihan
2
Episode 2: Membenahi Kehidupan
3
Episode 3: Duplikat Hati
4
Episode 4: Kenangan Lama
5
Episode 5: Kebahagiaan Emily
6
Episode 6: Teman Baru
7
Rahasia Tersembunyi
8
Menolak Takdir
9
Pertemuan Duka
10
Kabar Buruk
11
Berteman Sepi
12
Gaun Pernikahan
13
Angin Lewat
14
Pria Bule
15
Episode 15: Salah Makan
16
Seorang Pencuri
17
Berita Penting
18
Terpaksa Berbohong
19
Situasi Rumit
20
Pria Tua
21
Bisnis Perjodohan
22
Terlambat Pulang
23
Khalayak Ramai
24
Melewati Bersama
25
Memastikan Hati
26
Melindungi Harapan
27
Pemandangan Langka
28
Cangkang Siput
29
Hadiah Penyesalan
30
Mencuri Start
31
Sebuah Kesalahan
32
Menahan Diri
33
Bintang Kecil
34
Menggoda Kekasih
35
Mengulur Waktu
36
Kartu Nama
37
Wanita Lain
38
Secarik Kertas
39
Tolong Aku!
40
Bunga Tulip
41
Efek Lampau
42
Rasa Bersalah
43
Obat Penawar
44
Salah Paham
45
Penderitaan Robin
46
Strategi Penjualan
47
Menanti Pertemuan
48
Mengingkari Janji
49
Takut Kecoak
50
Bersembunyi
51
Pesta Kecil
52
Ancaman Kepemilikan
53
Dansa
54
Kecemburuan
55
Jadwal Egois
56
Mogok Makan
57
Salmon Sushi
58
Cookies
59
Bertemu Juni
60
Dunia Baru
61
Menarik Perhatian
62
Kejutan
63
Episode 63: Pengacau
64
Episode 64: Keburaman
65
Buta
66
Episode 66: Karma
67
Kambuh
68
Syarat
69
Lepas
70
Kehilangan Arah
71
Pulang
72
Mi
73
Tamu Pertama
74
Posisi
75
Terancam
76
Diculik Ibu Tiri
77
Siapa Catrin?
78
Episode 78: Mengasuh Eilaria
79
Kesalahan Aaron
80
Kepergian Jeslyn
81
Terlambat Sadar
82
Menjadi Parasit
83
Perkara Ponsel
84
Menyelamatkan Catrin
85
Kesiaan Rindu
86
Mengasihani Diri
87
Rencana Lidya
88
Berpura-pura Bahagia
89
Jalan Keluar
90
Perseteruan Lama
91
Memulai Kembali
92
Penyamaran Ke-2
93
Tanpa Rencana
94
Benang Merah
95
Tamu Lain
96
Orang Kaya
97
Selamat Tidur
98
Episode 98: Wali Terhormat
99
Tuan & Nona
100
Lelucon Daun
101
Kepala Keluarga
102
Sandaran Bahu
103
Berbagi Hati
104
Seorang Kakak
105
Meminjam Nama
106
Tanpa Jejak
107
Gudang Kosong
108
Pakaian Sempit
109
Satu Atap
110
Dalang Kegelisahan
111
Ingin Pulang
112
Rumah Lama
113
Pasangan Favorit
114
Pil Pelukan
115
Menebak Kalimat
116
Detik Berharga
117
Provokator Asmara
118
Melenyapkan Egois
119
Bahu Sandaran
120
Jiwa Jomlo
121
Bulan Penumbra
122
Penjara Abadi
123
Pengalihan Tahta
124
Nenek
125
Terima Kasih
126
Penting!
127
Episode 1: Meminta Saran
128
Episode 2: Berdamai
129
Episode 3: Kencan Buta
130
Episode 4: Kacamata Hitam
131
Episode 5: Tempat Semula
132
Episode 6: Sekretaris Pribadi
133
Episode 7: Pertemuan Rahasia
134
Episode 8: Membangunkan Gavin
135
Episode 9: Menjalin Waktu
136
Episode 10: Pekerjaan Alea
137
Episode 11: Lembur
138
Episode 12: Larut Malam
139
Episode 13: Tanda Bahaya
140
Episode 14: Kehilangan Pegawai
141
Episode 15: Bertamu
142
Episode 16: Dilema
143
Episode 17: Sebuah Tamparan
144
Episode 18: Terikat Berita
145
Episode 19: Ingin Berkunjung
146
Episode 20: Kebohongan Besar
147
Episode 21: Menyatakan Perasaan
148
Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149
Episode 23: Nyctophobia
150
Episode 24: Penolakan Keras
151
Episode 25: Genggaman Tangan
152
Episode 26: Liburan
153
Episode 27: Kemarahan Ainsley
154
Episode 28: Tempat Tidur
155
Episode 29: Mencari Nayra
156
Episode 30: Pengharapan
157
Episode 31: Menceburkan Diri
158
Episode 32: Wanita Aneh
159
Episode 33: Salah Kira
160
Episode 34: Hamil
161
Episode 35: Makan Siang Keluarga
162
Episode 36: Pertemuan Kembali
163
Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164
Episode 38: Flashback
165
Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166
Episode 40: Berusaha Bangkit
167
Episode 41: Hubungan Khusus
168
Episode 42: Kemustahilan
169
Episode 43: Satu Persen
170
Episode 44: Kiriman Bunga
171
Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172
Episode 46: Terperangkap Hujan
173
Episode 47: Hak Milik
174
Episode 48: Api Kecemburuan
175
Episode 49: Keputusan Willy
176
Episode 50: Keinginan Nayra
177
Episode 51: Obsesi
178
Episode 52: Rumah Nayra
179
Episode 53: Pengaruh Alkohol
180
Episode 54: Penggemar Fanatik
181
Episode 55: Melamar
182
Episode 56: Persiapan Pernikahan
183
Episode 57: Pernikahan
184
Episode 58: Dua Pilihan
185
Episode 59: Waktu Berdua
186
Episode Khusus: Happy Anniversary
187
Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188
Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189
Dear Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!