Flamingo 6

...•o•...

CUACA tiba-tiba mendung. Mendadak mentari menyelusup ke dalam awan-awan yang berkabut. Mendadak para penyetir mobil menurunkan dayanya, sebab takut hujan melanda dadakan. Tiba saatnya Jamila menyebrang jalan, ketika lampu merah pada pelantaran menyeruakan laju mobil. Kemudian para pengemudi jalan berhambur ke depan untuk masuk barisan pertama di persimpangan. Jamila sendiri hanya sibuk melamunkan daya ingatan tentang jasmani yang terhambur di mesin klasik. Ia pun sibuk berpikir, mengapa hujan datang di saat ia berbahagia.

Tak lama ia melangkahkan kaki untuk masuk barisan, sebab sudah saatnya ia melintas jalan untuk ke barisan mobil yang terpatri di depan gedung besar, yang melambangkan kota Bandung. Ia sangat bersyukur bisa berpijak di tempat ini. Tempat yang sudah ia lewati beberapa kali. Tapi tak pernah terbayang akan melaju di perlintasan ini setiap hari. Bagaimana bisa ia mempunyai rumah kosan di sini. Jelas bukan panorama sejati. Ia akan kuliah di Bandung. Banyak yang gembira mendengarnya. Tak lebih ayah juga.

Ceritanya Jamila telah menghadiri ujian dengan nilai tinggi. Lalu ia pun lulus sertifikat spp, untuk masuk kuliah di bidang apa saja. Karena nilainya terlalu bagus untuk universitas di Tangerang, sehingga guru tersebut membawanya ke universitas IPB. Tak lama ia diterima. Sebab mereka kekurangan dokter untuk kuliah. Untungnya tanpa lama lagi Jamila memutuskan perkerjaan gaji besar tersebut. Ia bisa menjadi dokter giji dan dokter jantung. Syukurnya yang ia peroleh dokter jantung dan giji. Untung-untungan sekali.

Bandung ini ia datangi tepat hari Sabtu. Bandung dengan kota kecil itu, melambai dan seolah bernyanyi untuk Jamila. Selamat ulang tahun, Jamila. Happy birthday. Selamat ulang tahun. Memang hari ini bertepatan dengan ulang tahun Jamila tahun ini. Dicantum, 23 September.

Sekali lagi Bandung bernyanyi,

Happy birthday to you,

happy britgday to you,

happy brithday, happy brithday,

happy brithday, JAMILA

Lantas Jamila cekikikan, lalu ia tersenyum cerah sambil melihat gedung-gedung di pelantaran lain. Lalu ia menunggangi angkot ke Tangerang. Yang jaraknya jauh dari kota ini.

Tak lama ia mendengar bunyi hp nya yang berbunyi, kemudian ia melihat nama yang tak asing dibenaknya. Ia lalu tersenyum, pasti ibu menghawatirkannya. Dan bertanya apakah tabungan ayah yang bisa mencapai 5 juta itu cukup. Sebab Jamila datang ke IPB terlalu pagi. Tapi mengapa perasaannya saat ini bimbang dan resah. Lalu ia berusaha mengusirnya dengan cara membalikan pikiran pada ponselnya itu.

Ponsel hasil jerih payah sendiri. Merknya lumayan di jaman ini, tahun 2013.

Lalu Jamila mengangkatnya, tanpa lama langsung Tanjab gas untuk bertanya.

"Ada apa, buk?" Tanya Jamila. Jamila nampak menyergit mendengar Isak tangis.

"Jamila ayahmu, koma!" Kata ibu membuat Jamila berbatuk-batuk, tak suka dengan kabat tersebut. Lalu ia menitipkan air mata perihatin. Tapi ini tak kunjung berhenti menangis.

"Ia ditagih utang sama preman yang harganya sampai lima puluh juta. Kemudian di ... ditembak. Sayang, dia tiada untuk kita. Karena dia nggak mungkin ngasih uang ke preman yang ngasih bunga. Hari ini dia kita akan dimakamkan. Hati-hati." Kata ibu lalu detak jantung Jamila rasanya copot. Jujur jika boleh memilih, ia ingin putus SMA dari dulu. Jika bapak yang masih muda harus membuat hatinya patah. Ablas semua keinginannya. Tak lama ia menjerit dan menangis sepuasnya di dalam mobil.

Sakit menghantam dirinya sendiri. Sakit sekali berkeping-keping. Kemudian ia menyusut air mata susah payah dengan tisu, namun tak bisa mengembalikan sang ayah yang sudah menghembuskan nafas terakhir untuk ke surga.

Ibu, aku sayang ayah! Katanya parau.

🐨 🐨

Jamila tersenyum tak kala sampai rumah menggunakan busway. Lalu perlahan kakinya lambat-lambat melangkah ke dalam rumah yang sudah ramai. Ia kemudian menunduk lesu. Untuk itu ia berharap ibu masih bisa hidup dengan tenang. Kebetulan ibu kerja mungkin ia dapat makan ketika ia di Bandung. Jamila mungkin harus kerja bukan malah asik-asik dengan hidup sendiri. Ia harus dewasa.

Aku sayang ayah!

Ayah maafkan Jamila yang jahat. Jamila anak durhaka.

Kemudian Jamila sampai pada rumah. Iamenatap mayat sang ayah yang sudah tak bernyawa. Mayat membisu yang tak mungkin dapat bicara. Luka bekas sayatan pada dadanya, bukti bahwa ayah dibunuh bukan bunuh diri. Siksaan apa lagi yang menghantam hidup ibu. Mengapa harus hadir di sela-sela tangis pilu Jamila. Jamila berhambur ke pelukan ayah. Jamila tahu bahwa ayah tengah menatapnya sambil berseru. Lalu ia menunduk. Dan mengsiasati hidup ini.

Bisik ayah pelan, "Ayah sayang banget sama kamu. Ayah bohong, ayah pecundang. Ayah hanya tukang tani di kebun orang. Bukan kebunmu. Maaf, semoga kamu bahagia. Ayah bahagia sekali karena sempat tahu kamu ke IPB. Semoga mimpi ayah menjadikanmu tani sempurna tersampir di benakmu. Ayah sayang kamu."

"Ayah, Jamila sayang dan akan mengabulkan semua usaha kerasmu. Maaf bila Jamila sombong. Ayah, sekali lagi i love you." Kata Jamila dalam tangisannya. Ia menubruk-nubruk luka ayah, hingga ia kembali berdarah-darah.

Berengsek!!!!!!

"Ayah, dengar. Aku akan selalu percaya pada ayah. Aku adalah anak ayah. Aku akan bahagia. Dan selalu sadar ayah ada untukku. Maaf bila aku tidak tahu apa-apa tentangmu." Kata Jamila.

Ibu lalu menghampiri Jamila, ia lalu menangis di sana. Kemudian tak lama ia menoleh dan menatap banyak sekali para warga yang hadir.

Kasus ini harus memerlukan jalur hukum. Ayah, tak mungkin kena pembunuhan dengan sekian banyaknya kasus. Kemudian Jamila dan ibu hanya mampu berpasrah diri. Kerena peninggalan ayah yang teramat berharga.

...•o•...

Terpopuler

Comments

Maito

Maito

Penulis luar biasa.

2023-11-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!