HAPPY READING MAN-TEMAN 🤗.
Pemakaman berjalan dengan lancar, dan di sore hari menjelang Maghrib, Annisa duduk diam menatap sebuah album foto di bangku panjang di taman depan. Di tangan nya menggenggam erat sebuah album foto yang terlukis sepasang ibu dan ayah bersama anak kecil.
Ada empat gambar di album yang dia buka itu. Satu gambar anak kecil yang baru saja bisa berjalan yang terpotret terlihat menggemaskan.
Satu potret sepasang suami istri dan satu anak kecil di gendongan ayah nya. Satu potret saat anak berusia tujuh tahun yang melambaikan tangan dengan melangkah ke dalam gerbang sekolah. Dan satu potret lagi saat wisuda.
Foto-foto itu tak lain adalah potret Annisa sendiri bersama kedua orang tua nya dulu. Dia tersenyum perih mengingat itu. "Sekarang ibu sudah sama ayah kan?" monolog nya menatap lekat foto itu.
"Ibu sekarang sudah tidak merasa sakit lagi, ibu sekarang sudah tidak sendiri lagi kan. Itu yang di inginkan ibu." Lanjut nya.
Aditya datang dan membalutkan selimut di punggung Annisa. Annisa tersadar dari lamunannya dan mengusap cepat air mata nya. Aditya duduk di samping nya dan membawa kepala sang istri ke bahu lebar nya.
"Kamu tidak sendirian Nis, Kamu masih punya kami. Semua akan berlalu dan semua akan indah pada waktunya." Aditya mencoba menghibur. "Bukan kah itu yang selalu Kamu bilang sama putra putri Kamu?" sambung nya.
Annisa terkekeh keji. "Bicara memang sangat mudah. Tapi yang merasakan itu sakit dan lebih menyedihkan." Sahut Annisa.
Aditya tersenyum kecil. "Kau tau, ada orang yang mengatakan 'masalah hari ini berat, masalah untuk esok kita nggak tau, hari ini cerita menyedihkan, esok adalah masalalu, lusa itu hanya cerita, kian berjalan nya waktu itu hanya sebuah memory".
Annisa menangis sambil tersenyum pahit. "Siapa yang bilang seperti itu?" tanya Annisa.
"Author kece yang ngasih tau," jawab Aditya tertawa kecil.
Hal itu sukses membuat Annisa terkekeh. "Author kece memang benar," Annisa tersenyum.
Author: (Ada apa manggil Aku?)😳.
Kembali ke cerita.
Amier, Bian dan Asyifa tentu nya, datang menghampiri mereka. Amier memutari bangku lalu berhenti di depan Annisa dan bersimpuh membuat Annisa menegakkan duduk nya. "Bunda nggak sendirian, ada Kita." Ucap Amier seraya menggenggam tangan Annisa.
Asyifa memeluk bunda nya itu dari belakang dan mencium pipi nya. "Kita selalu ada untuk Bunda," kata nya dan semakin erat memeluk.
Annisa mengusap kepala Asyifa dan tersenyum. "Terimakasih." Ucap nya.
"Ada Kita juga Nek!" seru Salim dan Salman yang datang bersama Malik.
Dua bocah kembar itu menyingkirkan tangan Amier dan memeluk Annisa bersamaan. Amier menggeram kesal. "Dasar bocah!" gerutu Amier.
"Dasar sudah tua!" timpal balik Salim tak mau kalah.
"Ciara mau peluk!" Ciara anak perempuan dari Asyifa dan Malik pun tak ingin ketinggalan.
Ciara ikut memeluk Annisa namun tidak sampai karena terhalang kedua kakak nya. Mata nya berkaca-kaca dan hendak menangis. Tapi Aditya dengan sigap menggendong cucu nya itu untuk di dekat kan pada Annisa.
Ciara dengan senang memeluk Annisa. Mereka tertawa melihat tingkah lucu Ciara, membuat Annisa sejenak melupakan rasa sedih nya.
Semua ipar dan Vita, yang baru pulang lagi dari negara tetangga, ikut menimbrung dan bergabung dengan mereka.
Mereka saling menghibur, dan saling memberikan dukungan.
Di belakang mereka dengan jarak yang tak jauh, dua gadis yang tak lain adalah Ameera dan Shinta, melihat pemandangan itu dengan tersenyum ikut merasakan kehangatan dalam keluarga itu.
Mereka ada perasaan yang membawa mereka berandai-andai. Adiba menghampiri kedua nya dan mengikuti arah pandang mereka. Dia merasa aneh pada kedua nya karena mereka senyum-senyum sendiri. "Kakak-kakak cantik pada ngelihatin apa sih?" tanya Adiba.
Pertanyaan Adiba mengagetkan mereka dan membuat mereka jadi salah tingkah. Adiba terkekeh geli karena melihat ekspresi lucu dari mereka.
"Kalian pacar nya siapa di antara dua pemuda itu?" tanya Adiba penasaran yang mengarah pada Bian dan Amier. "Bu ,,, bukan!" jawab mereka serempak.
Karena tak ada jawaban yang memuaskan untuk nya, Adiba sedikit terbesit rasa ingin mengerjai mereka. "Apa teman dekat Kak Bian?" tanya Adiba namun mereka diam saja.
"Apa teman dekat Amier?" tanya nya lagi dan mereka merespon dengan berdehem dan malu-malu. Adiba tersenyum miring, "laku juga tuh anak!" kata Adiba dan meninggalkan mereka berdua yang dengan tatapan penuh tanya.
Shinta dan Ameera saling tatap dan tersenyum canggung. "Makan yuk laper!" ajak Shinta dan di angguki oleh Ameera.
Mereka masuk ke dalam dan mengambil hidangan yang di sediakan oleh tuan rumah karena sebelum nya memang sudah di ajak untuk makan bersama namun mereka tolak karena merasa kurang enak. Tapi lama-lama mereka lapar juga dan memutuskan untuk makan sekarang.
💢💢💢💢
Amier sedang berdiri di depan balkon kamar nya, Bian masuk dan menghampiri adik laki-laki nya itu. "Kebanyakan mikir nanti cepet tua!" seru Bian.
Mata Amier melirik sekilas dan berdecih. "Iya deh yang sudah tua beneran!" ledek Amier balik.
Bian ikut berdecih. Dan menatap ke depan mengikuti arah pandang Amier. "Lagi mikirin apa sih kayak nya berat banget, belum jadi presiden sudah puyeng banget begitu kelihatan nya?" tanya Bian lagi.
"Biasa lah, masalah hati. Kakak tau nggak masalah hati? Oh iya, Kakak kan jomblo jadi nggak tau!" ledek Amier kemudian terkekeh.
Air muka Bian berubah kesal. "Memang Adik nggak ada akhlak Kamu mah! Ledekin saja terus Kakakmu yang tampan rupawan bagaikan Shah rukh khan ini!" kesal Bian tapi berujung ke-narsisan.
"Cih! Narsis!" sahut Amier. Bian terkekeh geli.
"Sudahlah nggak usah di fikirkan, kalau jodoh nggak bakal kemana," nasihat Bian bijak.
"Tapi kalau diam nggak kemana-mana nggak dapet Kak!" tawa Amier. "Iya juga yah!" ralat Bian lalu ikut tertawa. "Nanti Aku mau cari ah!" sambung Bian.
"Di pasar banyak Kak kalau mau mah!" ledek Amier. "Memang nya bahan makanan nyari di pasar!" kesal Bian.
"Ya kan biar kayak di FTV gitu Kak, nanti judul nya 'istriku ketemu di pasar' kan keren!" Amier terpingkal dengan apa yang di ucapkan nya itu.
"Sudahlah! Nggak ada ujung nya kalau debat sama Kamu!" kesal nya lalu meninggalkan Amier sendiri.
Tapi sebelum Bian pergi, Amier memanggil nya lagi. "Kak?" panggil nya. "Hhm?" gumam Bian menanggapi dengan malas.
"Aku harus bagaimana menyikapi Ameera?" tanya Amier kemudian.
Bian yang tadi nya membelakangi Amier pun kembali menoleh dan menghampiri pemuda yang sedang dalam keresahan hati.
Ikut bergabung kembali dan Amier mulai bercerita tentang apa yang membuat nya gelisah, dan Bian menjadi pendengar yang baik saat ini.
SALAM HANGAT DARI AUTHOR KECE 😍.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Qia 1
love love
2022-05-09
0
Rizatul Husna
thor ayah Zidan emg selalu dihati dan tak kan pernah tergantikan
2020-08-14
1
Fitriani
lanjut thor...
2020-08-13
1