16.

HAPPY READING MAN-TEMAN 🤗.

Setelah menceritakan apa yang di rasakan di dalam hati nya, hari ini Amier jauh lebih yakin akan niat nya itu. Kadang menceritakan keluh kesah nya pada sang kakak adalah solusi, dan kadang pula menjadi emosi.

Begitu lah mereka, selalu bertukar cerita dan saling memberikan solusi meski kadang berujung perkelahian karena solusi yang di berikan tak sesuai harapan.

Amier sudah tidak ada keraguan lagi dengan ada nya jawaban dari bunda dan kakak nya. Bahkan, bukan hanya Bian saja dia cerita, tapi dengan Asyifa juga. Dan jawaban mereka semakin membuat dia yakin jika pilihan nya adalah benar.

"Pagi Bun?" sapa Amier dan mencium pipi sang bunda yang sedang duduk di kursi meja makan.

"Pagi Sayang?" sapa balik Annisa. "Sepi banget Bun, pada kemana?" Amier celingukan.

"Masih di kamar, bentar lagi juga pada keluar." Ucap Annisa dan menuangkan air minum di gelas Amier.

Memang sebuah kebiasaan dari Annisa yang selalu memanjakan putra putri nya. Dengan kegiatan kecil ini juga membuat mereka lebih nyaman dan terbuka pada nya. Hingga membuat Annisa menjadi tempat curahan hati mereka karena kenyamanan mereka pada sang bunda.

Tak berselang lama, Bian dan Aditya keluar dari kamar mereka masing-masing. Asyifa dan keluarga kecil nya sudah kembali ke rumah mertua nya.

"Pagi Bun? Pagi si tukang patah hati!" sapa Bian berujung ledekan, Amier hampir tersedak mendengar kata-kata Bian.

Mata nya memicing mengintimidasi sang kakak, tapi yang di tatap hanya menyengir polos tak bersalah.

"Sudah-sudah, habiskan makanan Kalian dan cepat berangkat nanti terlambat." Lerai Annisa.

💢💢💢💢

Bian mengendarai motor besar nya menuju ke kantor, dia tidak berangkat bersama Aditya, dia lebih suka dengan motor nya jika berangkat ke kantor.

Bian memelankan laju kendaraan nya saat ada seseorang yang mendorong motor di depan nya. Terlihat seorang wanita berhijab dengan susah payah dia mendorong motor nya.

Karena merasa kasihan dengan wanita itu, Bian menghentikan motor nya, dan menghampiri nya. Wanita itu terlihat sangat kelelahan dengan keringat yang menetes dari kening nya.

"Motor nya kenapa Mba?" tanya Bian setelah sampai di depan nya.

Wanita itu mendongak lalu mata mereka bertemu, Bian terpaku melihat mata cantik itu, mata yang sangat familiar tapi dia lupa dimana dia pernah melihat nya.

"Mas?!" panggil wanita itu membuyarkan lamunan Bian. "Eh! Iya?" sahut Bian.

"Mas bisa tolongin Saya?" tanya nya.

Bian berdehem menetralkan suara nya dan kembali memasang wajah datar nya. "Motor nya kenapa?".

"Nggak tau Mas, mana Saya ada wawancara pagi ini!" yang kata nya yang berujung curhatan.

Tanpa menunggu lama, Bian mengambil ponsel nya dan menelpon seseorang sembari menjauh dari wanita itu. Setelah menelpon, dia kembali menghampiri nya.

"Tinggalkan motor nya di sini, nanti akan ada yang mengambil nya." Bian menawarkan bantuan untuk ikut bersama nya, namun di tolak secara halus oleh nya.

Wanita itu memilih untuk menggunakan angkutan yang kebetulan lewat di depan mereka. Bian menatap kepergian angkutan itu. Saat dia tersadar dia buru-buru menghampiri motor nya dan mulai melanjutkan perjalanan nya untuk ke kantor.

Selama di perjalanan, Bian masih mengingat-ingat siapa dia. Hingga sampai di kantor, dia masih tak ingat siapa wanita itu. Tapi otak nya masih belum menemukan ingatan tentang wanita itu.

Bian turun dari motor nya dan masuk ke dalam, dia sudah di sambut dengan hormat oleh semua karyawan nya. Seperti biasa nya, Bian akan tersenyum tipis jika ada yang menyapa nya. Memanglah Bian berbeda dengan Amier.

Dia lebih ramah ketimbang Amier yang bawaan nya dingin. Tapi, di balik semua itu mereka punya pesona masing-masing yang bisa membuat kaum hawa terpanah, dan terkagum dengan pesona mereka.

Tak jarang juga banyak dari mereka, sengaja mencari perhatian dari kedua nya. Tapi, mereka tetaplah mereka, yang tak gampang untuk merasakan suka bahkan terkesan sangat anti untuk masalah hati.

Tapi, siapa yang tau? Jika Amier sudah ada yang memikat. Mungkin akan banyak yang patah hati karena hal itu. Namun untuk Bian, mungkin taman asmara baru saja akan terbuka.

Tidak seperti Amier yang lebih dulu sudah menempatkan hati nya untuk seorang gadis yang sudah di kenal nya sejak bangku sekolah menengah pertama.

Bian baru saja akan memulai, dan mungkin saja jalan nya akan sedikit rumit karena dia bahkan tak tau nama dan juga alamat rumah nya. Tapi ngomong-ngomong tentang dia, Bian rasa masih ada kesempatan, karena sebelum nya wanita itu sudah memberikan nomor telepon pada nya.

Setelah duduk di kursi kebesaran nya, Bian mengambil secarik kertas yang tersimpan rapi di saku kemeja nya. Seulas senyum dia torehkan mengingat cantik nya si wanita.

Senyuman nya seketika pudar karena dia masih bingung. Akan kah wanita itu sudah menikah atau punya pasangan? Pertanyaan itu membuat nya sedikit ada rasa sedih.

"Huft! Sudahlah, mending Aku sibuk dulu dari pada ngelamun yang nggak pasti!" gumam Bian dan mulai membuka berkas-berkas yang menumpuk di depan meja nya.

💢💢💢💢

Shinta duduk di kafe dekat kampus sembari menyesap minuman nya. Tapi, orang-orang menatap aneh pada gadis itu. Bagaimana tidak, mata gadis itu menatap ke depan dengan berbinar namun tatapan nya kosong seperti orang yang sedang berkhayal.

Dan jangan lupa senyuman nya, senyuman nya seperti orang yang sedang dilanda jatuh cinta. Dia terlihat menunggu seseorang.

"Apakah penantian Aku kali ini berujung jawaban yang membahagiakan? Kenapa dia menginginkan Kita bertemu di sini, romantis sekali?" monolog Shinta membuat dia terlihat bertambah aneh saja.

Dia bahkan sudah cekikikan seperti penunggu pohon saja. Dia bolak-balik melihat arloji nya berharap waktu cepat berjalan, mengingat betapa senangnya dia hingga datang lebih awal dan menunggu hampir lebih dari tiga puluh menit lama nya.

Tak lama kemudian, seseorang itu datang menghampiri Shinta yang tak lain adalah Amier. Amier langsung duduk di kursi depan gadis itu. Shinta segera memperbaiki posisi duduk nya supaya terlihat cantik di depan Amier.

"Mau pesan apa?" tanya Shinta sumringah.

"Nggak usah, Aku langsung saja." Kata Amier dengan wajah yang serius.

"Nggak boleh begitu dong, kan Kita di kafe, masa nggak makan sih. Kan nggak enak, Aku sudah nungguin Kamu lama loh!" ucap Shinta.

"Sejak kapan?" tanya Amier.

"Setengah jam yang lalu," jawab Shinta tersenyum.

"Siapa yang suruh?" tanya Amier heran.

"Nggak ada sih, sudah lah Kita makan dulu yah?" mohon Shinta.

Amier menghembuskan nafas lelah. Kemudian dia memperbaiki posisi nya yang tadi nya dengan posisi santai menjadi serius.

"Shin, dengarkan Aku." Amier mulai berbicara.

SALAM HANGAT DARI AUTHOR KECE 😍.

Terpopuler

Comments

Lisma Lie Islie Islie

Lisma Lie Islie Islie

lanjut up nya jangan lama thor

2020-08-14

1

Fitriani

Fitriani

lanjut thor

2020-08-14

1

Cinta

Cinta

lanjut thor,smanggat up lgi

2020-08-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!