02.

HAPPY READING MAN-TEMAN 🤗.

Kicauan suara burung menyambut mereka di pagi hari, tapi ketiga laki-laki itu masih dengan pakaian yang semalam dan apa ini?

mereka begitu kusut dengan wajah bantal nya.

"Pagi semua," sapa Malik dengan mulut yang menguap.

Lelaki itu duduk di samping Syifa dan ber-sender di bahu nya.

Asyifa yang sedang menyuapi putri cantik nya itu pun menoleh dan tercengang. "Ya Allah Mas! Kenapa muka Kamu begitu?!" tanya Asyifa.

"Aku nggak bisa tidur Yang, kan Kamu tau kalau Aku nggak bisa tidur tanpa, ummm...." Ucapan Malik terjeda karena tersumpal roti.

"Diem Kamu Mas!" kesal Syifa. Malik tersenyum polos sembari mengunyah roti nya.

Annisa menggelengkan kepalanya saja. Memang menantu nya ini selalu seperti itu. Selalu memancing emosi Syifa namun begitu menyayangi nya. Bisa di bilang jahil.

"Dan Kalian juga kenapa?" tanya Syifa pada Amier dan juga Bian.

"Nggak dapet tempat Kak," jawab kedua nya hampir bersamaan dengan lesu nya sembari memandang kesal ke arah Malik.

Malik hanya cuek tak menanggapi. Bahkan dia dengan santai nya meminum kopi yang sudah di sediakan oleh sang istri.

"Kenapa?" tanya nya lagi. "Tanya saja sama Suami Kakak yang rese itu!" saut Amier.

Asyifa melirik dan memicingkan mata nya meminta penjelasan. Malik hanya tersenyum.

"Nggak kok Yang, Mereka saja yang lebay." Malik menyauti.

"Masa Kita nggak boleh tidur di kasur, dan Kak Malik menyuruh Kita tidur di sofa." Adu Bian. Asyifa melirik tajam.

"Lain kali jangan suruh Dia tidur sama Kita deh Kak! Apes yang ada Kita nya." Gerutu Amier dan Bian mengangguk.

"Om jadi anterin Kita nggak?" tanya Salim menengahi perdebatan mereka.

"Kemana?" tanya Bian. "Ih! Om lupa yah kalau mau anterin Kita ke sekolah hari ini?" saut Salman.

"Iya kah? Tapi Om belum mandi, mending minta sama Ayah Kalian tuh dari pada nganggur dia kan." saut Amier.

"Enak saja nganggur, Aku ada pekerjaan yang harus Aku selesaikan. Iya nggak Yang?" ucap Malik mengerlingkan mata nya.

Asyifa memutar bola matanya jengah. Tau apa maksud dari yang di bicarakan oleh Malik itu. "Nggak tau, nggak denger!" ucap Asyifa.

Asyifa begitu heran melihat kelakuan suami nya itu yang semakin hari semakin mesum saja. Amier dan Bian tertawa tertahan. Malik menatap kesal mereka.

"Lagi pula Mereka minta Kalian yang nganter kok. Iya kan jagoan?" tanya Malik.

Mereka mengangguk kompak. "Lagi pula nggak lama kok, cuma dua jam saja dan lumayan kan buat nyari gebetan. Dari pada pergi sering berdua, Kalian bikin orang curiga." Malik tertawa pelan.

Bian dan Amier saling tatap dan berfikir sejenak. Mereka berdehem menetralkan ekspresi wajah mereka karena sedikit malu. Benar juga apa kata iparnya itu.

Mereka sering sekali bersamaan. Apa lagi mereka tidak punya seseorang yang mengisi hati mereka, atau mungkin, belum?.

"Sudah lah, Kalian ini memang selalu seperti itu." Saut Annisa sembari menyuapi nenek.

Nenek sekarang sudah tidak bisa apa-apa lagi karena diri nya sudah tidak bisa berjalan dan hanya mengandalkan kursi roda saja. Kejadian saat terjatuh di kamar mandi membuat dia tak lagi bebas melakukan apapun. Dan hal itu membuat Annisa lebih memperhatikan keadaan nya.

"Kalian mandi sana dan anterin si kembar ke sekolah mereka untuk ekskul. Dan satu lagi, nggak ada ngebut-ngebutan yah! Awas saja jika Bunda dengar Kalian melakukan hal berbahaya seperti semalam!" tegas Annisa.

Mereka mengangguk paham dan menghabiskan sarapan mereka. "Tapi motor nggak jadi di sita kan Bun?" tanya Amier dengan cengirannya.

"Kali ini Bunda maafin,.tapi tidak untuk lain kali." Annisa memberi nasihat.

Mereka berdua tersenyum sumringah. "Bunda yang terbaik!" seru mereka kompak.

💢💢💢💢

"Om cepat!" seru Salman pada Bian saat melihat nya berjalan menuju motor nya yang sudah di naiki oleh bocah itu.

"Sabar dong!" sahut nya.

"Kalau nggak cepat nanti keburu telat!" balas sautan Salman.

"Kak! Gimana kalau Kita balap sampai sekolah Mereka?" usul Amier menyengir.

"Nggak ada balap-balapan, nanti kalau Mereka ngadu ke Bunda bagaimana?!" tolak Bian. "Nanti saja pulang nya Kita balapan nya." Bian memelankan suaranya.

Mereka bertos ria dengan tangan yang di rendahkan. "Kita dengar yah Om!" sahut Salman.

"Ya jangan, nanti Om traktir es krim mau?" tawar Amier.

"Nggak mau! Kita nggak bisa terima suap! tolak Salim.

"Memang anak nya Kak Syifa sama Kak Malik doang yang nggak bisa di bujuk!" lirih Bian.

"Tapi kalau di tambah satu set robot Transformer dan kawan-kawan nya Kita mau Om!" ujar Salman.

Dan ber-tos ria mengikuti apa di lakukan kedua Om mereka.

"Dasar matre!" seru kesal mereka secara bersamaan.

Si kembar hanya tertawa geli meledek.

"Anak-anak itu meniru apa yang orang di sekelilingnya lakukan dan ucapkan! Kalian yang lebih dulu mengajarkan mereka seperti itu." Malik yang berjalan mendekati ikut menyahuti perbincangan mereka.

Dia menghampiri putra nya dan ikut ber-tos juga. "Masih ingat kata yang Ayah ucapkan waktu itu?" tanya Malik.

Kedua nya mengangguk. "Apa?" tanya Malik.

"Jangan membuat Bunda nangis, selalu sayang keluarga, selalu berbakti sama Ayah dan Bunda, harus berkata jujur!" jawab mereka kompak dengan fasih dan lantang.

"Cerdas! Putra siapa sih?" tanya Malik lagi terkekeh.

"Putra Ayah Malik dan Bunda Syifa!" jawab mereka lagi.

"Ya sudah, nanti tambah telat." Ucap Malik.

"Baik Bos!" seru mereka.

Setelah perbincangan tersebut, mereka melajukan motornya mereka masing-masing untuk mengantarkan kedua keponakan tersayang mereka.

Malik menaiki motor nya juga dan mulai menjalankan nya untuk ke kafe milik nya.

Setiba nya di kafe, Malik langsung masuk kedalam ruangan pribadi nya dan mulai sibuk dengan pekerjaannya.

Sedangkan di tempat lain, di sekolah si kembar, mereka sudah sampai dan turun.

Setelah menyalami kedua nya, mereka berpamitan. Bian dan Amier hendak pergi dari tempat itu, namun perhatian Amier tertuju pada lapangan basket yang ada di seberang sekolah si kembar.

"Kak!" panggil Amier tanpa melepaskan pandangannya pada sekelompok pemain di lapangan basket tersebut.

Bian menoleh. "Ada apa?" tanya nya.

Amier memajukan dagu dengan alis terangkat bermaksud menunjukkan sesuatu. Bian ikut arah pandang Amier dan tersenyum.

"Kita main?" tanya nya menoleh ke Amier. Amier tersenyum tengil.

"Apa taruhan nya?" tanya Amier.

"Yang kalah nggak boleh tidur seminggu sama Bunda, bagaimana?" tantang Bian.

"Oke, setuju!" seru Amier.

Mereka menjalankan motor mereka mendekati lapangan tersebut dan ikut bergabung dengan anak-anak yang bermain di sana.

"Boleh main?" tanya Amier dengan tersenyum ramah.

Orang tersebut menoleh ke belakang dengan senyuman. Tapi senyuman nya pudar seketika saat melihat Amier. Begitu pula dengan Amier yang melakukan hal yang sama.

NAH LOH! SIAPA TUH?🤗.

SALAM HANGAT DARI AUTHOR KECE 😍.

Terpopuler

Comments

Tri Hartatik

Tri Hartatik

Waduh Siapa tuh

2021-03-27

1

🍁Bae Bae Bae🍁

🍁Bae Bae Bae🍁

lagi

2020-09-23

1

Murni

Murni

kok aditya ngak ada ya?

2020-09-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!