11.

HAPPY READING MAN-TEMAN 🤗.

"Hahaha! Rasain Tante ondel-ondel!" seru Salim setelah sampai di dalam kamar nya.

"Bener tuh! Memang nya Kita nggak tau apa kalau Tante ondel-ondel mau sama Ayah!" kesal Salman menimpali.

"Mending Kita bersihkan bedak nya dari pada nanti ketahuan sama Bunda." ucap Salman lagi.

Mereka masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan bedak yang mereka pakai lalu dua bocah itu naik ke tempat tidur.

"Nyaman nya, malam kembaran." ucap Salim pada kembaran nya dan di balas ucapan yang sama oleh Salman.

Tak lama mereka tidur, Syifa masuk kedalam dan mendapati putra nya sudah terlelap di alam mimpi indah mereka.

Dia menghampiri mereka dan menyelimuti kedua nya, lalu mencium satu persatu kening mereka.

"Kalian sudah berusaha keras Nak, sekarang giliran Bunda yang pegang kendali." Lirih Asyifa memandangi wajah damai Salim dan Salman.

Setelah mengatakan hal itu, dia meninggalkan mereka untuk melanjutkan tidur nya yang terusik.

💢💢💢💢

Pagi ini, Amier telah berangkat lebih awal dari biasa nya. Dia berdiri dan bersandar di motor nya sambil memainkan ponsel nya.

Dia sesekali mendongak untuk mengecek seseorang telah datang atau belum. Dia menunggu seseorang yang ingin dia mintai maaf. Siapa lagi kalau bukan Shinta.

Gadis yang tempo hari dia buat menangis karena kekesalan nya. Tapi yang lebih penting dari ini adalah Bunda. Bunda Annisa lah yang menjadi alasan untuk pemuda jangkung itu meminta maaf kepada Shinta. Dan jangan lupakan barang yang ada di tangan nya.

Hampir lima belas menit dia menunggu, akhirnya yang di tunggu pun memunculkan sosok nya juga. Dia berjalan dengan anggun, membuat mata para pemuda menatap nya kagum.

Amier menyodorkan paper bag yang dia bawanya kepada gadis itu.

"Apa ini?" tanya Shinta menerima paper bag tersebut.

"Dari Bunda Ku, dan sorry yang kemarin. Bukan maksud Aku menyakiti." Amier mengungkapkan nya dengan wajah datar nya.

Shinta yang awal nya menunduk sekarang dia mendongak menatap Amier dengan senyum nya yang dua hati ini hilang, kini terbit kembali.

"Benarkah? Kau tidak marah sama Aku lagi?" tanya Shinta dengan bahagia.

"Hum!" gumam Amier membenarkan.

"Terimakasih Amier!" seru senang Shinta hingga hampir menubruk Amier dan memeluk nya kembali seperti waktu itu.

Amier menghindar dengan mengangkat tangan nya mencegah Shinta bergerak lebih dekat.

"Jaga jarak satu meter!" seru Amier.

Shinta memanyunkan bibirnya seraya menurunkan tangan nya itu. "Pelit banget sih!" gerutu Shinta.

"Jangan sampai kata kasar yang Aku ucapkan tempo hari terulang lagi." Peringat Amier.

"Iya maaf, tapi sebagai terimakasih karena sudah memaafkan Aku, Aku traktir makan siang deh. Gimana?" tawar Shinta.

"Maaf, nggak bisa. Dan cukup sampai di sini, Kita jalani aktivitas Kita masing-masing. Dan anggap saja Kita nggak pernah kenal. Permisi." Amier berlalu pergi meninggalkan Shinta yang terpaku dengan kata-kata Amier itu.

"Apa ini? Aku di tinggalkan begitu saja sama dia?" gumam Shinta dalam hati.

Dia menoleh ke belakang guna melihat Amier yang kian menjauh dari tempat diri nya berdiri.

"Sekeras apa kau Amier, hingga membuat Aku tak bisa menyentuh hati mu bahkan hanya secuil?" monolog lirih Shinta menatap sendu.

Dia menghembuskan nafas lelah nya sembari menengok isi dari paper bag yang di berikan oleh Amier.

Sedikit senyum terukir, " perlahan Shinta, Semua akan indah!" Shinta menyemangati diri nya sendiri.

Gadis itu melanjutkan niat nya untuk ke masuk ke dalam kelas nya dan duduk diam, dia tidak memperdulikan apapun di sekitar nya bahkan saat dosen memberi kelas.

Satu fokus nya, paper bag yang di berikan oleh Amier. Sesekali dia mengukir senyuman manis seakan dirinya sedang jatuh cinta.

Jatuh cinta? Mungkin memang iya. Baru dia sadari jika dia jatuh cinta pada pemuda jangkung yang bernama Amier. Saat awal pertemuan nya dengan pemuda itu, hanya ada terbesit rasa penasaran saja.

Tapi sekarang, lebih tepat nya saat Amier membuat nya menangis tempo hari. Dia bahkan tidak membenci malah merindukan nya. Dia belum pernah seperti ini, dan baru dia sadari semua itu.

Hingga kelas berakhir, Shinta masih pada dunia nya. Lamunan nya berakhir pada saat ponsel nya berdering. Dia terhenyak dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

"Kok sudah sepi?" gumam nya pada diri sendiri.

Dia mengambil ponsel yang ada di dalam tas nya itu dan menerima panggilan yang ternyata dari teman sekaligus alasan dia datang ke Indonesia. Meskipun dia memang asal Indonesia, tapi dia sejak kecil tinggal di Australia bersama dengan orang tua nya.

Dan ini kali ke dua dia pulang ke negara asal dia di lahirkan. Dan meskipun lama tak menginjakkan kaki di kampung halamannya, tapi dia begitu fasih dalam berbicara bahasa Indonesia.

Karena memang ibu nya yang asal dari Indonesia itu, hari-hari nya selalu menggunakan bahasa Indonesia jika berbicara dengan Shinta.

Dia tersenyum, tapi senyuman nya luntur dan berubah menjadi gerutu-an saat benda pipih itu dia tempel kan di telinga nya.

Teman nya ini memang sangat heboh jika menelpon Shinta. Tapi meskipun begitu, dia lah satu-satunya orang yang bisa dekat dengan Shinta.

"Iya, iya! Kamu seneng banget yah teriak-teriak. Ayolah kawan, kamu itu muslimah masa iya kamu teriak-teriak begitu, nggak pantes lah." Shinta menasehati

Terdengar suara tawa di seberang sana. "Iya, Aku ini baru mau jalan keluar kelas." Shinta memberi tahu.

"Ya sudah, nnati Aku google map deh. Kita ketemu di sana nanti supir Aku yang nganterin." Setelah mengatakan itu, dia menutup telepon nya dan berjalan keluar.

Lima belas menit Shinta menempuh perjalanan karena macet. Dia masuk dan seorang gadis melambaikan tangan nya untuk memberi tahu dirinya.

Shinta tersenyum pada nya dan ikut melambaikan tangan. Tapi perhatian nya tercuri pada sosok tinggi yang berjalan dengan senyuman yang tak luntur dari wajah nya. Dia tak datang sendiri, tapi dengan satu pemuda lagi dan mereka berjalan dengan bercanda.

Shinta terpaku melihat itu, dia suka senyum itu. Kenapa senyuman manis pemuda itu tidak pada nya saja, dia harus melakukan apa supaya dia bisa mendapatkan senyum nya.

Shinta mengikuti arah gerak pemuda itu yang tak lain adalah Amier. Tapi, tunggu. Kenapa merasa berhenti di hadapan Ameera. Iya, teman nya itu bernama Ameera.

Mereka siapa nya Ameera? Apakah mereka bersaudara? Atau teman?. Pertanyaan demi pertanyaan ada di pikiran nya.

Dia harus mencari tahu, dan Shinta pun menghampiri meja sang teman untuk mencari tahu.

"Hai?" sapa nya setelah sampai di depan mereka.

SORRY DAN MAAF BUAT KALIAN PARA READER, MUNGKIN AKAN LEBIH LAMA LAGI UP NYA, DI KARENAKAN AUTHOR KECE LAGI KURANG SEHAT, JADI MAAF BUAT KALIAN.

DOA KAN AUTHOR BIAR CEPET SEMBUH DAN BISA CRAZY UP AAMIIN 🤲.

SALAM HANGAT DARI AUTHOR KECE 😍.

Terpopuler

Comments

Vivi Novita R

Vivi Novita R

lanjut thor...
semangat

2020-08-04

2

Zulianik Anik

Zulianik Anik

safakillah author

2020-08-02

1

Fitriani

Fitriani

lanjut thor semangat

2020-08-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!