Episode 5: Kebahagiaan Emily

Emily yang berbaring di samping Ainsley ikut terbangun. Raut wajah khawatir terpapar dari wajah kantuknya. "Kau baik-baik saja? Aku akan mengambilkan segelas air untukmu." Bergegas mendatangi dapur, lalu mengisi ruang kosong pada gelas. Kemudian dia kembali masuk ke dalam kamar dan menyodorkan gelas tersebut pada Ainsley. "Kau masih bermimpi buruk? Ini sudah lama sekali sejak terakhir kali kau memimpikannya."

"Aku sudah baik-baik saja sekarang." Ainsley meneguk isi gelas yang kini sudah berada di dalam genggaman tangan.

Suasana menjadi hening kembali. Malam itu sudah pukul dua malam. Membiarkan kecanggungan memudar, mereka hanyut dalam segala bentuk perasaan yang hinggap di diri masing-masing. Mungkin penyesalan adalah apa yang mereka juga rasakan sekarang.

"Maaf. Tidak seharusnya aku membentakmu hari itu." Ucap Ainsley memulai percakapan.

"Aku yang seharusnya meminta maaf padamu. Sebagai seorang kakak aku tidak mengerti dirimu."

"Tidak. Cepat atau lambat kau pasti akan menikah dan aku tidak punya hak untuk melarangmu."

Hampir satu bulan Emily menanti jawaban yang ingin didengar dan sekarang dia sudah mendapatkannya. Satu-satunya keluarga yang dia miliki dan satu-satunya pula izin yang harus didapatkan. Setelah ini dia tidak perlu risau lagi akan hal itu. Penyesalan sirna seiring mereka saling memberi pelukan.

"Bagaimana jika besok kita mengunjungi ibu dan ayah?" Usul Emily melepaskan pelukan.

Ainsley mengangguk. "Sudah lama sekali kita tidak mengunjungi mereka." Ketakutan akan mimpi itu pun menghilang.

Keesokan harinya di tanah pemakaman, mereka mengirimkan do'a pada mendiang orangtua mereka. Selain itu mereka juga berbagi cerita mengenai kehidupan yang mereka jalani selama ini. Mereka bersikap seolah kedua orangtua mereka masih ada dan sedang mendengarkan ocehan itu.

"Ibu, ayah. Sebentar lagi aku akan menikah. Orang yang aku cintai adalah pria yang sangat baik. Meskipun sikapnya selalu menyebalkan, tapi dia memiliki sisi yang hangat. Kalian pasti akan sangat menyukainya."

Mendengar ucapan Emily membuat Ainsley cekikikan. Kebahagiaan Emily adalah kebahagiaannya juga. Namun, di sisi lain sedikit banyaknya dia merasa sedih karena dengan pernikahan itu, dia tidak akan bisa lagi sering-sering bertemu dengan Emily.

"Kepergian ayah dan ibu, serta perlakuan paman dan bibi." Menggenggam kedua tangan Ainsley. "Aku tidak akan sanggup menjalani semuanya jika tidak ada kau di sini, Ley. Kau adalah sebuah keberuntungan yang aku dapatkan."

Ainsley tersenyum. "Aku yang lebih beruntung telah bertemu dengan kalian. Aku mendapatkan kasih sayang yang tidak pernah aku dapatkan sebelumnya."

***

Hari pernikahan akhirnya tiba. Pesta yang dipersiapkan sangat dinantikan oleh mereka dan para tamu undangan. Bahkan berbagai media massa juga turut hadir memenuhi lokasi.

"Adikmu bagaimana?" Tanya Zack khawatir karena hanya adik Emily satu-satunya anggota keluarga yang belum datang.

"Adikku terlambat datang karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan."

Zack mengoceh kesal. "Tempat macam apa yang tidak memberi izin pegawainya menghadiri pernikahan? Bahkan adikmu selalu sibuk melebihi aku, sampai-sampai tidak bisa bertemu dengan calon suami kakaknya sendiri."

"Sabar, Zack. Aku yakin sebentar lagi dia akan datang."

Setelah menutup sambungan telepon, Emily memeriksa kembali pesan dan panggilan di ponsel berharap ada kabar dari Ainsley namun tidak ada sama sekali. Terakhir kabar yang didapatkan adalah saat Ainsley berkata akan terlambat hadir.

Emily duduk di depan cermin dibaluti gaun pengantin. Sentuhan pada wajah yang tidak tebal itu masih memperlihatkan kecantikan alami. Seorang penata rias menempelkan aksesori di rambut untuk mempermanis penampilannya.

Asyik memandangi penampilannya hari ini, tiba-tiba dari pantulan cermin seseorang muncul. Emily meminta penata rias untuk berhenti sejenak, lalu dia menyambut pria tersebut dengan memberi sebuah pelukan. Dia tidak mengira jika adik tiri Zack benar-benar datang ke pernikahan. Mengingat jadwal terbang yang akan segera tiba.

"Kak Emily sangat cantik."

"Oh! Kau membuatku tersipu. Jika tidak ada Zack, aku pasti akan menikahimu. Pria tampan dan perhatian sepertimu siapa yang tidak menginginkannya?" Ucapnya dengan nada bercanda.

"Kalau begitu apa kau bersedia kabur denganku?" Menawarkan tangan.

Emily tergelak. "Lalu meninggalkan pernikahan yang akan diselenggarakan sebentar lagi? Akan diletakkan di mana wajah seorang Zack Hughes nantinya."

Di tengah senda gurau yang sedang merebak di ruangan itu, seorang wanita berseragam pelayan datang. "Acara pernikahan akan segera dimulai, nyonya Emily."

Mereka pun beranjak menuju aula pernikahan. Di sana Zack dan semua para hadirin telah menunggu kedatangan Emily. Semua mata tertuju pada Emily yang hari itu terlihat sangat cantik.

"Bagaimana penampilanku?" Bisik Emily di tengah acara.

"Cantik."

Zack khawatir lantaran Emily tidak terlihat senang akan pujian barusan. "Apa pujianku tidak menyenangkanmu?"

"Bukan, Zack. Aku sangat bahagia bisa menikah denganmu."

Zack tertegun menghadapi mata binar Emily. Wajah yang selalu bahagia tidak menampakkan kesedihan itu menembus hatinya yang terdalam. Mereka akan resmi menjadi pasangan suami istri sebentar lagi. Apakah dia bisa membahagiakan Emily?

Acara pernikahan berjalan khidmat. Di hadapan semua orang sumpah pernikahan diucapkan. Sorakan suka cita menggema di aula. Pancaran kebahagiaan mengalir di wajah-wajah para tamu undangan. Tidak terkecuali Aaron dan Vivienne yang akhirnya sudah menjadi orangtua Emily. Mereka menghampiri pasangan yang sudah sah menjadi suami istri itu, lalu memberikan ucapan selamat.

"Kalian harus segera memberikan aku cucu."

"Sayang, mereka baru saja menikah." Protes Vivienne mencubit lengan Aaron.

"Ada berapa cucu yang harus kami berikan? Sepuluh? Ah! Tidak. Lima belas atau dua puluh?" Tanya Zack menyiratkan candaan.

"Kau mau membunuh menantuku?"

Gurauan ayah dan anak itu menambah kebahagiaan. Kehangatan dirasakan oleh Emily di keluarga barunya. Hanya satu yang kurang baginya saat ini yaitu Ainsley yang tidak kunjung hadir menikmati acara pernikahannya.

"Aku akan menelepon sebentar." Pamit Zack di tengah perbincangan mereka.

Zack mengambil kesempatan untuk menelepon James. Pernikahannya hari ini membuatnya sangat yakin untuk melepaskan anak perempuan yang dicari bertahun lamanya. "James, kau bisa hentikan semua pencarian mengenai anak perempuan itu."

"Tapi, tuan.."

Telepon langsung diputus oleh Zack. Baru akan menyimpannya kembali tiba-tiba ponselnya berdering kembali. Di layar tertera nama Samuel yang menelepon. Dengan enggan dia mengangkat panggilan tersebut.

"Zack, ada masalah! Stella kembali! Kantormu hancur!" Terdengar panik.

Zack mengetatkan gerahamnya. Emosi yang tersulut mengantarkannya pada Emily untuk mengabarkan bahwa dia harus segera pergi secepatnya ke kantor sehingga membuatnya tidak bisa berlama-lama tinggal di aula bersama Emily.

"Sayang sekali, aku tidak bisa menemui adikmu hari ini. Aku harus kembali ke kantor."

"Apa sesuatu terjadi? Aku akan ikut denganmu."

"Tidak. Aku akan mengurusnya. Kau temui saja adikmu. Katakan padanya kalau aku tidak bisa menemuinya." Setelah itu Zack melangkah pergi.

Di depan pintu aula ketika Zack bergegas keluar, di saat itu pula Ainsley memasuki aula. Mereka sama-sama terburu-buru untuk bisa segera mencapai tujuan yang berbeda arahnya. Raut wajah panik juga terpampang jelas di kedua wajah mereka.

Ainsley melangkahkan kaki melewati garis pintu di mana acara pernikahan berlangsung. Dia berharap kalau Emily masih berada di tempat tersebut. Matanya mulai menyisiri seluruh ruangan yang hampir sepi.

Di sudut ruangan tampak orang yang dicari sedang asyik berbincang-bincang dengan beberapa orang. Melihat Emily tertawa dengan gaun pernikahan yang sangat cantik membuatnya juga merasakan kebahagiaan. Tidak ingin kehilangan momen berharga lagi, dia segera menghampiri Emily.

"Aku turut bahagia atas pernikahanmu, Mily!!" Teriaknya mengalihkan perhatian semua orang. "Ah, sepertinya aku terlalu gembira."

Emily menolehkan kepala pada suara yang tidak asing lagi. Di belakangnya orang yang dinanti telah tiba dan masih mengenakan pakaian kerja namun rona bahagia terpancar dari wajah yang lelah itu. Peluh di wajah dan napas yang belum stabil juga ditemukan. Ternyata Ainsley bersusah payah untuk menghadiri pernikahannya.

"Aku tidak sempat mengganti pakaianku. Apa aku terlihat buruk? Maafkan aku." Merasa sungkan lantaran teman-teman Emily menatap aneh padanya, ditambah dia tidak bisa tampil baik di hari bahagia Emily. Padahal dia sudah menghias wajahnya dan mungkin saja sekarang sudah luntur.

"Kau yang terbaik!" Memeluk Ainsley tanpa peduli yang lain.

Perlakuan Emily yang seolah membela Ainsley itu membuat orang yang berbicara dengan Emily tadinya menjauh sehingga kini hanya ada mereka berdua saja di sana. Mereka duduk di kursi tamu yang telah disediakan.

"Di mana suamimu? Ada beberapa hal yang akan aku sampaikan padanya." Melipat kedua tangan di dada.

"Kau berubah menjadi adik yang protektif?" Tertawa lebar.

Ainsley ikut tertawa karena menyadari tindakannya persis seperti apa yang Emily katakan. Padahal tadinya dia hanya bermaksud untuk melihat seperti apa pria yang akan menggantikan posisinya, yang akan selalu ada di samping Emily.

"Dia harus pergi karena ada panggilan penting dari kantor, tapi dia mengizinkanku untuk menunggumu."

"Panggilan itu lebih penting darimu?"

"Ayolah, Ley! Kita bukan anak kecil lagi. Kau tau betapa sibuknya aku selama bekerja di sana dan itu adalah apa yang dia kerjakan sekarang seorang diri. Lagi pula wajar saja jika dia lebih mementingkan perusahaan. Kalau tidak, bagaimana dia akan membiayai hidupku ke depannya? Kau tidak mau hidupku sulit, bukan?"

"Oh-ho! Kau hanya menginginkan hartanya saja?"

"Maksudmu aku adalah pemeran antagonis seperti yang ada dalam sinetron?" Tertawa lebar diikuti tawa Ainsley.

Lama berbincang tiba-tiba Emily menggenggam erat kedua tangan Ainsley. Topik pembahasan yang pernah mereka bicarakan kembali dibahas. Sekali lagi dia meyakinkan Ainsley untuk tinggal bersamanya namun sampai saat ini penolakan masih diterima. Tampaknya keputusan Ainsley untuk tidak tinggal bersamanya sudah bulat.

"Kita masih bisa bertemu. Aku tidak ingin jadi obat nyamuk di antara kalian berdua."

"Aku tidak bisa membujukmu lagi kalau keputusanmu sudah bulat. Tapi kau harus ingat kalau aku akan selalu ada untukmu dan jangan sungkan menghubungiku jika kau butuh sesuatu."

"Aku mengerti." Ainsley paham betul karena bukan hanya sekali dia mendengar hal itu.

***

"Pernikahanmu membuat Stella mengamuk. Dia datang dari liburannya tadi pagi. Kita akan kehilangan model terbaik kita. Hancurlah kita!"

Zack tidak menggubris kepanikan itu dan langsung saja membuka pintu ruangannya. Siapa yang tidak marah ketika ruangan yang rapi tiba-tiba sangat berantakan? Apalagi yang membuatnya seperti itu adalah orang yang tidak disukai. Bukannya menghampiri orang yang membuat kekacauan, dia menghampiri meja yang sudah tidak lagi berada di posisi seharusnya. Laci meja dibuka dan beruntung kertas gambar masih utuh. Sekarang dia bisa bernapas lega akan hal itu. Dia pun menyimpan gambar itu ke dalam saku jasnya.

Stella yang sedaritadi berbaring di sofa segera bangkit dan menghampiri Zack. Tanpa disadari rambut Stella sudah acak-acakan dan lingkar mata menghitam akibat maskara yang luntur. Sayangnya bukan pada penampilannya, Stella memilih fokus pada penampilan Zack.

"Ternyata benar kau menikah? Kau tidak boleh menikah. Kau hanya boleh menikah denganku."

"Tata kembali tempat ini seperti semula atau aku akan membuatmu menyesalinya." Pergi begitu saja tanpa memedulikan Stella.

Di luar ketika Samuel melihat Zack baru saja keluar dari ruangan, dia menanyakan bagaimana hasilnya setelah berbicara dengan Stella. Tetapi pertanyaan itu mengundangnya pada masalah yang lebih besar. Samuel yang hanya bertugas sebagai pemberi kabar juga menerima kemarahan Zack.

"Kau harus bertanggung jawab atas kerusakan ruanganku. Kalau aku masih melihat satu saja kesalahan, aku akan mengirimmu ke Edinburgh."

"Kenapa kau selalu mengancamku dengan itu? Lagi pula apa kesalahanku? Apa kau marah karena aku tidak datang ke pernikahanmu? Aku tidak datang karena ada beberapa urusan yang harus diselesaikan." Ditinggalkan begitu saja tanpa digubris membuatnya mengoceh kesal.

Zack sampai di sebuah apartemen yang akan dijadikan rumah nantinya ketika hidup bersama Emily. Baru tiba di sana dia memindahkan kertas gambar tadi ke laci meja kerja. Setelah itu dia berlalu ke kamar dan merebahkan diri tanpa mengganti pakaian pernikahan yang masih membaluti tubuh. Dia berbaring sembari memandangi hadiah kejutan yang sudah dipersiapkan untuk Emily.

Dalam baringan dia memikirkan betapa bodohnya dia karena demi sehelai kertas, dia sampai meninggalkan Emily sendirian. Apa yang sudah dia lakukan? Bukankah dia bertekad untuk melupakan anak perempuan itu?

***

Sentuhan lembut membangunkan Zack dari tidur lelap. Saat membuka mata, orang pertama yang diihat adalah Emily. Di atas sana Emily tersenyum sambil mengusap kepalanya.

"Terima kasih sudah memberiku kejutan. Aku sangat menyukainya."

Zack duduk, lalu mengucek mata dan meregangkan tubuh. Sebuah senyuman juga tersungging di wajahnya. "Aku senang kau menyukainya." Memperhatikan penampilan Emily yang tidak lagi mengenakan pakaian pernikahan sepertinya. "Kalau begitu aku akan membersihkan diri terlebih dahulu."

"Tunggu sebentar." Cegah Emily, lalu menyodorkan sebuah dokumen.

"Kau masih bekerja di hari pernikahan kita?"

Emily mengangguk sembari tersenyum polos. Kekhawatiran mengundangnya untuk segera pergi menyusul ke kantor, tetapi tidak ada Zack di sana. Hanya ada Samuel yang mengatakan bahwa Zack sudah pulang lebih dulu. Dokumen yang dibawa sekarang pun, Samuel yang meminta untuk diberikan pada Zack.

"Kau bisa mengambil stempel di laci ruang kerja. Aku meletakkannya di sana." Setelah itu bangkit menuju kamar mandi.

Emily mendatangi tempat yang Zack katakan. Di ruang kerja itu laci yang di maksud dibuka. Baru saja membuka laci pertama dia sudah menemukan apa yang dibutuhkan. Tidak sengaja dia menemukan sesuatu yang lain di dalam sana. Sebuah kertas yang mana memperlihatkan coretan gambar seseorang.

Emily sangat terkejut menyadari siapa yang ada di dalam gambar. Sangat tidak asing baginya karena mereka sudah hidup bersama bertahun-tahun. Memang gambar itu tidak bisa dilihat jelas siapa orangnya namun ada sebuah sudut yang menjelaskan lebih. Apa hubungan mereka berdua?

Terpopuler

Comments

al - one ' 17

al - one ' 17

ainsley

2021-03-21

2

𖣤​᭄☘𝑺ᴇᴎᴤᴇᴎ͠ ⍣ᶜᶦᶠ//@sensen_se

𖣤​᭄☘𝑺ᴇᴎᴤᴇᴎ͠ ⍣ᶜᶦᶠ//@sensen_se

kereenn diksinyaa... penulisan jg rapi... 😍😍

2020-12-05

1

ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴

ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴

akhirnya jadi gimana itu nanti? ainsley ya

2020-11-29

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: Selimut Kesedihan
2 Episode 2: Membenahi Kehidupan
3 Episode 3: Duplikat Hati
4 Episode 4: Kenangan Lama
5 Episode 5: Kebahagiaan Emily
6 Episode 6: Teman Baru
7 Rahasia Tersembunyi
8 Menolak Takdir
9 Pertemuan Duka
10 Kabar Buruk
11 Berteman Sepi
12 Gaun Pernikahan
13 Angin Lewat
14 Pria Bule
15 Episode 15: Salah Makan
16 Seorang Pencuri
17 Berita Penting
18 Terpaksa Berbohong
19 Situasi Rumit
20 Pria Tua
21 Bisnis Perjodohan
22 Terlambat Pulang
23 Khalayak Ramai
24 Melewati Bersama
25 Memastikan Hati
26 Melindungi Harapan
27 Pemandangan Langka
28 Cangkang Siput
29 Hadiah Penyesalan
30 Mencuri Start
31 Sebuah Kesalahan
32 Menahan Diri
33 Bintang Kecil
34 Menggoda Kekasih
35 Mengulur Waktu
36 Kartu Nama
37 Wanita Lain
38 Secarik Kertas
39 Tolong Aku!
40 Bunga Tulip
41 Efek Lampau
42 Rasa Bersalah
43 Obat Penawar
44 Salah Paham
45 Penderitaan Robin
46 Strategi Penjualan
47 Menanti Pertemuan
48 Mengingkari Janji
49 Takut Kecoak
50 Bersembunyi
51 Pesta Kecil
52 Ancaman Kepemilikan
53 Dansa
54 Kecemburuan
55 Jadwal Egois
56 Mogok Makan
57 Salmon Sushi
58 Cookies
59 Bertemu Juni
60 Dunia Baru
61 Menarik Perhatian
62 Kejutan
63 Episode 63: Pengacau
64 Episode 64: Keburaman
65 Buta
66 Episode 66: Karma
67 Kambuh
68 Syarat
69 Lepas
70 Kehilangan Arah
71 Pulang
72 Mi
73 Tamu Pertama
74 Posisi
75 Terancam
76 Diculik Ibu Tiri
77 Siapa Catrin?
78 Episode 78: Mengasuh Eilaria
79 Kesalahan Aaron
80 Kepergian Jeslyn
81 Terlambat Sadar
82 Menjadi Parasit
83 Perkara Ponsel
84 Menyelamatkan Catrin
85 Kesiaan Rindu
86 Mengasihani Diri
87 Rencana Lidya
88 Berpura-pura Bahagia
89 Jalan Keluar
90 Perseteruan Lama
91 Memulai Kembali
92 Penyamaran Ke-2
93 Tanpa Rencana
94 Benang Merah
95 Tamu Lain
96 Orang Kaya
97 Selamat Tidur
98 Episode 98: Wali Terhormat
99 Tuan & Nona
100 Lelucon Daun
101 Kepala Keluarga
102 Sandaran Bahu
103 Berbagi Hati
104 Seorang Kakak
105 Meminjam Nama
106 Tanpa Jejak
107 Gudang Kosong
108 Pakaian Sempit
109 Satu Atap
110 Dalang Kegelisahan
111 Ingin Pulang
112 Rumah Lama
113 Pasangan Favorit
114 Pil Pelukan
115 Menebak Kalimat
116 Detik Berharga
117 Provokator Asmara
118 Melenyapkan Egois
119 Bahu Sandaran
120 Jiwa Jomlo
121 Bulan Penumbra
122 Penjara Abadi
123 Pengalihan Tahta
124 Nenek
125 Terima Kasih
126 Penting!
127 Episode 1: Meminta Saran
128 Episode 2: Berdamai
129 Episode 3: Kencan Buta
130 Episode 4: Kacamata Hitam
131 Episode 5: Tempat Semula
132 Episode 6: Sekretaris Pribadi
133 Episode 7: Pertemuan Rahasia
134 Episode 8: Membangunkan Gavin
135 Episode 9: Menjalin Waktu
136 Episode 10: Pekerjaan Alea
137 Episode 11: Lembur
138 Episode 12: Larut Malam
139 Episode 13: Tanda Bahaya
140 Episode 14: Kehilangan Pegawai
141 Episode 15: Bertamu
142 Episode 16: Dilema
143 Episode 17: Sebuah Tamparan
144 Episode 18: Terikat Berita
145 Episode 19: Ingin Berkunjung
146 Episode 20: Kebohongan Besar
147 Episode 21: Menyatakan Perasaan
148 Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149 Episode 23: Nyctophobia
150 Episode 24: Penolakan Keras
151 Episode 25: Genggaman Tangan
152 Episode 26: Liburan
153 Episode 27: Kemarahan Ainsley
154 Episode 28: Tempat Tidur
155 Episode 29: Mencari Nayra
156 Episode 30: Pengharapan
157 Episode 31: Menceburkan Diri
158 Episode 32: Wanita Aneh
159 Episode 33: Salah Kira
160 Episode 34: Hamil
161 Episode 35: Makan Siang Keluarga
162 Episode 36: Pertemuan Kembali
163 Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164 Episode 38: Flashback
165 Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166 Episode 40: Berusaha Bangkit
167 Episode 41: Hubungan Khusus
168 Episode 42: Kemustahilan
169 Episode 43: Satu Persen
170 Episode 44: Kiriman Bunga
171 Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172 Episode 46: Terperangkap Hujan
173 Episode 47: Hak Milik
174 Episode 48: Api Kecemburuan
175 Episode 49: Keputusan Willy
176 Episode 50: Keinginan Nayra
177 Episode 51: Obsesi
178 Episode 52: Rumah Nayra
179 Episode 53: Pengaruh Alkohol
180 Episode 54: Penggemar Fanatik
181 Episode 55: Melamar
182 Episode 56: Persiapan Pernikahan
183 Episode 57: Pernikahan
184 Episode 58: Dua Pilihan
185 Episode 59: Waktu Berdua
186 Episode Khusus: Happy Anniversary
187 Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188 Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189 Dear Pembaca
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Episode 1: Selimut Kesedihan
2
Episode 2: Membenahi Kehidupan
3
Episode 3: Duplikat Hati
4
Episode 4: Kenangan Lama
5
Episode 5: Kebahagiaan Emily
6
Episode 6: Teman Baru
7
Rahasia Tersembunyi
8
Menolak Takdir
9
Pertemuan Duka
10
Kabar Buruk
11
Berteman Sepi
12
Gaun Pernikahan
13
Angin Lewat
14
Pria Bule
15
Episode 15: Salah Makan
16
Seorang Pencuri
17
Berita Penting
18
Terpaksa Berbohong
19
Situasi Rumit
20
Pria Tua
21
Bisnis Perjodohan
22
Terlambat Pulang
23
Khalayak Ramai
24
Melewati Bersama
25
Memastikan Hati
26
Melindungi Harapan
27
Pemandangan Langka
28
Cangkang Siput
29
Hadiah Penyesalan
30
Mencuri Start
31
Sebuah Kesalahan
32
Menahan Diri
33
Bintang Kecil
34
Menggoda Kekasih
35
Mengulur Waktu
36
Kartu Nama
37
Wanita Lain
38
Secarik Kertas
39
Tolong Aku!
40
Bunga Tulip
41
Efek Lampau
42
Rasa Bersalah
43
Obat Penawar
44
Salah Paham
45
Penderitaan Robin
46
Strategi Penjualan
47
Menanti Pertemuan
48
Mengingkari Janji
49
Takut Kecoak
50
Bersembunyi
51
Pesta Kecil
52
Ancaman Kepemilikan
53
Dansa
54
Kecemburuan
55
Jadwal Egois
56
Mogok Makan
57
Salmon Sushi
58
Cookies
59
Bertemu Juni
60
Dunia Baru
61
Menarik Perhatian
62
Kejutan
63
Episode 63: Pengacau
64
Episode 64: Keburaman
65
Buta
66
Episode 66: Karma
67
Kambuh
68
Syarat
69
Lepas
70
Kehilangan Arah
71
Pulang
72
Mi
73
Tamu Pertama
74
Posisi
75
Terancam
76
Diculik Ibu Tiri
77
Siapa Catrin?
78
Episode 78: Mengasuh Eilaria
79
Kesalahan Aaron
80
Kepergian Jeslyn
81
Terlambat Sadar
82
Menjadi Parasit
83
Perkara Ponsel
84
Menyelamatkan Catrin
85
Kesiaan Rindu
86
Mengasihani Diri
87
Rencana Lidya
88
Berpura-pura Bahagia
89
Jalan Keluar
90
Perseteruan Lama
91
Memulai Kembali
92
Penyamaran Ke-2
93
Tanpa Rencana
94
Benang Merah
95
Tamu Lain
96
Orang Kaya
97
Selamat Tidur
98
Episode 98: Wali Terhormat
99
Tuan & Nona
100
Lelucon Daun
101
Kepala Keluarga
102
Sandaran Bahu
103
Berbagi Hati
104
Seorang Kakak
105
Meminjam Nama
106
Tanpa Jejak
107
Gudang Kosong
108
Pakaian Sempit
109
Satu Atap
110
Dalang Kegelisahan
111
Ingin Pulang
112
Rumah Lama
113
Pasangan Favorit
114
Pil Pelukan
115
Menebak Kalimat
116
Detik Berharga
117
Provokator Asmara
118
Melenyapkan Egois
119
Bahu Sandaran
120
Jiwa Jomlo
121
Bulan Penumbra
122
Penjara Abadi
123
Pengalihan Tahta
124
Nenek
125
Terima Kasih
126
Penting!
127
Episode 1: Meminta Saran
128
Episode 2: Berdamai
129
Episode 3: Kencan Buta
130
Episode 4: Kacamata Hitam
131
Episode 5: Tempat Semula
132
Episode 6: Sekretaris Pribadi
133
Episode 7: Pertemuan Rahasia
134
Episode 8: Membangunkan Gavin
135
Episode 9: Menjalin Waktu
136
Episode 10: Pekerjaan Alea
137
Episode 11: Lembur
138
Episode 12: Larut Malam
139
Episode 13: Tanda Bahaya
140
Episode 14: Kehilangan Pegawai
141
Episode 15: Bertamu
142
Episode 16: Dilema
143
Episode 17: Sebuah Tamparan
144
Episode 18: Terikat Berita
145
Episode 19: Ingin Berkunjung
146
Episode 20: Kebohongan Besar
147
Episode 21: Menyatakan Perasaan
148
Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149
Episode 23: Nyctophobia
150
Episode 24: Penolakan Keras
151
Episode 25: Genggaman Tangan
152
Episode 26: Liburan
153
Episode 27: Kemarahan Ainsley
154
Episode 28: Tempat Tidur
155
Episode 29: Mencari Nayra
156
Episode 30: Pengharapan
157
Episode 31: Menceburkan Diri
158
Episode 32: Wanita Aneh
159
Episode 33: Salah Kira
160
Episode 34: Hamil
161
Episode 35: Makan Siang Keluarga
162
Episode 36: Pertemuan Kembali
163
Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164
Episode 38: Flashback
165
Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166
Episode 40: Berusaha Bangkit
167
Episode 41: Hubungan Khusus
168
Episode 42: Kemustahilan
169
Episode 43: Satu Persen
170
Episode 44: Kiriman Bunga
171
Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172
Episode 46: Terperangkap Hujan
173
Episode 47: Hak Milik
174
Episode 48: Api Kecemburuan
175
Episode 49: Keputusan Willy
176
Episode 50: Keinginan Nayra
177
Episode 51: Obsesi
178
Episode 52: Rumah Nayra
179
Episode 53: Pengaruh Alkohol
180
Episode 54: Penggemar Fanatik
181
Episode 55: Melamar
182
Episode 56: Persiapan Pernikahan
183
Episode 57: Pernikahan
184
Episode 58: Dua Pilihan
185
Episode 59: Waktu Berdua
186
Episode Khusus: Happy Anniversary
187
Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188
Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189
Dear Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!