03.

HAPPY READING MAN-TEMAN 🤗.

Amier dan orang itu yang ternyata seorang gadis, saling diam dan terkunci dalam satu pandangan.

Mereka saling menatap bahkan sampai tak berkedip. Bian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal tersebut dengan menggerutu dalam hati. 'Situasi apa ini, apakah ada film India di main kan di sini?' gumam nya dalam hati.

Karena tidak tahan dengan situasi ini, Bian berdehem seraya mengatakan, "bukan mahram!" seru nya.

Mereka memutuskan pandangan mereka satu sama lain dan bertingkah canggung. Amier berdehem menetralkan suara nya.

Pipi gadis itu memerah karena malu. Dan dia menunduk dalam.

Bian mendekatkan diri pada sang adik dan berbisik. "Siapa dia?" tanya nya penasaran.

Bukan nya menjawab pertanyaan tersebut, Amier justru masih menatap wajah tertunduk itu.

"Bukan mahram jangan terlalu di lihat nanti ada setang yang lewat." Bian memperingati.

"Setan nya ada di sebelah Aku." Amier menyahut tanpa mengalihkan pandangannya pada gadis itu.

Bian memerah menahan kesal. "Adik kurang asem emang!" kesal nya. Amier menoleh pada sang kakak dengan tatapan yang datar seperti tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan.

Bian mengapit kepala Amier dan memukul kepala nya main-main tapi Amier tetap mengaduh.

"Apa-apaan sih Kak! sakit elah!" eluh nya setelah di lepaskan Bian.

Gadis itu terkekeh melihat tingkah dua saudara di depan nya itu.

Kekehan gadis itu membuat mereka berhenti dari adu mulut dua pemuda itu. Mereka kembali stel kalem di depan gadis itu. Amier berdehem untuk menetralkan suara nya.

Mereka saling membuang wajah seakan malu dengan tingkah mereka sendiri.

"Kak Amier apa kabar?" tanya gadis itu yang membuat Amier menoleh.

"Kabar baik!" jawab nya cepat.

Bian mengerjap tak percaya melihat adik nya itu gugup. Yang Bian tau, dia adalah tipe orang yang jahil dan juga dingin pada orang lain.

Tapi melihat ini, pandangan curiga menjadi hal baru yang perlu dia tanyakan.

"Dan siapa gadis ini. Mengapa pula Amier menjadi malu dengan gadis ini, pemandangan yang langka?" gumam Bian dalam hati sembari mata nya meneliti wajah yang seperti nya tak asing baginya.

"Pernah lihat dimana yah?" gumam nya lagi.

"Maaf, seperti nya Aku pernah lihat Kamu tapi di mana yah?" tanya Bian pada gadis itu dengan tangan yang bersedekap sembari mengingat-ingat.

"Iya kah? Maaf Kak, mungkin iya. Tapi Aku juga nggak ingat." Ucap gadis itu.

Bian menepuk pundak sang adik dan bertanya gadis itu siapa. Bian membelalakkan matanya setelah Amier menjawab nya.

Bian mengingat sekarang gadis itu. "Wah! Memang Kita ini berjodoh buat bertemu kembali yah Ameera." Bian tersenyum.

Ameera memiringkan kepalanya sedikit bingung. Bian yang mengerti kebingungan Ameera pun terkekeh.

"Aku Bian Kakak nya Amier. Dulu Kita bertemu di rumah sakit sewaktu Amier kecelakaan." Bian mengingatkan.

Ameera berfikir sejenak dan membelalakkan matanya setelah mengingat siapa dia.

"Oh, Kakak yang nyanyi konyol itu yah?" seru Ameera senang karena mengingat hal lucu dulu.

Amier terkekeh melihat ekspresi Bian yang langsung muram setelah mendengar apa yang di katakan oleh Ameera.

"Ya jangan di perjelas juga kali Meera!" sahut Bian sedikit kesal.

"Hehehe! Maaf Kak, habis nya Aku ingat nya begitu." Ameera mengatakan nya dengan begitu polos nya dan menggaruk tengkuknya.

"Mau main kah?" tanya Ameera pada mereka berdua.

"Boleh?" tanya Amier. Ameera mengangguk dan menyerahkan bola basket nya pada Amier.

Amier melepaskan kemeja yang di kenakan nya seperti outer -nya dan Bian melepaskan jaket nya.

Mereka ikut bergabung dengan yang lain nya. Dan mulai memainkan bola basket itu.

Permainan sengit begitu sangat terasa di lapangan tersebut.

Suara teriakan dari para penonton tak memecahkan fokus mereka untuk mencetak angka.

Hingga permainan di menangkan oleh Bian dengan skor beda tipis dengan Amier di menit terakhir.

"Yuhhuu! Menang!" seru Bian begitu senang.

Amier menggeram kesal. "Oke, kali ini Kakak yang menang. Besok-besok Aku yang akan memenangkan pertandingan yang lain nya!" ucap Amier.

"Aku terima dengan senang hati Tuan!" tantang Bian. Mereka saling berjabat tangan.

Mereka pun pulang setelah berpamitan pada Ameera sebelum nya.

Mereka saling bercanda sepanjang jalan menuju motor mereka. Hal itu tak luput dari tatapan Ameera.

"Bengong saja?!" seru teman Ameera seraya menyenggol bahu nya, membuat nya menoleh pada teman nya itu.

Ameera tersenyum canggung. Dan menatap kembali kepergian dua saudara itu.

💢💢💢💢

Bian dan Amier pulang dengan dua ekspresi. Amier dengan kesal nya, dan Bian dengan senang nya.

"Jangan ngiri yah!" seru Bian. Amier mencebikkan bibir nya.

"Lihat saja nanti, nanti juga Aku yang menang!" ucap Amier dengan seringaian nya.

Bian mengerutkan keningnya, merasa ambigu dengan apa yang di katakan Amier.

Malam pun tiba, seperti perjanjian, Amier dan juga Bian. Yang menang akan tidur dengan Annisa. Baru kali ini ide gila mereka lakukan dengan bertaruh seperti itu.

"Bunda?" ketuk Bian pada pintu kamar Annisa seraya memanggil.

Annisa membuka pintu kamar nya dan tersenyum melihat putra nya di depan kamar nya.

"Bunda, boleh nggak Aku tidur sama Bunda?" izin Bian dengan cengirannya.

Annisa memicingkan mata nya mencari tau. Dia menengok ke belakang Bian dan menemukan sesosok yang bersembunyi di balik tembok. Dan Annisa sangat tau siapa itu.

Annisa mengangguk dan mempersilahkan Bian untuk masuk.

Bian naik ke atas kasur Annisa. Seperti dulu, Annisa begitu sayang menutupi sebagian tubuh Bian. Ini yang Bian rindukan.

Mata Bian berkaca-kaca, memory -nya yang dulu kini terulang kembali. Rasa rindu dekapan seorang ibu, kini bisa dia rasakan kembali.

Annisa hendak merebahkan tubuhnya di samping Bian, namun suara pintu yang terbuka dengan keras seperti orang yang masuk dengan terburu-buru itu, mengurungkan niatnya.

Annisa menoleh dan sedikit kaget, suami pulang dengan keringat yang membasahi wajah nya dengan nafas yang memburu.

"Mas?" panggil Annisa sedikit heran. Wanita itu menghampiri suaminya dan menanyakan ada apa?.

Alih-alih menjawab pertanyaan dari sang istri, dia malah memegang lengan nya dan membolak-balikkan tubuh sang istri dengan khawatir.

"Kamu nggak apa-apa kah, Kamu ada yang sakit di mana, Kamu sudah minum obat, sudah makan?" tanya beruntun Aditya.

"Mas, Mas!" seru Annisa yang sudah pusing karena tubuh nya serasa di putar-putar.

"Kamu ini kenapa sih, dan kenapa pulang hari ini, bukankah kata Kamu besok baru akan pulang?" tanya Annisa.

"Iya, harus nya seperti itu. Tapi Amier bilang?" ucapan Aditya menggantung dan melirik ke belakang yang ternyata ada putranya.

Annisa mengangkat sebelah alisnya penuh tanya dan ikut menoleh ke belakang tempat dimana Bian duduk dengan muka yang merah karena kesal.

Dia bangkit dari ranjang orang tua nya dan dengan buru-buru keluar sembari berteriak, "Amieeerrr!" teriak nya menggaung di seluruh ruangan.

SALAM HANGAT DARI AUTHOR KECE 😍.

Terpopuler

Comments

Hera

Hera

abis bian dikerjain ameer 😄😄🥰

2022-03-20

0

Tri Hartatik

Tri Hartatik

Waduh amier bikin gara-gara😁😁

2021-03-27

1

ig: monalisa_n28

ig: monalisa_n28

Semangat thor jangan lupa mampir di karya aku juga yah

2020-09-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!