Seorang Pencuri

Suara gaduh yang berasal dari luar kamar membangunkan Ainsley pagi itu. Pikiran negatif mengenai pencuri masuk ke dalam apartemen membuatnya merasa takut. Apalagi Ainsley hanya seorang diri di apartemen.

Hati-hati tanpa mengeluarkan suara Ainsley bangkit dari ranjang dan mengendap-endap mendekati pintu. Sebelum keluar kamar buku tebal yang ada di atas meja diraih. Ainsley berencana menjadikan buku tersebut sebagai senjata melawan sang pencuri.

Perlahan namun pasti Ainsley menarik gagang pintu. Suara yang membangunkannya itu semakin jelas terdengar. Ainsley sudah dalam posisi mengangkat buku ke atas, bersiap-siap menghajar pencuri.

Tetapi belum sampai 2 langkah nyalinya menciut. Ketakutannya lebih besar dibandingkan keberaniannya. Suara itu berhasil meruntuhkan pertahanan.

Tidak tahan lagi akhirnya Ainsley merosot dan sambil memicingkan mata berteriak sekencang-kencangnya, berharap teriakannya bisa mendatangkan orang yang bisa membantunya.

Teriakan itu mendatangkan seseorang yang diyakininya sebagai seorang pencuri. Ainsley semakin takut dan semakin mengencangkan suaranya, lalu dengan suara yang bergetar memohon ampun agar dirinya tidak dibunuh.

Ainsley yang sedaritadi memicingkan mata tiba-tiba melotot kaget ketika dirinya ditarik dan dipeluk. Ainsley berusaha pergi tetapi pelukan begitu erat tidak membiarkannya lepas. Ainsley pun mendongak untuk melihat wajah pencuri, namun siapa sangka jika pencuri yang dibayangkan oleh Ainsley ternyata adalah Zack.

Tatapan yang seakan menusuk itu menyadarkan Ainsley bahwa sebenarnya tidak ada pencuri di apartemen. Hanya ada Zack yang berkutat di dapur membawa aroma yang membuat perutnya menanggapi.

Zack mendengus kesal melihat Ainsley yang membuatnya kelabakan tadinya. Berkali-kali memanggil nama Ainsley, tetapi panggilan itu tidak didengar. Ainsley terus berteriak dengan sangat keras, sehingga Zack terpaksa memeluknya agar teriakan tersebut berhenti.

Ting tong..

Suara teriakan Ainsley terdengar oleh penghuni Casa Felise lainnya. Wajar saja mereka mendengarnya karena Ainsley berteriak sangat kencang. Hal itu membuat Zack harus menjelaskan situasi yang terjadi pada mereka.

Beberapa orang sudah berdiri di depan apartemen. Ada yang memasang tampang kesal dan ada juga yang memasang tampang khawatir. Mewakili penghuni lainnya seorang pria bertanya apa semua baik-baik saja, karena mereka mendengar suara teriakan.

"Maafkan kami. Istriku sangat takut dengan kecoak."

Selang beberapa waktu setelah itu Zack datang menghampiri Ainsley, ingin mendengar penjelasan atas kejadian tadi. Tanpa bertanya pun Ainsley sudah tau jika ada sesuatu yang seharusnya diluruskan. Terbata-bata Ainsley mengatakan bahwa dirinya berpikir Zack bekerja hari ini.

Zack masih belum puas dengan penjelasan yang Ainsley berikan. Tatapan yang seakan menuntut penjelasan lebih itu membuat Ainsley tidak bisa mundur, akhirnya berkata bahwa apartemen sangat sepi dan dirinya merasa sedikit takut jika ada orang jahat yang datang.

"Sedikit?"

"Banyak, maaf."

Zack tidak habis pikir jika Ainsley menilai dirinya dengan sangat buruk. Sebagai pembunuh, orang jahat, bahkan sekarang adalah seorang pencuri. Siapa yang tidak kesal jika disalahpahami dengan begitu banyak anggapan negatif.

Namun rasa yang tidak nyaman di perut membuat Zack tidak ingin mengurusi masalah itu lebih jauh dan memilih untuk mendatangi dapur kembali. Zack melanjutkan masakan yang akan segera selesai itu dan mengatakan alasan mengapa dirinya tidak pergi ke kantor.

"Hari ini aku tidak pergi bekerja lebih awal. Aku harus meredakan rasa sakit karena pengaruh alkohol. Selain itu maaf atas kekacauan semalam dan kemarin sudah membentakmu."

Tiga tahun lamanya mereka tidak saling berbicara dan untuk hari ini adalah sesuatu yang sangat langka. Percakapan tidak boleh berakhir hanya dengan kata maaf. Bagi Ainsley sekarang adalah saat yang tepat untuk memberitahukan isi hatinya selama ini atau dirinya akan kehilangan kesempatan langka itu.

"Ini pertama kalinya kau berbicara panjang padaku setelah tiga tahun kita menikah. Sejujurnya aku tidak tau apa kesalahanku, sampai-sampai aku dianggap tidak ada. Apa karena pernikahan ini?"

Zack berhenti mengaduk sop yang hampir mendidih, lalu meletakkan sendok tersebut ke sebuah mangkuk di sampingnya. Wajahnya datar dan sebenarnya tidak berminat untuk berbicara lebih lanjut.

"Emily sudah seperti ayah, ibu, dan sahabat bagiku. Aku kehilangan itu semua dan sekarang apa aku harus kehilangan hidupku juga?"

Zack masih diam seribu bahasa dan masih saja mendengarkan celotehan Ainsley tanpa ada niat membalas. Dipaksa memikirkan masalah yang rumit membuatnya semakin pusing dan mual.

"Kalian masih saja bersedih setiap kali mengunjungi makam Emily. Tidakkah kalian ingin melihatnya tersenyum?"

Tidak tahan lagi akhirnya Zack mematikan kompor dan keluar dari apartemen, lalu mengatakan pada Robin yang sudah menanti bahwa dirinya mengambil cuti hari ini lantaran tidak enak badan.

Robin mengantarkan Zack ke rumah kediaman. Setelah itu Robin kembali ke kantor. Sesuai perintah yang diterima, Robin lah yang akan menggantikan Zack untuk sementara waktu.

Seberapa pun menghindar, tetap saja ucapan Ainsley berlarian di pikiran. Emily, pernikahan, hal yang dirasakan Ainsley selama dirinya tidak ada. Semua berkumpul menjadi satu dan berputar-putar di kepala.

"Buatkan aku sesuatu agar rasa tidak nyaman di perutku ini hilang." memberi perintah tanpa menoleh pada siapa berbicara, lalu berlalu pergi ke kamarnya.

Para pegawai kebingungan dengan perintah itu. Mereka mulai menerka-nerka makanan apa yang harus mereka buat agar rasa tidak nyaman di perut tuan rumah mereka hilang.

"Sepertinya tuan minum alkohol semalam. Lebih baik kalian membuatkan sop untuk meredakan rasa pengarnya." ujar Austin, seorang pria berumur yang sudah memiliki banyak pengalaman hidup.

Menganggap bahwa ucapan Austin masuk akal, mereka yang bertugas memasak di rumah itu langsung membuat sop seperti yang Austin sarankan.

***

Ainsley duduk sambil menonton film. Meskipun televisi menyala, namun pikirannya masih melayang pada kejadian tadi. Ainsley menyesal sudah membuat kesalahan besar yang hanya akan membuat Zack marah.

"Mungkin jika dia pulang nanti, aku akan diminta menandatangani surat perceraian." berbicara lesu.

Seketika Ainsley duduk tegak saat menyadari ide cemerlang dalam penyesalannya. Jika dipikir-pikir lagi kejadian tadi bukanlah sesuatu yang buruk karena jika bercerai, Ainsley akan hidup normal kembali.

Kruyuk..

Senyuman yang menghiasi wajah tiba-tiba hilang setelah mendengar gemuruh di perutnya. Diam-diam Ainsley mendekati kompor, yang mana hidangan yang dibuat oleh Zack masih hangat di sana.

"Aku akan menghirup aromanya saja untuk menunda rasa laparku."

Dua menit kemudian Ainsley menggelengkan kepala sambil berkata, "Tidak bisa. Sayang sekali jika sop ini hanya dilihat dan dicium aromanya saja. Aku akan mencicipinya sedikit."

Sop dituangkan ke dalam mangkuk. Baru suapan pertama Ainsley sudah dibuat tidak bisa berkata-kata, tidak mengira jika sop itu akan sangat enak. Tanpa sadar Ainsley telah menandaskan semuanya.

"Kenapa aku menghabiskannya?! Bagaimana jika pria tua pulang tiba-tiba?!" panik sendiri memikirkan bagaimana cara membuat semuanya seperti sedia kala.

Di tengah kepanikan Ainsley teringat alasan sop itu dibuat lantaran Zack ingin meredakan rasa sakit akibat pengaruh alkohol. Sekilas Ainsley juga menebak-nebak apakah alasan Zack meminum alkohol adalah karena merindukan Emily.

Untuk menebus rasa sesalnya, akhirnya Ainsley menggantinya dengan sop yang dibelinya di luar. Lalu mendatangi Hughes Property untuk memberikannya melalui perantara Robin, agar hubungannya dengan Zack tidak diketahui oleh publik.

"Ada yang bisa saya bantu?" memandang aneh.

"Hmm.. Apa Robin ada?" menatap gelisah sekeliling, berharap tidak bertemu dengan Zack.

"Robin?" wanita yang berdiri di meja resepsionis balik bertanya.

"Sekretaris di sini." jawabnya sesingkat mungkin.

"Oh!! Ya, beliau ada. Tunggu sebentar akan saya panggilkan. Ngomong-ngomong anda siapa, ya?" mengangkat telepon untuk menghubungi seseorang.

"A.. O.. Saya.."

"Anda pasti istrinya! Baiklah. Akan segera saya sampaikan. Sementara itu nyonya Robin bisa menunggu di sana." menunjuk sebuah sofa yang tampak nyaman untuk diduduki.

Ainsley ingin menjelaskan kepada mereka bahwa dirinya bukanlah nyonya Robin, namun karena statusnya tidak boleh diketahui Ainsley terpaksa mengurungkan niat. Lagi pula hal tersebut bukanlah masalah besar selama penyamarannya tidak terungkap.

Tidak lama setelah itu Robin muncul dengan langkah yang tergesa-gesa. Robin menghampiri resepsionis menanyakan di mana orang yang mencarinya. Resepsionis menunjuk sebuah sofa yang diduduki oleh Ainsley.

Robin kelihatan bingung melihat seseorang memakai jaket dan masker. Sudah jelas kalau orang itu bukanlah istrinya. Setelah menimbang-nimbang dan membandingkan baru lah Robin sadar jika orang itu adalah Ainsley.

"Nyo.."

"Ssst.." melihat ke arah resepsionis yang terlihat penasaran padanya dan Robin.

Ainsley membawa Robin ke sebuah kafe dan mereka duduk di sana untuk berbincang. Namun baru saja Robin akan memanggil dengan sebutan nyonya, lagi-lagi Ainsley menghentikan dan menggelengkan kepala tidak setuju dengan sebutan itu.

"Aku tidak nyaman kau memanggilku begitu. Panggil namaku saja. Itu lebih baik."

Robin berdiri dan membungkuk hormat. Di depan orang banyak Robin meminta maaf karena tidak bisa mengabulkan permintaan tersebut. Baginya Zack adalah seseorang yang harus dilayani dengan kesungguhan hati, begitu pula dengan istri orang yang mempekerjakannya.

"Baiklah. Baiklah. Ayo cepat duduk." lebih tidak nyaman lagi dengan orang-orang yang melihat ke arahnya.

Pada akhirnya Ainsley meminta Robin untuk memanggilnya dengan sebutan nona. Meskipun butuh waktu lama untuk membujuk Robin agar setuju.

Setelah menyelesaikan masalah panggilan, Ainsley pun menyampaikan tujuan yang sesungguhnya pada Robin. Ainsley menyodorkan sebuah bingkisan ke hadapan Robin.

"No-nona tidak perlu melakukan ini untuk saya."

"Ini untuk tuan Zack Hughes itu. Aku ingin kau memberikan ini padanya."

"Ah! Begitu.." sudah salah paham.

"Apa dia ada di kantor?" penasaran.

"Tidak. Hari ini tuan mengambil cuti karena tidak enak badan. Tuan sekarang ada di rumah kediaman."

Ainsley teringat akan rumah besar yang pernah dikunjunginya saat kematian Emily. Rumah tersebut lebih luas dibandingkan apartemen yang ditempatinya sekarang. Sebuah pertanyaan tiba-tiba terlintas di benak mengapa Zack memilih untuk tinggal di apartemen ketimbang di rumah itu.

"Kalau begitu saya akan memberikannya pada tuan." undur diri.

"Ah! Baiklah."

Robin langsung meluncur ke tempat Zack berada. Robin berusaha sampai secepat mungkin agar sop tidak dingin dan masih terasa enak saat dimakan. Untuk turun dari mobil pun Robin tergesa-gesa, hingga akhirnya sampai di hadapan Zack.

Zack mengelap mulut dengan serbet, lalu membuka bingkisan itu. Satu porsi penuh berisi sop yang masih hangat. Zack tidak terkejut atau pun senang. Justru raut wajahnya kebingungan karena Robin begitu perhatian membawakan makanan untuknya.

"Kau sangat perhatian padaku, tetapi aku tidak bisa menerimanya karena aku baru saja menghabiskan sop." melirik mangkuk kosong di depannya.

"Bukan saya, tuan. Ini sop yang diberikan oleh nona Ainsley. Tadi nona datang ke kantor dan meminta saya untuk memberikan sop ini pada tuan."

Alisnya mengerut menatap sop yang sama sekali berbeda dengan yang ada di apartemen, kemudian berkata, "Aku penasaran apa yang dia lakukan pada sop yang aku buat."

Zack meraih sendok kembali dan melahap sop itu. Meski sudah kenyang tetapi Zack tetap memakannya dengan dalih bahwa dirinya tidak ingin makanan terbuang sia-sia.

***

"Lexa!!"

"Kau sudah datang?" berbicara dengan nada datar

"Ya!! Lewis Cooper di sini sekarang!!"

Berbanding terbalik dengan Lewis yang sangat bersemangat, justru teman-temannya tidak begitu. Mereka tidak bersemangat melihat orang yang selama 3 tahun tidak mereka jumpai.

"Oh! Come on, guys! Aku keasyikan dengan perjalanan panjangku dan sekarang aku pulang karena merindukan kalian."

*Ayolah teman-teman.

Tidak dapat menahan air mata kerinduan, Lexa pun membenamkan wajahnya dalam pelukan Lewis. Kemudian Lewis membalas pelukan itu dan mengusap kepala Lexa sambil tertawa lebar.

Tidak sampai di situ, satu persatu temannya yang lain ikut memberikan pelukan. Sehingga mereka kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh bersama. Mereka tetap terawa walau sudah terjatuh.

"Selain kalian, aku juga merindukan restoranku." membantu Lexa berdiri.

"Kau memang harus mengunjungi restoranmu." berjalan keluar dan menghampiri mobil Lewis.

"Apa sesuatu terjadi selama aku pergi?" duduk di kursi kemudi dan menyalakan mobil.

"Tidak ada masalah. Hanya saja kau kehilangan salah satu pegawaimu."

Sesampainya di restoran, Lexa turun dan masuk ke restoran lebih dulu. Lexa membiarkan Lewis melakukan kegiatan yang selalu dilakukan jika datang ke restoran yaitu mengobservasi restoran. Lewis akan menjadi tamu di restorannya sendiri.

Lewis ingat dengan pegawai yang melayaninya sekarang. Pegawai yang selalu membuat ulah karena terlambat dan tidak hadir bekerja. Akan tetapi Lewis sangat membutuhkan pegawai yang selalu tersenyum dan ceria seperti Juni.

"Anda punya rekomendasi makan siang hari ini?"

Lewis tampak bingung karena Juni tidak memberi respon terhadap pertanyaannya. Lewis pun menjetikkan jari untuk menyadarkan Juni yang kini mematung dengan mulut mengangga.

"Ah, ya! Saya merekomendasikan pollo al limone sebagai makan siang hari ini." tersenyum dan berbicara dengan ramah.

*Ayam lemon, hidangan dari negara China.

Sebuah pilihan yang sangat bagus karena ayam yang diberi saus lemon akan sangat segar untuk disantap sebagai menu makan siang. Lewis tersenyum puas dengan pekerjaan yang dilakukan oleh Juni.

Beberapa saat setelah memesan, hidangan makanan yang ditunggu-tunggu datang. Bukan pegawai yang mengantarkannya, melainkan seseorang yang diangkat menjadi manajer restoran. Bersungut-sungut sang manajer mengatakan bahwa pesanan itu dirampas dari pelayan lain, karena mereka berebutan mengantarkannya pada Lewis.

Di saat yang bersamaan Lexa muncul dan mengapit leher Lewis seperti seorang pegulat yang ingin meruntuhkan lawan. Lewis yang menerima serangan itu berusaha untuk lepas. Lewis memukul-mukul lengan Lexa dengan ekspresi seperti sudah kalah. Manajer yang melihat hanya tertawa melihat aksi kekanakan mereka.

Terpopuler

Comments

al - one ' 17

al - one ' 17

lexa lewis siapanya neh

2021-03-22

1

IKA 🌹SSC🌷💋plf

IKA 🌹SSC🌷💋plf

si Lewis pwmilik restoran tempat Ainsley bekerja apa dia adik tiri dari Zack kah???

2020-11-30

3

ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴

ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴

iya itu adik tiri zack deh kayakya si lewis 🤔🤔🤔

2020-11-29

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: Selimut Kesedihan
2 Episode 2: Membenahi Kehidupan
3 Episode 3: Duplikat Hati
4 Episode 4: Kenangan Lama
5 Episode 5: Kebahagiaan Emily
6 Episode 6: Teman Baru
7 Rahasia Tersembunyi
8 Menolak Takdir
9 Pertemuan Duka
10 Kabar Buruk
11 Berteman Sepi
12 Gaun Pernikahan
13 Angin Lewat
14 Pria Bule
15 Episode 15: Salah Makan
16 Seorang Pencuri
17 Berita Penting
18 Terpaksa Berbohong
19 Situasi Rumit
20 Pria Tua
21 Bisnis Perjodohan
22 Terlambat Pulang
23 Khalayak Ramai
24 Melewati Bersama
25 Memastikan Hati
26 Melindungi Harapan
27 Pemandangan Langka
28 Cangkang Siput
29 Hadiah Penyesalan
30 Mencuri Start
31 Sebuah Kesalahan
32 Menahan Diri
33 Bintang Kecil
34 Menggoda Kekasih
35 Mengulur Waktu
36 Kartu Nama
37 Wanita Lain
38 Secarik Kertas
39 Tolong Aku!
40 Bunga Tulip
41 Efek Lampau
42 Rasa Bersalah
43 Obat Penawar
44 Salah Paham
45 Penderitaan Robin
46 Strategi Penjualan
47 Menanti Pertemuan
48 Mengingkari Janji
49 Takut Kecoak
50 Bersembunyi
51 Pesta Kecil
52 Ancaman Kepemilikan
53 Dansa
54 Kecemburuan
55 Jadwal Egois
56 Mogok Makan
57 Salmon Sushi
58 Cookies
59 Bertemu Juni
60 Dunia Baru
61 Menarik Perhatian
62 Kejutan
63 Episode 63: Pengacau
64 Episode 64: Keburaman
65 Buta
66 Episode 66: Karma
67 Kambuh
68 Syarat
69 Lepas
70 Kehilangan Arah
71 Pulang
72 Mi
73 Tamu Pertama
74 Posisi
75 Terancam
76 Diculik Ibu Tiri
77 Siapa Catrin?
78 Episode 78: Mengasuh Eilaria
79 Kesalahan Aaron
80 Kepergian Jeslyn
81 Terlambat Sadar
82 Menjadi Parasit
83 Perkara Ponsel
84 Menyelamatkan Catrin
85 Kesiaan Rindu
86 Mengasihani Diri
87 Rencana Lidya
88 Berpura-pura Bahagia
89 Jalan Keluar
90 Perseteruan Lama
91 Memulai Kembali
92 Penyamaran Ke-2
93 Tanpa Rencana
94 Benang Merah
95 Tamu Lain
96 Orang Kaya
97 Selamat Tidur
98 Episode 98: Wali Terhormat
99 Tuan & Nona
100 Lelucon Daun
101 Kepala Keluarga
102 Sandaran Bahu
103 Berbagi Hati
104 Seorang Kakak
105 Meminjam Nama
106 Tanpa Jejak
107 Gudang Kosong
108 Pakaian Sempit
109 Satu Atap
110 Dalang Kegelisahan
111 Ingin Pulang
112 Rumah Lama
113 Pasangan Favorit
114 Pil Pelukan
115 Menebak Kalimat
116 Detik Berharga
117 Provokator Asmara
118 Melenyapkan Egois
119 Bahu Sandaran
120 Jiwa Jomlo
121 Bulan Penumbra
122 Penjara Abadi
123 Pengalihan Tahta
124 Nenek
125 Terima Kasih
126 Penting!
127 Episode 1: Meminta Saran
128 Episode 2: Berdamai
129 Episode 3: Kencan Buta
130 Episode 4: Kacamata Hitam
131 Episode 5: Tempat Semula
132 Episode 6: Sekretaris Pribadi
133 Episode 7: Pertemuan Rahasia
134 Episode 8: Membangunkan Gavin
135 Episode 9: Menjalin Waktu
136 Episode 10: Pekerjaan Alea
137 Episode 11: Lembur
138 Episode 12: Larut Malam
139 Episode 13: Tanda Bahaya
140 Episode 14: Kehilangan Pegawai
141 Episode 15: Bertamu
142 Episode 16: Dilema
143 Episode 17: Sebuah Tamparan
144 Episode 18: Terikat Berita
145 Episode 19: Ingin Berkunjung
146 Episode 20: Kebohongan Besar
147 Episode 21: Menyatakan Perasaan
148 Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149 Episode 23: Nyctophobia
150 Episode 24: Penolakan Keras
151 Episode 25: Genggaman Tangan
152 Episode 26: Liburan
153 Episode 27: Kemarahan Ainsley
154 Episode 28: Tempat Tidur
155 Episode 29: Mencari Nayra
156 Episode 30: Pengharapan
157 Episode 31: Menceburkan Diri
158 Episode 32: Wanita Aneh
159 Episode 33: Salah Kira
160 Episode 34: Hamil
161 Episode 35: Makan Siang Keluarga
162 Episode 36: Pertemuan Kembali
163 Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164 Episode 38: Flashback
165 Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166 Episode 40: Berusaha Bangkit
167 Episode 41: Hubungan Khusus
168 Episode 42: Kemustahilan
169 Episode 43: Satu Persen
170 Episode 44: Kiriman Bunga
171 Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172 Episode 46: Terperangkap Hujan
173 Episode 47: Hak Milik
174 Episode 48: Api Kecemburuan
175 Episode 49: Keputusan Willy
176 Episode 50: Keinginan Nayra
177 Episode 51: Obsesi
178 Episode 52: Rumah Nayra
179 Episode 53: Pengaruh Alkohol
180 Episode 54: Penggemar Fanatik
181 Episode 55: Melamar
182 Episode 56: Persiapan Pernikahan
183 Episode 57: Pernikahan
184 Episode 58: Dua Pilihan
185 Episode 59: Waktu Berdua
186 Episode Khusus: Happy Anniversary
187 Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188 Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189 Dear Pembaca
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Episode 1: Selimut Kesedihan
2
Episode 2: Membenahi Kehidupan
3
Episode 3: Duplikat Hati
4
Episode 4: Kenangan Lama
5
Episode 5: Kebahagiaan Emily
6
Episode 6: Teman Baru
7
Rahasia Tersembunyi
8
Menolak Takdir
9
Pertemuan Duka
10
Kabar Buruk
11
Berteman Sepi
12
Gaun Pernikahan
13
Angin Lewat
14
Pria Bule
15
Episode 15: Salah Makan
16
Seorang Pencuri
17
Berita Penting
18
Terpaksa Berbohong
19
Situasi Rumit
20
Pria Tua
21
Bisnis Perjodohan
22
Terlambat Pulang
23
Khalayak Ramai
24
Melewati Bersama
25
Memastikan Hati
26
Melindungi Harapan
27
Pemandangan Langka
28
Cangkang Siput
29
Hadiah Penyesalan
30
Mencuri Start
31
Sebuah Kesalahan
32
Menahan Diri
33
Bintang Kecil
34
Menggoda Kekasih
35
Mengulur Waktu
36
Kartu Nama
37
Wanita Lain
38
Secarik Kertas
39
Tolong Aku!
40
Bunga Tulip
41
Efek Lampau
42
Rasa Bersalah
43
Obat Penawar
44
Salah Paham
45
Penderitaan Robin
46
Strategi Penjualan
47
Menanti Pertemuan
48
Mengingkari Janji
49
Takut Kecoak
50
Bersembunyi
51
Pesta Kecil
52
Ancaman Kepemilikan
53
Dansa
54
Kecemburuan
55
Jadwal Egois
56
Mogok Makan
57
Salmon Sushi
58
Cookies
59
Bertemu Juni
60
Dunia Baru
61
Menarik Perhatian
62
Kejutan
63
Episode 63: Pengacau
64
Episode 64: Keburaman
65
Buta
66
Episode 66: Karma
67
Kambuh
68
Syarat
69
Lepas
70
Kehilangan Arah
71
Pulang
72
Mi
73
Tamu Pertama
74
Posisi
75
Terancam
76
Diculik Ibu Tiri
77
Siapa Catrin?
78
Episode 78: Mengasuh Eilaria
79
Kesalahan Aaron
80
Kepergian Jeslyn
81
Terlambat Sadar
82
Menjadi Parasit
83
Perkara Ponsel
84
Menyelamatkan Catrin
85
Kesiaan Rindu
86
Mengasihani Diri
87
Rencana Lidya
88
Berpura-pura Bahagia
89
Jalan Keluar
90
Perseteruan Lama
91
Memulai Kembali
92
Penyamaran Ke-2
93
Tanpa Rencana
94
Benang Merah
95
Tamu Lain
96
Orang Kaya
97
Selamat Tidur
98
Episode 98: Wali Terhormat
99
Tuan & Nona
100
Lelucon Daun
101
Kepala Keluarga
102
Sandaran Bahu
103
Berbagi Hati
104
Seorang Kakak
105
Meminjam Nama
106
Tanpa Jejak
107
Gudang Kosong
108
Pakaian Sempit
109
Satu Atap
110
Dalang Kegelisahan
111
Ingin Pulang
112
Rumah Lama
113
Pasangan Favorit
114
Pil Pelukan
115
Menebak Kalimat
116
Detik Berharga
117
Provokator Asmara
118
Melenyapkan Egois
119
Bahu Sandaran
120
Jiwa Jomlo
121
Bulan Penumbra
122
Penjara Abadi
123
Pengalihan Tahta
124
Nenek
125
Terima Kasih
126
Penting!
127
Episode 1: Meminta Saran
128
Episode 2: Berdamai
129
Episode 3: Kencan Buta
130
Episode 4: Kacamata Hitam
131
Episode 5: Tempat Semula
132
Episode 6: Sekretaris Pribadi
133
Episode 7: Pertemuan Rahasia
134
Episode 8: Membangunkan Gavin
135
Episode 9: Menjalin Waktu
136
Episode 10: Pekerjaan Alea
137
Episode 11: Lembur
138
Episode 12: Larut Malam
139
Episode 13: Tanda Bahaya
140
Episode 14: Kehilangan Pegawai
141
Episode 15: Bertamu
142
Episode 16: Dilema
143
Episode 17: Sebuah Tamparan
144
Episode 18: Terikat Berita
145
Episode 19: Ingin Berkunjung
146
Episode 20: Kebohongan Besar
147
Episode 21: Menyatakan Perasaan
148
Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149
Episode 23: Nyctophobia
150
Episode 24: Penolakan Keras
151
Episode 25: Genggaman Tangan
152
Episode 26: Liburan
153
Episode 27: Kemarahan Ainsley
154
Episode 28: Tempat Tidur
155
Episode 29: Mencari Nayra
156
Episode 30: Pengharapan
157
Episode 31: Menceburkan Diri
158
Episode 32: Wanita Aneh
159
Episode 33: Salah Kira
160
Episode 34: Hamil
161
Episode 35: Makan Siang Keluarga
162
Episode 36: Pertemuan Kembali
163
Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164
Episode 38: Flashback
165
Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166
Episode 40: Berusaha Bangkit
167
Episode 41: Hubungan Khusus
168
Episode 42: Kemustahilan
169
Episode 43: Satu Persen
170
Episode 44: Kiriman Bunga
171
Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172
Episode 46: Terperangkap Hujan
173
Episode 47: Hak Milik
174
Episode 48: Api Kecemburuan
175
Episode 49: Keputusan Willy
176
Episode 50: Keinginan Nayra
177
Episode 51: Obsesi
178
Episode 52: Rumah Nayra
179
Episode 53: Pengaruh Alkohol
180
Episode 54: Penggemar Fanatik
181
Episode 55: Melamar
182
Episode 56: Persiapan Pernikahan
183
Episode 57: Pernikahan
184
Episode 58: Dua Pilihan
185
Episode 59: Waktu Berdua
186
Episode Khusus: Happy Anniversary
187
Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188
Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189
Dear Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!