18.

HAPPY READING MAN-TEMAN 🤗.

Bian duduk diam di kafe Malik dan menyesap kopi mocha-latte -nya. Dia menatap para pelanggan yang berlalu lalang keluar masuk kafe sang kakak ipar.

Di pikiran Bian, terbesit sebuah memory yang familiar namun juga tak begitu dia ingat. Ntah memory apa yang dia ingat itu.

Mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi waktu itu dan tetap saja dia tak dapat menemukan kepingan ingatan tersebut.

"Puyeng lama-lama!" gumam Bian menyerah.

"Hidup nggak usah di ratapi!" seru seseorang yang tak lain adalah Malik, kakak ipar nya.

Malik duduk di samping pemuda yang sedang dalam kegalauan hati. Malik menepuk pundak Bian. "Kenapa sih Bujang?" tanya Malik sembari memanggil pegawai nya.

Malik memerintahkan pegawai nya untuk mengambil minuman untuk nya. Setelah itu, dia menatap adik ipar nya itu dengan bingung.

Bian melamun ntah apa yang di lamunkan. Apa yang ada di pikiran pemuda itu, Malik tak tau.

Malik jadi kesal karena tak di tanggapi. "Kenapa sih?" tanya nya lagi.

"Lagi galau Aku Kak!" adu Bian. Malik tertawa terbahak mendengar aduan adik ipar nya.

Para pelanggan sempat kaget dengan tawa si pemilik kafe dan juga para pegawai yang sedikit terlonjak, meski mereka tak heran dengan bos mereka yang sering kali tertawa lepas saat berkumpul dengan keluarga nya, tapi tetap saja membuat mereka geleng-geleng kepala. Bos nya itu seakan tak peduli dengan status nya sebagai bos.

Bian menatap kesal Malik. Kenapa pula kakak ipar nya itu tertawa, dan bodoh nya dia bercerita dengan nya.

"Kelainan nih orang!" sahut Bian.

Malik menghentikan tawa nya setelah merasa puas. Dia mengatur nafas nya dan mulai menatap serius Bian. "Ada masalah apa sih?" tanya serius Malik.

"Si Amier mau ngenalin si Ameera sama bunda, Aku nggak mau pulang lah. Yang ada, habis Aku di ledek sama dia." Ujar nya mengadu.

Malik melongo lalu tertawa kembali. "Nyesel Aku cerita!" gerutu Bian.

"Lagian Kamu aneh. Kenapa harus menghindar kalau memang kenyataan nya nggak ada gandengan!" kata Malik masih dengan tawa nya.

Bian hanya manyun. "Tapi, memang nya Kamu nggak ada gitu suka sama perempuan? Atau jangan-jangan ...." Malik menjauhkan kursi nya dan menatap geli Bian.

Bian yang tau pun bertambah kesal. "Aku masih normal yah Kak!" Malik terkekeh menanggapi.

"Ya lucu saja sih, ayo lah Dek , Kamu itu tampan masa nggak ada gitu yang suka sama Kamu?" tanya Malik.

"Yang suka sih banyak, Aku kan memang jadi idola." Sahut Bian.

"Cih! Idola tapi jomblo!" ledek Malik.

"Ya pilih-pilih lah Kak, kalau saumpama nya Aku main ambil mereka kan Kita nggak tau mereka baik atau nggak? Kalau dari penilaian Aku sih, kalau mereka melihat Aku yang seperti ini Aku takut kalau mereka hanya melihat keberadaan Aku tapi tidak hati Aku." Jelas Bian.

"Bagus itu!" sahut Malik. "Jangan lah main terima, perjuangan Kakak mendapatkan Syifa kakak Kamu saja tidak mudah." Curhat nya.

Bian terkekeh. "Kalau kak Syifa itu pasti baik nya, cantik, pinter, pokok nya idola banget deh! Tapi sayang, dia khilaf bisa milih Kamu Kak!" ledek Bian tak mau kalah.

"Adik nggak ada akhlak memang Kamu!" sungut Malik.

Bian tertawa. Puas rasa nya bisa membalas ledekan kakak ipar nya itu.

Saat tawa Bian meledak, pandangan nya tercuri pada seseorang yang baru saja masuk ke dalam kafe tersebut, Bian menghentikan tawa nya seketika.

Malik yang melihat aneh adik ipar nya pun mengikuti arah pandang Bian dan menemukan satu sosok perempuan yang tak lepas dari pandangan Bian.

Perempuan itu memesan kopi, dia mengedarkan pandangan nya dan berbalik, mata nya menangkap sosok Bian yang juga melihat nya tanpa berkedip. Perempuan itu menghampiri Bian dengan wajah yang ceria.

"Bapak yang tadi pagi menolong Saya kan?" tanya nya senang kepada Bian.

Malik yang melihat Bian masih pada dunia nya pun menyikut nya hingga pemuda itu tersadar. "Eh! Iya?" gugup Bian.

"Bapak yang menolong Saya tadi pagi kan?" tanya nya sekali lagi, Bian mengangguk pelan.

Perempuan itu tersenyum lebar, "makasih yah Pak! Berkat Bapak menolong Saya, jadi Saya masih bisa berkesempatan untuk kerja Pak. Sekali lagi terimakasih!" ucap nya.

Bian mengangguk mengiyakan. Perempuan pamit setelah mendengar panggilan dari pelayan kafe. Bian masih terpaku pada nya hingga deheman dari Malik membuyarkan lamunan nya.

"Awas copot itu mata!" ledek Malik.

Bian mendecih lalu terkekeh. Dia kembali melihat perempuan itu yang sudah keluar dari kafe Malik. "Seperti nya kejadian ini familiar?" gumam Bian.

Sejenak Bian berfikir, dan tersadar sesaat kemudian setelah menemukan momory yang hilang itu. Dia membulatkan mata nya kaget.

💢💢💢💢

Ameera menatap gugup bunda Annisa dan juga, Asyifa yang bersedekap sembari menilai Ameera dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas membuat Meera merasa risih.

"Kakak?!" Amier menggerutu. Asyifa masih tetap menatap wajah Ameera yang semakin gugup. Wanita itu tak menggubris Amier yang sedari tadi meng-kode untuk tidak mempersulit Meera.

Ameera semakin di buat gugup dengan tingkah kakak perempuan pemuda di samping nya. Bunda Annisa hanya menggelengkan kepalanya saja melihat kelakuan sang putri.

"Sayang?" panggil bunda. Asyifa melirik ke arah bunda nya dan menyengir, lalu dia memeluk sang bunda dari samping.

Syifa menciumi pipi bunda nya itu sembari berbisik. Amier yang tahu gelagat sang kakak pun berseru membuat Asyifa tertawa.

Annisa mendekati Ameera setelah Asyifa melepaskan pelukannya. "Jangan khawatir, Kak Syifa itu memang suka begitu, jangan di ambil hati yah?" sambut Annisa ramah.

Ameera tersenyum canggung dan mengangguk. "Bun! Amier laper," ucap Amier yang mengintrupsi obrolan ringan dari kedua nya.

Amier bergelayut manja pada sang bunda. Asyifa menghampiri dan memukul pelan lengan Amier. "Cih! Nggak malu ada Meera begitu!" ledek Asyifa.

"Apaan sih Kakak! Biarin saja kenapa sih? Meera juga nggak keberatan, iya kan Meera?" sahut Amier tak mau kalah.

Ameera terkekeh. "Memang bocah Kamu tuh!" Asyifa menyahuti.

"Tante cantik! Tante cantik nama nya siapa?" celoteh bocah yang berusia hampir empat tahun itu pada Ameera.

Ameera berjongkok dan mengelus sayang kepala Ciara. Dia tersenyum. "Nama Tante, Ameera Ciara." Kata Ameera memperkenalkan diri.

"Kok Tante tau kalau Aku nama nya Ciara?" sahut Ciara lucu membuat Ameera terkekeh.

"Tau dong, kan sudah di kasih tau sama Om Amier," Ciara mengangguk mengerti.

"Sudah-sudah, ayo ke meja makan. Bunda sudah masakin buat Kalian, dan Meera, Kamu jangan sungkan yah. Anggap rumah sendiri saja." Lerai Annisa dan menggiring mereka ke meja makan.

SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA!!

SELAMAT HARI KEMERDEKAAN UNTUK INDONESIA KITA, SEMOGA KITA SELALU MENJAGA KEMERDEKAAN INDONESIA SELALU.😊👍🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨.

SALAM HANGAT DARI AUTHOR KECE 😍.

Terpopuler

Comments

Cinta

Cinta

lanjut,thor up lgi seru crita hri neh

2020-08-18

1

Fitriani

Fitriani

lanjut thor

2020-08-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!