Episode 3: Duplikat Hati

"Selamat, Zack! Kau berhasil memenangkan tender. Untuk merayakannya bagaimana kalau kita makan siang bersama?" Samuel memberikan pelukan selamat atas hasil kerja yang memuaskan.

"Kalau begitu saya akan mengurus jadwal anda hari ini." Ucap Emily hendak pergi.

"Sekretaris kita akan pergi kemana? Kau juga harus merayakannya bersama kami karena ini semua tidak akan berjalan lancar kalau bukan karena kerja kerasmu. Benar bukan, Zack?"

Selama ini mereka sudah bekerja keras untuk memajukan perusahaan. Dibantu oleh Emily pekerjaan pun semakin lebih ringan dibandingkan harus sendirian mengelola dua bisnis sekaligus. Sedikit perayaan atas keberhasilan yang dicapai, seharusnya makan siang bersama tidak ada salahnya.

"Kau sudah berusaha yang terbaik. Kita akan beristirahat sejenak sebelum kembali bekerja."

Ucapan yang mustahil untuk Emily dengar mengurungkan niatnya untuk pergi. Jika selama ini dia selalu dibuat kesal oleh tingkah kekanakan dan kata-kata yang tidak bersahabat dari atasannya, hari ini kalimat yang begitu pengertian didapatkan olehnya.

"Kalau begitu saya akan merepotkan kali ini."

Mereka makan siang di restoran berkelas yang letaknya tidak jauh dari perusahaan. Menu yang berbeda-beda tersuguh di hadapan mereka masing-masing. Suatu kesenangan bagi Samuel dan Emily karena semuanya dibayar oleh atasan mereka. Meskipun sudah menjadi pemeran utama dari jamuan makan siang namun Zack tidak diajak berbicara sama sekali. Dia hanya menjadi pajangan di antara kedua orang yang begitu asyik mengobrol.

"Ternyata kau memiliki seorang adik? Apa dia sudah memiliki kekasih?"

"Entahlah. Sepertinya belum." Ucap Emily sambil tertawa kecil.

"Kau memiliki fotonya? Aku sangat penasaran. Kakaknya saja sudah cantik, apalagi adiknya."

Zack memperhatikan raut wajah Emily yang sedikit berubah. Pertanyaan yang sedaritadi dijawab dengan lancar, untuk kali ini butuh waktu lama mendengarnya. Dia berpikir mungkin Emily tidak nyaman dengan sikap Samuel.

"Hentikan sikap sok akrabmu itu. Kau membuatnya tidak nyaman."

"Sejak kapan kau memperhatikan kenyamanan seseorang?"

Tadinya Emily sedikit terpikir oleh kata-kata Samuel yang mana mengatakan bahwa dia dan Ainsley memiliki kecantikan yang serupa sebagai saudara. Padahal kenyataannya mereka bukan saudara kandung. Hal itu mengingatkannya pada kedua orangtua. Sayangnya dia tidak membiarkan ingatan menyedihkan itu berlarut. "Terima kasih sudah memperhatikan saya." Mengambil ponsel dari dalam tas, lalu membuka galeri foto dan mencari foto Ainsley agar bisa diperlihatkan.

Samuel melebarkan mata ketika melihat gambar yang ada di ponsel itu. "Cantik sekali! Apa aku bisa mendapatkan nomornya?"

Zack bangkit dari duduknya. "Kalian bisa lanjut mengobrol. Aku akan kembali bekerja." Dia tidak ingin menjadi tokoh yang hanya duduk memperhatikan orang berbicara. Hal itu hanya membuang-buang waktu berharganya saja.

Berbeda dengan Emily yang diam memandangi Zack berlalu pergi, Samuel tersenyum puas. "Kau harus mendapatkannya."

Emily mencerna perkataan itu namun tetap saja dia tidak mengerti. "Apa?"

Samuel berhenti melamun dan menatap Emily sambil tersenyum. "Aku berpikir untuk mendapatkan makan malam yang enak hari ini."

***

Setibanya di ruang kerja, Zack membuka laci meja. Di sanalah dia menempatkan potret anak perempuan yang digambar. Biasanya dia akan memandanginya ketika sedang rindu atau ketika kesedihan mengusik hari-harinya.

Gambar itu membuatnya terbayang kembali bagaimana pertemuan mereka. Saat itu dia bertanya-tanya siapakah gerangan anak perempuan yang ada di belakang Chester. Anak perempuan itu begitu pemalu sampai-sampai tidak membalas jabatan tangan darinya. Betapa dia sangat merindukan pertemuan itu.

Saat dia sedang asyik menikmati bayangan anak perempuan itu tiba-tiba tamu yang tidak diundang muncul. Dia segera memasukkan kertas gambar kembali ke tempat semula, lalu beralih pada pekerjaan yang ada di meja.

Samuel yang telah kembali dari makan siang mendatangi Zack kembali. "Hey, temanku tercinta. Aku datang kesini secara sukarela ingin membantu urusan percintaanmu. Soal seperti ini aku adalah pakarnya."

"Hentikan omong kosongmu."

"Ayolah, Zack. Kau harus membuka hatimu untuk wanita lain. Memangnya kalau kau menemukannya, wanita masa kecilmu itu akan menerimamu?"

"Kenapa tidak? Aku tampan dan juga kaya."

"Itulah omong kosong sebenarnya. Kau belum resmi mewarisi perusahaan ini. Hanya modal ketampanan tidak akan cukup untuk gadis zaman sekarang. Apa yang kurang dari Emily? Dia adalah wanita spektakuler. Menganggapnya sebatas teman kerja hanya akan membuatmu rugi. Lagi pula ayahmu juga menginginkan seorang cucu, bukan? Apa kau ingin menghabiskan sisa hidupmu untuk mencarinya? Ini sudah hitungan tahun dan kau masih belum menemukannya."

"Kelihatannya aku benar-benar harus melenyapkanmu."

Sepertinya cara itu tidak berhasil, tetapi setidaknya akan membuat Zack berpikir ulang mempertahankan keras kepalanya. "Baiklah. Aku akan pergi, tapi kau harus ingat apa yang aku katakan." Samuel pun keluar dari ruangan.

Benar saja karena setelah perginya Samuel, ucapan itu masih terngiang di telinga. Zack sebenarnya juga tidak tau bagaimana arti dirinya bagi anak perempuan yang dicari. Bahkan mengobrol dengannya saja dia tidak pernah. Apalagi jika tiba-tiba bertemu dan mengikatnya dalam sebuah pernikahan.

Sudah lama dia mencari namun masih tidak menemukannya. Apakah dia akan selalu terus diliputi kenangan masa lalu? Bagaimana kalau anak perempuan itu sudah menikah dan menjalani hidup dengan pria lain? Bagaimana kalau hanya dia saja yang menyukai, sedangkan anak perempuan itu tidak?

Selain itu bagaimana sebenarnya perasaan yang dia miliki pada anak perempuan itu? Apakah murni rasa cinta atau sekedar menyukai di masa kecil saja? Haruskah dia mundur sebagai pria asing yang tidak mungkin bisa menggapai apa yang diimpikan?

Tok tok tok..

Ketukan pintu yang sudah terbuka celahnya itu menampakkan sosok Emily. "Sebentar lagi anda harus menemui klien."

Zack menganggukan kepala dan segera bangkit untuk selanjutnya keluar dari ruangan. Dengan Emily yang mengendarai mobil, mereka menuju tempat di mana akan bertemu klien.

Di perjalanan Zack melirik Emily yang sedang fokus berkendara. Dia mengingat empat tahun yang dilalui selama Emily bekerja dengannya. Wanita di sampingnya itu tidak berbohong saat melakukan wawancara. Emily memang orang yang jujur dan pekerja keras. Keluhan tidak pernah keluar dari sosok Emily yang selalu tersenyum ramah pada setiap orang.

"Apa ada yang salah di wajah saya?" Emily menyadari tatapan yang tidak berhenti mengarah padanya.

"Apa kau sudah memiliki kekasih?"

Emily terkejut saat ditanyai secara mendadak. Apalagi pertanyaan itu keluar dari mulut atasannya yang dikenal cuek. Padahal selama ini mereka tidak memiliki kesempatan untuk berbicara selain bisnis. Sebaliknya sekarang mereka membicarakan hal yang bersifat pribadi. "Ke-kenapa tiba-tiba anda menanyakannya?"

"Kalau tidak ada, apa kau mau menikah denganku?" Mungkin dengan keputusannya yang sekarang bisa mengeluarkannya dari bayangan masa lalu. Memperbaruinya dengan cinta yang baru dan menurutnya Emily adalah orang yang tepat.

Tin tin..

Lampu merah berganti hijau. Beberapa mobil mengantri untuk melanjutkan perjalanan. Mereka membunyikan klakson agar mobil di depan mereka cepat bergerak namun tetap saja mobil itu bergeming.

"Kau harus menjalankan mobilnya." Berusaha membangunkan kesadaran Emily.

Emily yang baru pulih kesadarannya langsung bergerak. Dia mengemudi kembali namun perintah untuk menepikan mobil mengharuskannya menghadapi situasi mencengangkan kembali. Tampaknya lamaran itu tidak main-main.

"I-ini bukan bercanda?" Mencari-cari sesuatu di dalam mobil itu. "Hanya ada kamera dashboard saja. Apakah itu juga bisa merekam seseorang? Apakah ini sebuah jebakan? T-tapi sekarang bukan hari special."

"Apa aku sangat payah melamar seseorang sampai terlihat seperti sedang bercanda?"

Emily semakin melebarkan mata. "B-bukan begitu." Memperhatikan bagaimana ekspresi yang sedang serius itu kini. Rasanya tidak mungkin jika Zack memiliki perasaan padanya karena sikap yang sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang ada.

Saat pertemuan dengan klien berlangsung mereka berusaha tidak banyak berinteraksi. Untuk berbicara hanya sepentingnya saja karena canggung setelah lamaran tadi. Sampai di perjalanan pulang pun mereka masih diam seribu bahasa. Mereka hanyut dalam pikiran masing-masing.

Emily yang mana kemudi telah dialihkan, turun dari mobil ketika sudah tiba di depan rumah. Sebagai sekretaris pribadi dan seorang wanita, dia memiliki tempat istimewa yang tidak mengharuskan untuk mengantarkan atasan. Selain Zack yang selalu mengedepankan harga diri sebagai seorang pria, diantarkan pulang oleh seorang wanita bukan sesuatu yang dia sukai.

"Tunggu sebentar." Ucap Emily saat jendela mobil akan dinaikkan. "Tentang lamaran," wajahnya bersemu merah jika mengingat kejadian tadi. Ditambah perasaan senang yang lahir dari ketidakpercayaan. "Saya akan memikirkannya."

Zack tersenyum tipis sembari menggangguk pelan, lalu mobil dilajukan kembali. Senyuman mengendur saat dia keraguan akan keputusannya muncul. Jadi ini adalah akhir dari cerita cinta yang dia miliki? Dia sungguh pria yang sangat payah.

Di samping itu, dia terpikirkan lamaran mendadak tadi. Apakah dia terlalu buru-buru mengambil tindakan? Mungkin Emily menganggapnya sebagai pria yang hanya melakukan semua kegiatan dengan tegas, termasuk melamar. Bagaimana bisa dia melamar seorang wanita di tengah kemacetan?

"Apakah aku harus menemui Sam?"

***

Zack tiba di sebuah bar, tempat di mana Samuel biasanya menghabiskan waktu. Ada banyak orang di dalam bar, baik wanita maupun pria. Mereka menari menikmati musik yang entakannya bisa membuat kepala siapa saja menjadi pusing. Hanya mereka yang ahli bisa berlama-lama berada di sana.

Dia menatap sekeliling mencari keberadaan Samuel. Tampak orang yang dicari tengah duduk bersama para wanita. Sama dengannya yang juga menjadi pusat perhatian seperti ada banyak zombi yang ingin melahapnya. Dengan cepat dia menyingkir sebelum wanita-wanita yang menatap bergerak mendekati.

Menyadari siapa yang datang, Samuel langsung bangkit. "Ini sungguh kabar gembira untukku." Tertawa lebar melihat temannya datang tanpa diminta. Biasanya sangat sulit membawa Zack pergi ke bar bersamanya, tetapi apa yang dilihat hari ini membuatnya sangat senang.

Zack yang sama sekali tidak bisa mendengar apa yang sedang Samuel bicarakan menjadi frustasi. Seperti apa pun Samuel berkomat-kamit, dia tetap tidak mengerti. Lampu yang berkelap-kelip juga menambah tingkat kefrustrasiannya. Rasanya dia ingin membeli bar itu dan menutupnya segera.

Samuel membisikkan sesuatu ke telinga wanita yang ada di sebelahnya. "Bawa dia ke ruangan kedap suara." Setelah itu pipinya dikecup sebelum wanita itu beranjak mendekati Zack dan menuntunnya pergi menuju ruangan yang disebutkan tadi.

Zack mengernyitkan dahi menatap Samuel sambil ditarik lengannya. Dia bertanya-tanya apa yang sedang direncanakan hingga dia harus menuruti keinginan Samuel. Jawaban yang didapat hanya sebuah anggukan yang memintanya untuk menurut kali ini. Terpaksa dia menuruti kemana arah wanita berpakaian minim itu membawanya.

Di ruangan kedap suara, wanita itu langsung membanting Zack sebagai dorongan agar pintu tertutup. Kemudian melingkarkan tangan di lehernya. Tidak sampai di situ saja, bahkan kini wajah wanita itu mendekati wajahnya sehingga membuat napasnya terasa sampai ke kulit.

"Kau sangat tampan. Apa aku bisa meminta nomormu? Biar nanti kita bisa saling menghubungi." Ucapnya dengan nada sensual yang khas.

Zack berusaha melepaskan rangkulan. Sangat sulit baginya untuk lepas karena wanita itu sama sekali tidak membiarkannya pergi. Alhasil mereka terduduk di sofa bersama dengan posisi wanita itu yang menindihnya.

"Baru saja aku tinggalkan, kau sudah berselingkuh di belakangku. Lepaskan tanganmu darinya. Aku akan mengirimkan uang tambahan untukmu. Jadi pergilah cari mangsa lain." Di ambang pintu Samuel berdiri sambil melipat kedua tangan.

Zack bangkit dan berusaha kembali menyingkirkan wanita yang menempel seperti perangko itu namun sebaliknya dia dipeluk dengan sangat erat setelah itu.

"Aku lebih memilih menghabiskan waktu bersama temanmu ini, Sam. Dia sangat tampan."

"Dia adalah pacarku." Pada akhirnya Samuel harus memeluk tubuh Zack agar teman wanitanya bisa pergi meninggalkan mereka berdua.

Seketika pelukan erat itu terlepas dan dengan raut wajah cemberut, wanita itu pergi meninggalkan mereka. Dia berpikir pantas saja begitu tampan, ternyata pria tampan yang ingin dimilikinya tidak seperti pria yang ada dalam bayangan.

"Kau mencariku?" Samuel yang masih memeluk di belakang berbisik lembut di telinga Zack.

"Lepaskan!" Zack menjauhkan tangan Samuel, lalu mengibaskan jasnya. Tidak ingin membuang waktu lebih lama dia langsung menjelaskan maksud kedatangannya. "Aku tidak tau bagaimana cara mendapatkan hati Emily. Untuk itu aku datang menemuimu."

"Semudah itu melepaskan cinta pertamamu? Lagi pula apa kau seahli itu untuk menumbuhkan perasaan dengan begitu cepat? Kau tidak menjadikan Emily sebagai pelarian, bukan?"

"Aku harus menjalani kenyataan mulai dari sekarang. Katakan padaku apa yang harus aku lakukan agar Emily mau menikah denganku?"

Samuel mengangkat sebelah alisnya. Sebuah rencana yang sangat menarik sudah ada di dalam benaknya. Terlebih keberadaan Zack yang sangat langka di bar bersamanya sekarang, sangat disayangkan jika hanya memberi jawaban singkat saja. "Kau ingin menikmati malam ini agar tau bagaimana wanita? Aku akan meminta seorang wanita untuk menghiburmu."

Zack menghela napas panjang. Ternyata waktunya telah terbuang percuma datang menemui Samuel. Baginya yang menginginkan jawaban segera, menginjakkan kaki di bar itu adalah sebuah kesiaan. "Kau melupakan satu hal, Sam. Aku bisa membeli bar ini dan wanita-wanita milikmu itu. Untuk tidur dengan mereka pun aku tidak membutuhkan bantuan apa pun darimu."

Samuel menggelengkan kepala sambil tersenyum sinis. "Dalam keadaan membutuhkan bantuan, kau tidak berhenti bersikap sombong."

Zack mendekat dan mengusap pelan pundak Samuel yang mana kemejanya sedikit kusut. "Kau harus lebih menjaga dirimu agar aku tidak mengirimmu ke tempat yang jauh."

Samuel membuka mata lebar-lebar. "Jangan lakukan itu, Zack! Aku tidak ingin kembali ke Edinburgh. Perjalanannya sangat panjang. Cukup satu kali aku merasakannya." Merengek mengikuti Zack sepanjang jalan.

Terpopuler

Comments

Tiny Adʝα💞ˡᵘᶜᵃⁱᵐ 🍆

Tiny Adʝα💞ˡᵘᶜᵃⁱᵐ 🍆

seru ini semangattttt 💪

2020-12-21

1

AqUu Lia

AqUu Lia

Anshley gw bilang mah

2020-12-07

2

ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴

ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴

lanjuuuuut

2020-11-29

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: Selimut Kesedihan
2 Episode 2: Membenahi Kehidupan
3 Episode 3: Duplikat Hati
4 Episode 4: Kenangan Lama
5 Episode 5: Kebahagiaan Emily
6 Episode 6: Teman Baru
7 Rahasia Tersembunyi
8 Menolak Takdir
9 Pertemuan Duka
10 Kabar Buruk
11 Berteman Sepi
12 Gaun Pernikahan
13 Angin Lewat
14 Pria Bule
15 Episode 15: Salah Makan
16 Seorang Pencuri
17 Berita Penting
18 Terpaksa Berbohong
19 Situasi Rumit
20 Pria Tua
21 Bisnis Perjodohan
22 Terlambat Pulang
23 Khalayak Ramai
24 Melewati Bersama
25 Memastikan Hati
26 Melindungi Harapan
27 Pemandangan Langka
28 Cangkang Siput
29 Hadiah Penyesalan
30 Mencuri Start
31 Sebuah Kesalahan
32 Menahan Diri
33 Bintang Kecil
34 Menggoda Kekasih
35 Mengulur Waktu
36 Kartu Nama
37 Wanita Lain
38 Secarik Kertas
39 Tolong Aku!
40 Bunga Tulip
41 Efek Lampau
42 Rasa Bersalah
43 Obat Penawar
44 Salah Paham
45 Penderitaan Robin
46 Strategi Penjualan
47 Menanti Pertemuan
48 Mengingkari Janji
49 Takut Kecoak
50 Bersembunyi
51 Pesta Kecil
52 Ancaman Kepemilikan
53 Dansa
54 Kecemburuan
55 Jadwal Egois
56 Mogok Makan
57 Salmon Sushi
58 Cookies
59 Bertemu Juni
60 Dunia Baru
61 Menarik Perhatian
62 Kejutan
63 Episode 63: Pengacau
64 Episode 64: Keburaman
65 Buta
66 Episode 66: Karma
67 Kambuh
68 Syarat
69 Lepas
70 Kehilangan Arah
71 Pulang
72 Mi
73 Tamu Pertama
74 Posisi
75 Terancam
76 Diculik Ibu Tiri
77 Siapa Catrin?
78 Episode 78: Mengasuh Eilaria
79 Kesalahan Aaron
80 Kepergian Jeslyn
81 Terlambat Sadar
82 Menjadi Parasit
83 Perkara Ponsel
84 Menyelamatkan Catrin
85 Kesiaan Rindu
86 Mengasihani Diri
87 Rencana Lidya
88 Berpura-pura Bahagia
89 Jalan Keluar
90 Perseteruan Lama
91 Memulai Kembali
92 Penyamaran Ke-2
93 Tanpa Rencana
94 Benang Merah
95 Tamu Lain
96 Orang Kaya
97 Selamat Tidur
98 Episode 98: Wali Terhormat
99 Tuan & Nona
100 Lelucon Daun
101 Kepala Keluarga
102 Sandaran Bahu
103 Berbagi Hati
104 Seorang Kakak
105 Meminjam Nama
106 Tanpa Jejak
107 Gudang Kosong
108 Pakaian Sempit
109 Satu Atap
110 Dalang Kegelisahan
111 Ingin Pulang
112 Rumah Lama
113 Pasangan Favorit
114 Pil Pelukan
115 Menebak Kalimat
116 Detik Berharga
117 Provokator Asmara
118 Melenyapkan Egois
119 Bahu Sandaran
120 Jiwa Jomlo
121 Bulan Penumbra
122 Penjara Abadi
123 Pengalihan Tahta
124 Nenek
125 Terima Kasih
126 Penting!
127 Episode 1: Meminta Saran
128 Episode 2: Berdamai
129 Episode 3: Kencan Buta
130 Episode 4: Kacamata Hitam
131 Episode 5: Tempat Semula
132 Episode 6: Sekretaris Pribadi
133 Episode 7: Pertemuan Rahasia
134 Episode 8: Membangunkan Gavin
135 Episode 9: Menjalin Waktu
136 Episode 10: Pekerjaan Alea
137 Episode 11: Lembur
138 Episode 12: Larut Malam
139 Episode 13: Tanda Bahaya
140 Episode 14: Kehilangan Pegawai
141 Episode 15: Bertamu
142 Episode 16: Dilema
143 Episode 17: Sebuah Tamparan
144 Episode 18: Terikat Berita
145 Episode 19: Ingin Berkunjung
146 Episode 20: Kebohongan Besar
147 Episode 21: Menyatakan Perasaan
148 Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149 Episode 23: Nyctophobia
150 Episode 24: Penolakan Keras
151 Episode 25: Genggaman Tangan
152 Episode 26: Liburan
153 Episode 27: Kemarahan Ainsley
154 Episode 28: Tempat Tidur
155 Episode 29: Mencari Nayra
156 Episode 30: Pengharapan
157 Episode 31: Menceburkan Diri
158 Episode 32: Wanita Aneh
159 Episode 33: Salah Kira
160 Episode 34: Hamil
161 Episode 35: Makan Siang Keluarga
162 Episode 36: Pertemuan Kembali
163 Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164 Episode 38: Flashback
165 Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166 Episode 40: Berusaha Bangkit
167 Episode 41: Hubungan Khusus
168 Episode 42: Kemustahilan
169 Episode 43: Satu Persen
170 Episode 44: Kiriman Bunga
171 Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172 Episode 46: Terperangkap Hujan
173 Episode 47: Hak Milik
174 Episode 48: Api Kecemburuan
175 Episode 49: Keputusan Willy
176 Episode 50: Keinginan Nayra
177 Episode 51: Obsesi
178 Episode 52: Rumah Nayra
179 Episode 53: Pengaruh Alkohol
180 Episode 54: Penggemar Fanatik
181 Episode 55: Melamar
182 Episode 56: Persiapan Pernikahan
183 Episode 57: Pernikahan
184 Episode 58: Dua Pilihan
185 Episode 59: Waktu Berdua
186 Episode Khusus: Happy Anniversary
187 Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188 Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189 Dear Pembaca
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Episode 1: Selimut Kesedihan
2
Episode 2: Membenahi Kehidupan
3
Episode 3: Duplikat Hati
4
Episode 4: Kenangan Lama
5
Episode 5: Kebahagiaan Emily
6
Episode 6: Teman Baru
7
Rahasia Tersembunyi
8
Menolak Takdir
9
Pertemuan Duka
10
Kabar Buruk
11
Berteman Sepi
12
Gaun Pernikahan
13
Angin Lewat
14
Pria Bule
15
Episode 15: Salah Makan
16
Seorang Pencuri
17
Berita Penting
18
Terpaksa Berbohong
19
Situasi Rumit
20
Pria Tua
21
Bisnis Perjodohan
22
Terlambat Pulang
23
Khalayak Ramai
24
Melewati Bersama
25
Memastikan Hati
26
Melindungi Harapan
27
Pemandangan Langka
28
Cangkang Siput
29
Hadiah Penyesalan
30
Mencuri Start
31
Sebuah Kesalahan
32
Menahan Diri
33
Bintang Kecil
34
Menggoda Kekasih
35
Mengulur Waktu
36
Kartu Nama
37
Wanita Lain
38
Secarik Kertas
39
Tolong Aku!
40
Bunga Tulip
41
Efek Lampau
42
Rasa Bersalah
43
Obat Penawar
44
Salah Paham
45
Penderitaan Robin
46
Strategi Penjualan
47
Menanti Pertemuan
48
Mengingkari Janji
49
Takut Kecoak
50
Bersembunyi
51
Pesta Kecil
52
Ancaman Kepemilikan
53
Dansa
54
Kecemburuan
55
Jadwal Egois
56
Mogok Makan
57
Salmon Sushi
58
Cookies
59
Bertemu Juni
60
Dunia Baru
61
Menarik Perhatian
62
Kejutan
63
Episode 63: Pengacau
64
Episode 64: Keburaman
65
Buta
66
Episode 66: Karma
67
Kambuh
68
Syarat
69
Lepas
70
Kehilangan Arah
71
Pulang
72
Mi
73
Tamu Pertama
74
Posisi
75
Terancam
76
Diculik Ibu Tiri
77
Siapa Catrin?
78
Episode 78: Mengasuh Eilaria
79
Kesalahan Aaron
80
Kepergian Jeslyn
81
Terlambat Sadar
82
Menjadi Parasit
83
Perkara Ponsel
84
Menyelamatkan Catrin
85
Kesiaan Rindu
86
Mengasihani Diri
87
Rencana Lidya
88
Berpura-pura Bahagia
89
Jalan Keluar
90
Perseteruan Lama
91
Memulai Kembali
92
Penyamaran Ke-2
93
Tanpa Rencana
94
Benang Merah
95
Tamu Lain
96
Orang Kaya
97
Selamat Tidur
98
Episode 98: Wali Terhormat
99
Tuan & Nona
100
Lelucon Daun
101
Kepala Keluarga
102
Sandaran Bahu
103
Berbagi Hati
104
Seorang Kakak
105
Meminjam Nama
106
Tanpa Jejak
107
Gudang Kosong
108
Pakaian Sempit
109
Satu Atap
110
Dalang Kegelisahan
111
Ingin Pulang
112
Rumah Lama
113
Pasangan Favorit
114
Pil Pelukan
115
Menebak Kalimat
116
Detik Berharga
117
Provokator Asmara
118
Melenyapkan Egois
119
Bahu Sandaran
120
Jiwa Jomlo
121
Bulan Penumbra
122
Penjara Abadi
123
Pengalihan Tahta
124
Nenek
125
Terima Kasih
126
Penting!
127
Episode 1: Meminta Saran
128
Episode 2: Berdamai
129
Episode 3: Kencan Buta
130
Episode 4: Kacamata Hitam
131
Episode 5: Tempat Semula
132
Episode 6: Sekretaris Pribadi
133
Episode 7: Pertemuan Rahasia
134
Episode 8: Membangunkan Gavin
135
Episode 9: Menjalin Waktu
136
Episode 10: Pekerjaan Alea
137
Episode 11: Lembur
138
Episode 12: Larut Malam
139
Episode 13: Tanda Bahaya
140
Episode 14: Kehilangan Pegawai
141
Episode 15: Bertamu
142
Episode 16: Dilema
143
Episode 17: Sebuah Tamparan
144
Episode 18: Terikat Berita
145
Episode 19: Ingin Berkunjung
146
Episode 20: Kebohongan Besar
147
Episode 21: Menyatakan Perasaan
148
Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149
Episode 23: Nyctophobia
150
Episode 24: Penolakan Keras
151
Episode 25: Genggaman Tangan
152
Episode 26: Liburan
153
Episode 27: Kemarahan Ainsley
154
Episode 28: Tempat Tidur
155
Episode 29: Mencari Nayra
156
Episode 30: Pengharapan
157
Episode 31: Menceburkan Diri
158
Episode 32: Wanita Aneh
159
Episode 33: Salah Kira
160
Episode 34: Hamil
161
Episode 35: Makan Siang Keluarga
162
Episode 36: Pertemuan Kembali
163
Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164
Episode 38: Flashback
165
Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166
Episode 40: Berusaha Bangkit
167
Episode 41: Hubungan Khusus
168
Episode 42: Kemustahilan
169
Episode 43: Satu Persen
170
Episode 44: Kiriman Bunga
171
Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172
Episode 46: Terperangkap Hujan
173
Episode 47: Hak Milik
174
Episode 48: Api Kecemburuan
175
Episode 49: Keputusan Willy
176
Episode 50: Keinginan Nayra
177
Episode 51: Obsesi
178
Episode 52: Rumah Nayra
179
Episode 53: Pengaruh Alkohol
180
Episode 54: Penggemar Fanatik
181
Episode 55: Melamar
182
Episode 56: Persiapan Pernikahan
183
Episode 57: Pernikahan
184
Episode 58: Dua Pilihan
185
Episode 59: Waktu Berdua
186
Episode Khusus: Happy Anniversary
187
Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188
Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189
Dear Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!