07.

HAPPY READING MAN-TEMAN 🤗.

"Bun, Bunda!" seru Amier memanggil.

"Iya?" sahut Annisa yang sedang menyiapkan sarapan nya.

"Kunci motor Amier mana Bun?" tanya buru-buru Amier setelah sampai di meja makan.

Annisa melirik arah dimana kunci itu berada, "tuh," ucap nya kemudian.

Amier mengambil kunci motor nya yang berada di atas lemari es. "Ya sudah Amier pamit dulu yah Bun!" pamit Amier dan akan melangkah pergi. "Eh! Sarapan dulu." Kata Annisa mencegah Amier.

"Nggak usah deh Bun, nanti keburu telat. Ini sudah hampir jam nya si gendut." Amier beralasan.

"Amier?" panggil Annisa memperingati.

"Hehe! Bercanda Bun, ya sudah nanti Amier makan di kantin kampus saja yah, Amier beneran sudah telat ini." Mohon Amier.

Annisa mengangguk. Amier mengambil tangan sang Bunda dan mencium nya kemudian beralih pada pipi nya.

"Dah Bunda, dah semua nya. Assalamualaikum!" seru Amier.

Salim akan hendak memasukkan sepotong roti yang telah ia olesi dengan selai. Tapi hal itu gagal karena Amier lebih dulu menyomot roti tersebut.

Salim menggeram kesal. "Om Amier!" seru Salim. Amier meledek dengan menjulurkan lidahnya.

Pemuda itu menaiki motor nya dan melaju dengan kencang. Seperti biasa nya dengan kecepatan di atas rata-rata dia melajukan motornya itu.

Sesampainya di kampus, Shinta sudah menanti pemuda jangkung itu, dan seperti biasa nya, dia selalu tampil cantik dan menawan. Tapi itu hanya berlaku pada pemuda yang lain tapi tidak untuk Amier.

"Kamu baru datang?" tanya Shinta basa-basi.

Amier menatap jengah gadis di hadapannya ini. Dia heran sama si Shinta mengapa akhir-akhir ini selalu saja dia menempel dengan nya. Terkadang dia sedikit menyesal karena mempunyai wajah yang begitu tampan.

Akibat dari ketampanan nya, dia selalu di gandrungi gadis-gadis bahkan ibu-ibu. Kenapa ibu-ibu?. Pernah ada satu waktu saat dia masih SMP, dia bahkan akan di culik sama ibu-ibu yang sangat suka dengan nya.

Hal itu membuat Amier sedikit trauma saat bertemu ibu-ibu ataupun gadis-gadis yang model nya seperti Shinta ini.

"Mau ngapain?" tanya Amier dingin.

Shinta bukan nya menjawab, dia malah tersenyum manis membuat Amier meringis ngeri. "Dia sakit Aku rasa," gumam Amier dalam hati.

"Makan yuk!" ajak nya kemudian.

"Sorry Aku sibuk! Awas!" pinta Amier dan berjalan melewati Shinta.

Shinta mengerjap beberapa kali karena tak menyangka Amier merespon nya seperti dia berhadapan dengan orang asing. Atau mungkin dia memang orang asing bagi nya, pikir Shinta.

"Dasar es batu!" rutuk Shinta. "Tapi aneh nya Aku malah suka dari pada cowok yang ngejar Aku." Shinta terkekeh geli sendiri.

💢💢💢💢

"Semua sudah siap Pak!" ucap asisten Aditya kepada Bian.

"Baiklah!" ucap singkat Bian dan meminta asisten tersebut keluar dari ruangan nya.

Bian menyandarkan punggungnya di kursi kebesaran nya 'mungkin'.

"Kalau begini mending kerja di tempat nya kak Malik." Bian bergumam sembari tangan nya tak lepas dari lembaran demi lembaran kertas yang harus dia cek.

"Kalau di sana kan enak, kerjanya santai. Kalau disini harus berhadapan sama kertas-kertas ini ya Allah, kapan Ayah mengerti isi hati Aku?" rutuk Bian lagi.

"Kalau bunda yang nggak minta, Aku ogah ngurusin seperti ini." Lanjut nya.

"Oh jadi nggak ikhlas nih bantuin Ayah buat ngurus perusahaan?" seru Aditya yang baru saja masuk.

Bian terlonjak kaget dan merasa tak enak pada sang ayah.

"Eh! Ayah, sudah lama Yah?" tanya Bian gugup.

Aditya mendekati sang putra dan bersandar di meja kerja Bian. "Eemmm, sekitar saat Kamu ngedumel sih," jawab datar Aditya.

"Hehehe maaf Yah?" ucap Bian.

"Tak apa, itu pilihan Kamu. Ayah tidak bisa melarang. Ayah hanya ingin Kamu melanjutkan perusahaan yang Ayah bangun dari nol ini, jika Kamu nggak mau ya Ayah mau ngomong apalagi." Aditya menepuk pundak putranya.

"Maaf Yah," Bian menunduk merasa menyesal.

"Sudah lah, kalau Kamu tak mau, nanti Ayah bisa menyuruh orang untuk mengambil alih pekerjaan Kamu." Kata Aditya tersenyum.

Aditya beranjak dari tempat nya dan menepuk pundak Bian sebelum melangkah keluar.

Bian menatap kepergian sang ayah dengan perasaan bersalah. "Ayah?" panggil Bian.

Aditya menghentikan langkahnya namun masih dengan posisi menghadap pintu. "Aku akan membantu Ayah!" ucap Bian.

Aditya tersenyum dan berbalik. "Berjuanglah!" ucap nya sebelum keluar dan hilang di balik pintu.

Bian membuang nafas kasar. "Sudahlah, memang ini jalan nya," gumam Bian dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

💢💢💢💢

"Sudah siap?" tanya Malik dan menyentuh bahu sang istri.

Asyifa menoleh dan tersenyum lalu mengangguk. "Sudah," jawab singkat nya.

"Berangkat sekarang?" tanya tanya laki-laki itu lagi.

Asyifa lagi-lagi mengangguk dan beranjak dari duduknya. Malik memandang sang istri dengan tatapan sendu. "Sayang?" panggil lembut Malik dan menarik tangan Syifa pelan membuat si-empunya menoleh.

"Semua baik-baik saja?" tanya khawatir Malik.

Wajah nya penuh kekhawatiran. Dari diam nya sang istri, dia tau ada sesuatu yang membuat hati nya tak tenang.

Asyifa tersenyum. "Tidak apa-apa," Asyifa mencoba menenangkan suami nya itu.

"Apa Kita batalkan saja?" tanya Malik hati-hati.

"Kenapa di batalkan?" Asyifa mengerutkan keningnya. "Aku khawatir sama Kamu jika Kamu tinggal lama sama mama." Malik begitu khawatir.

"Sayang, mama itu ibu mertuaku. Dan Kamu adalah suamiku, tak masalah jika Aku tinggal bersama nya seminggu ke depan. Toh nggak selamanya Aku harus menghindari nya bukan." Asyifa mencoba tegar dengan apa yang terjadi.

Malik memandang wajah Asyifa yang tersenyum itu seperti senyuman yang lain. Ada sebuah ke khawatiran di dalam nya.

"Ayo?" ajak Asyifa. Malik mengangguk dan beranjak dari duduk nya.

Selama di perjalanan, Asyifa lebih banyak diam karena si kecil tertidur di pangkuan nya.

Malik menggenggam tangan sang istri penuh perasaan. Asyifa menoleh dan tersenyum, "Aku baik-baik saja, Ku nggak usah khawatir yah, percaya sama Aku." Asyifa meyakinkan sekali lagi.

Malik jadi teringat dengan beberapa waktu yang lalu saat dirinya berkunjung ke rumah sang mama yang memang sudah berpindah di kota yang sama dengan dirinya.

Ada seorang perempuan yang tak lain adalah sepupu Malik yang ikut tinggal bersama mama nya. Perempuan itu datang dari luar negeri dan April lah yang di amanah kan oleh ibu dari perempuan itu untuk menjadi tempat putri mereka tinggal selama orang tua dari perempuan itu masih di luar negeri.

Hanya untuk sementara saja, namun kehadiran dari perempuan itu membuat Asyifa menjadi cemburu pada Malik. Dan datang nya Asyifa untuk menginap di rumah April, membuat Asyifa sedikit tidak nyaman.

SALAM HANGAT DARI AUTHOR KECE 😍.

Terpopuler

Comments

Tri Hartatik

Tri Hartatik

Oww gitu to ceritanya

2021-03-27

2

Lisma Lie Islie Islie

Lisma Lie Islie Islie

lanjut thor

2020-07-27

1

Fitriani

Fitriani

lanjut thor...

2020-07-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!