HAPPY READING MAN-TEMAN 🤗.
Bian menjatuhkan tubuhnya di sofa sembari membuka dasi yang dia kenakan lalu memejamkan mata. Rasa nya begitu malas hanya untuk pergi ke kamar. Annisa datang dan duduk di samping putra nya itu.
"Lelah?" kata Annisa dan meletakkan air minum di meja depan nya.
Bian membuka mata dan menoleh. "Eh! Bunda." Bian menyapa dan menegakkan duduk nya.
"Minum dulu." Kata Annisa. Bian langsung menyambar gelas berisi air itu dan menenggak nya sampai tandas.
"Makasih Bun." Ucap Bian sopan dan tersenyum.
Bian merebahkan kepala nya dan memeluk perut Bunda Annisa, menenggelamkan wajahnya di sana. "Pusing Bun," adu Bian pada Annisa.
Annisa tersenyum dan mengusap sayang kepala Bian. "Apa Bunda harus bilang sama Ayah kalau Kamu ingin berhenti?" tanya nya.
Bian langsung mendongak. "Jangan Bun, Bian cuma mau ber-manja sama Bunda saja," kata Bian manja.
"Maka nya cepat cari calon, apa perlu Bunda kenalkan Kamu sama anak teman Bunda?" saran Annisa.
Bian menggeleng cepat. "Nggak mau!" ucap tegas nya.
"Lalu?" tanya nya lagi. "Biarin Bian sendiri dulu deh Bun, Bian masih mau sama Bunda. Nggak mau sama yang lain." Ujar nya kemudian semakin mengeratkan pelukannya.
"Masa kalah sama Amier?" perkataan Annisa membuat Bian kembali mendongak. "Memang nya Amier sudah punya lagi kah? Aku rasa Ameera nggak akan terima Amier." Ucap nya.
Annisa terkekeh. "Masa sih?" tanya nya sembari mengerutkan keningnya.
"Seperti nya begitu." Annisa tertawa pelan begitu pun Bian. Dan tawa mereka terhenti saat suara bariton dari arah pintu mengintrupsi.
"Terus saja terus!" siapa lagi jika bukan Amier. Bian menoleh tanpa berniat bangkit dari rebahan nya.
"Kakak lebih baik cari saja gadis yang ada di kertas gambar Kakak itu. Siapa tau dia khilaf terus mau sama Kakak!" ledek Amier.
Bian pada akhirnya bangkit dan terduduk. "Enak saja kalau ngomong. Sembarangan!" Bian menimpukkan bantal pada adik lelaki nya itu dan beranjak dari duduknya.
"Bun, Aku ke kamar dulu yah. Dan bilangin sama anak Bunda yang manja itu kalau ngejar jangan nanggung-nanggung!" ucap Bian sebelum pergi.
Annisa terkekeh. "Kak Bian juga sama manja nya! Apa beda nya!" seru Amier tak terima.
Tapi jika di pikir-pikir, pernyataan sang kakak ada benar nya juga. Tapi ntah lah dia tak tau. Bingung sendiri jadi nya.
Kini gantian Amier yang ikut ngedusal di pangkuan Annisa. "Kangen deh sama bau Bunda." Amier menghirup aroma dari tubuh Annisa.
Annisa mengelus sayang kepala putra nya. "Benar kah Amier sudah punya seseorang yang di sukai?" tanya Annisa tiba-tiba.
Amier yang tadi nya mata nya terpejam pun langsung terbuka dan kembali duduk. Menghadap Annisa dan terdiam sejenak.
"Amier bingung Bun harus lakuin apa." Kata Amier lesu.
"Kenapa memang nya, cerita lah sama Bunda?" tanya Annisa penasaran.
Amier sedikit ragu dan bolak-balik membuang nafas panjang. Terdengar sangat frustasi. Annisa yang melihat anak bujang nya yang sudah menuju dewasa itu seperti nya tau jika itu masalah perempuan.
Amier sekali lagi menarik nafas. "Jadi gini Bun," Amier pun menceritakan apa yang terjadi belakangan ini. Annisa mulai paham dan tau jika masalah itu sudah menjurus ke serius.
"Jadi gimana Bun?" tanya Amier. Annisa terkekeh.
"Anak Bunda sudah dewasa sekarang yah, sudah tau masalah perempuan." Ledek Annisa.
"Bunda?" rengek Amier.
"Hehe! Kalau menurut Bunda, lebih baik kalian jujur saja sama dia. Memang sih awal nya merasa sakit, tapi dia akan lebih sakit jika dia merasa di bohongi. Apa lagi sama sahabat dan orang yang dia cintai." Nasihat Annisa.
"Jadi Amier harus jujur sama dia nih Bun?" ucap nya memastikan.
"Menurut Kamu?" tanya balik Annisa.
"Ya, ya menurut Amier sih begitu." Sahut Amier.
"Jadi?" tanya nya lagi. "Amier akan jujur sama dia." Jawab Amier mantap.
"Jadilah lelaki yang bertanggung jawab dan berani mengambil tindakan seperti ayah." Sambung Annisa kembali.
Amier menghembuskan nafas lega. "Makasih Bunda! Bunda paling best!" puji Amier.
"Bunda!" seru nya menyombongkan diri. Amier memutar bola matanya jengah dengan ke-narsisan sang Bunda.
Annisa hanya terkekeh menanggapi nya. " Bunda masuk nengok Nenek dulu." Kata Annisa sebelum beranjak. Amier mengangguk.
"Mandi ah!" gumam nya dan beranjak dari duduknya.
Tapi saat akan pergi, Aditya pulang. Amier menengok lalu tersenyum dan di balas senyuman balik oleh Aditya.
"Sudah pulang jagoan?" sapa Aditya dan mendekati Amier lalu menepuk pundak nya.
"Iya Om." Jawab Amier. "Ya sudah, Amier masuk ke kamar yah." Amier pamit dan Aditya mengangguk.
💢💢💢💢
"Ibu gimana? Sudah enakan kah?" tanya Annisa lembut.
Wanita tua yang terbaring lemah di atas tempat tidur yang tadi nya memejamkan mata kini terbuka karena mendengar suara dan melihat sang putri ada di sisi nya.
Dia tersenyum lemah dan dengan gerakan lambat, dia mencoba menggenggam tangan Annisa.
Annisa yang melihat hal itu pun dengan sigap dia menggenggam balik tangan sang ibu dan dia ciumi tangan itu.
"Ibu sudah nggak kuat lagi Nis." Ucap lemah nenek. Annisa menggeleng cepat. "Ibu nggak boleh ngomong begitu, Ibu pasti akan baik-baik saja".
"Malam ini Kamu tidur sama Ibu ya Nis." Kata nya lagi semakin lemah. Annisa langsung mengangguk.
Sesuai permintaan sang Ibu setelah meminta izin pada Aditya, Annisa tidur di kamar ibu nya sembari memeluk nya dengan sayang. Memory- nya flashback saat diri nya masih kecil.
Tak terasa air mata nya menetes saat mengingat masa-masa itu. Dia mengusap cepat air mata itu.
"Baik-baik sama Aditya yah, Ibu tau Kamu masih menyimpan nama dan cinta Kamu untuk Zidan. Tapi jangan sampai lalai dengan kewajiban Kamu sebagai istri. Ibu nggak mau Kamu jadi istri yang durhaka. Semoga Allah menyatukan Kalian kembali nanti." Ucap nya lirih.
Annisa tak dapat menahan tangis nya lagi lebih lama. Ibu nya mengusap lembut puncak kepala sang putri hingga usapan nya semakin melemah dan dalam senyum nya, dia menatap ke langit-langit.
Annisa semakin mengeratkan pelukannya dan menangis sejadi-jadinya. Dia tau, dia tau apa yang terjadi. Dia tau jika ruh dan raga sang ibu sudah tidak bersatu. Dia tau dari detak jantung yang lemah, dia tau dari usapan lembut yang menghilang.
Lagi-lagi, dia harus mengikhlaskan, lagi-lagi dia harus melihat yang tersayang nya tiada. Tapi jauh di lubuk hati nya, dia merasa beban nya terangkat karena ibu nya kini tak lagi merasa sakit lagi, dan ibu nya kini kembali pada pemilik nya. Pada sang khalik yang menciptakan nya.
SALAM HANGAT DARI AUTHOR KECE 😍.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Zulianik Anik
amier ego juga....gak mau panggil sditya ayah....padahal bian panggil annisa bunda
2020-08-11
2
Zulianik Anik
sedih......
2020-08-11
2
Cinta
lanjut thor smanggat
2020-08-11
2