Flamingo 2

...•o•...

             PADA akhirnya Jamila sampai pada rumahnya Fendi. Jamila menatap struktur rumah dengan perasaan malu, sebab ia baru kali ini belajar di rumah Fendi. Jamila memang punya sikap yang pemalu. Dari tadi ia hanya memandang Fendi dan rumah secara bergantian, mengeja perasaannya agar tidak mudah terbawa suasana. Kepribadian yang sudah dewasa membuatnya berpikir secara naratif dan sastra.

Fendi melihat aura-aura yang terpancar dari wajah Jamila, sehingga ia dapat membaca apa yang Jamila pikirkan. Fendi sejauh bersahabat dengan Jamila, dia pria yang baik dan tidak mudah dilahap emosi. Ia punya banyak masalah dengan berandalan sekolah, entah itu masalah perebutan pacar hingga kasus perselingkuhan. Sebenarnya Jamila tidak tahu apa-apa meski sering kebawa-bawa. Bahkan nama dari gadis-gadis itu Jamila tidak tahu, mungkin ia mendengar tapi lupa dibawa angin.

Kata Fendi pada Jamila, "Jem, tenang saja kali!" Membuat Jamila tersenyum merah merona karena malu, ketahuan berpikir kritis.

"Di dalam nggak ada siapa-siapa kok." Kata Fendi sambil menepuk bahu Jamila dengan halus.

"Kenapa? Kok bisa nggak ada gitu?" Tanya Jamila heran. Ada bagusnya bila ada penghuni selain Fendi, siapa tahu mereka difitnah hal-hal yang nggak benar. Meskipun dalam hati Jamila berharap itu tak akan pernah terjadi.

"Nggak ada. Biar leluasa." Jawab Fendi membuat Jamila cemberut. Tapi ia tetap ingin belajar. Ia berdoa dalam hati agar sesuatu hal buruk tak menghampirinya.

Jamila dan Fendi masuk rumah yang tadinya di kunci. Di rumah tersebut banyak pas foto Fendi dan keluarga. Juga ibundanya dan ayahnya. Menandakan bahwa Fendi benar-benar pemilik rumah ini. Rumah besar dengan dinding besar dan pencahayaan minim ini sangat cantik bila diperhatikan. Jamila merasa iri karena rumahnya besar. Rumah Jamila tidak sebesar ini.

Jamila duduk di kursi, lalu di susul oleh Fendi yang selanjutnya akan ganti baju seragam menjadi santai.

"Kamu tunggu di sini. Jangan kabur nggak ada hantu kok. Mau bawa laptop juga." Kata Fendi membuat Jamila tersenyum malu-malu lagi. Kemudian Fendi berlangsung pergi ke kamarnya.

Jamila menatap kursi dengan perasaan resah, tiba-tiba menyerangnya ketika masuk rumah. Ia berpikir, mungkin karena kedap udara. Tapi tak bisa menghilang. Dalam hati ia sadar bahwa ada hal yang tak baik di rumah ini. Apa mungkin ada hantu. Jamila menggeleng tak bisa menebak. Lalu ia berpikir orisinil, mungkin karena baru datang. Lalu ia membuka tasnya untuk membawa barang-barangnya untuk belajar. Ia butuh belajar untuk try-out nanti.

Fighting!

Ia membaca lembar mapel IPA yang sempat diulangankan tapi gagal total. Yang nilai 80 itu. Jamila berusaha menoliir mana letak salahnya dan letak benarnya. Ia juga berusaha memahami tiap inci dari penjelasan, dari awal hingga akhir. Ia ingin try-out nanti IPA dengan sistem peredaran darah ini membuat gemilang, tidak seperti ulangan.

Kemudian terdengar bunyi decitan pintu ditutup, lalu kehadiran sosok Fendi menggagalkan aksi Jamila yang akan melingkari rumus pada buku mapel itu. Fendi tersenyum ringan ketika Jamila menoleh, menampakan senyum indah nan ganteng darinya. Jamila pasti rindu dengan senyum itu bila nanti ia kuliah atau kerja.

Setelah ini apa mereka bisa bertemu? Pikir Jamila dalam hatinya.

"Kita belajar apa dulu?" Tanya Fendi.

"IPA dulu." Jawab Jamila. Lalu Fendi membuka lembaran detik-detik pelajaran IPA.

"Kamu butuh apa Jem?" Tanya Fendi, baik.

"Aku butuh buku besar IPA, ada?"

"Ada. Untung aja aku bawa. Belajar yang pinter ya." Kata Fendi menyemangati sebelum ia sibuk, mengisi detik-detik bekas itu. Termasuk Jamila yang sudah disibukan dengan buku besar IPA.

"Kamu mau kuliah dimana Jem?"

"Maunya di Tangerang aja deh. Fen."

"Kamu mau ikut sttpn ?"

"Ikut dong. Buat nambah biaya kita kan kelas unggulan. Nggak malu juga bisa jadi juara umum."

"Kamu kan pintar. Jangan sombong deh." Ejek Fendi sambil tertawa.

Jamila tertawa mendengar ejekan Fendi.

Keduanya fokus belajar setelahnya. Tidak ada kebisingan apapun di rumah itu. Tenang dan membuat rileks. Hanya ada suara jam dinding yang berdentang-dentang. Tak lama terdengar bunyi pintu utama di buka dengan sangat keras.

"Fendi!!!!!!" Teriak sosok yang membukanya yang ternyata ibunya Fendi, membuat Jamila terjengit ketakutan. Fendi hanya tersenyum seolah tak terjadi apa-apa.

"Ini sahabat Fendi mah!" Kata Fendi dengan ramah pada sang ibu. Ibu itu langsung menghampiri Fendi. Rahangnya mengeras tanda ia marah besar. Ia kemudian menunjuk-nunjuk Fendi dengan telunjuknya. Pertanda ia tak kuat menahan amarah yang masuk pada kepalanya tersebut. Jamila tak bisa melakukan apapun, hanya diam menakuti aura-aura aneh ini.

"Kenapa kamu selingkuh? Jawab Fendi! Jawab!" Teriak sang ibu membuat Jamila memeluk tubuhnya, dan buru-buru berkemas untuk pulang. Ia tidak mau kebawa masalah.

"Siapa dia? Siapa? Jawab! Dia selingkuhan kamu? Kamu punya mama! Kamu berani melawan mama?!" Kata ibu itu masih berteriak-teriak marah, ia pun menangis dalam waktu yang sama. Ia sudah kehilangan akal sehat, karena saat ini Fendi di jengut-jengut lehernya. Kemudian Fendi meminta Jamila pulang. Jamila tak tahu harus melakukan apa, menolong ia tak bisa melakukannya, sehingga ia buru-buru keluar rumah. Dan menggunakan sepatu talinya untuk ke rumahnya.

Namun baru saja sampai pintu, rambut Jamila yang terurai di tarik oleh ibu Fendi yang ngamuk. Nampaknya Jamila dan Fendi terciduk kesalahpahaman. Tapi kesalah pahaman ini salah diterima oleh ibu Fendi. Dia bagai orang tak punya aturan dan kesurupan.

Jamila tak bisa menahan takut. Apalagi ketika melihat rambut ibunya Fendi yang acak-acakan ke depan. Dan tatapan mata laser itu. Kemudian ia berkata dengan keras menampakan gigi-gigi grahamnya yang kokoh. Ia masih cantik mengapa dia berprilaku gila. Jamila tak habis pikir.

"Jauhi anakku, jauhi Fendi. Bajingan perebut suami orang!!!!!" Katanya.

Jamila menangis ketika kepalanya di adu-adukan pada pintu oleh ibu itu. Sakit sekali, menimpanya dengan malang. Ia berusaha memohon agar dihentikan. namun amukan itu malah menjadi-jadi. Tak terasa kepalanya Jamila berdarah dengan luka yang besar. Bergesekan dengan gagang pintu. Sedangkan Fendi tak sadarkan diri. Nampaknya ia merasakan hal sama hingga pingsan.

"Tolong!" Kata Jamila rintih.

"Ma, ma, ma, jangan ma." Kata Fendi dengan letih. Ketika ia tersadar.

Fendi kemudian mendekat dan memisahnya keduanya. Namun tangan sang ibu masih liar dan masih bisa mengadukan kepala Jamila. Berapa saat lamanya sebelum Fendi berhasil memisahkan keduanya, Jamila merasa tak nampak di bumi. Ia menyadari bahwa itu teramat sangat keras. hingga ia tak pernah ingin mengulangnya lagi. Kemudian Jamila menatap Fendi yang berusaha memasukan ibunya pada kamar, yang masih berteriak-teriak dengan tidak tahu malu. Namun marah itu masih membungkus hatinya.

"Lajang!!! Lajang!!!" Teriaknya itu.

Jamila menyadari ibunda Fendi mengalami defresi karena perselingkuhan. Fendi kemudian memberi kode agar Jamila segera ke rumah. dan menutup pintu. Lalu Jamila menutup pintu. Kemudian ia memakai sepatunya sambil menangis kesakitan.

Di perjalanan Jamila hampir pingsan. dan kepalanya berputar dengan dahsyat. Ia terus-terusan berkucuran air mata kesakitan. Hingga sampailah ia di rumah.

•o•

Terpopuler

Comments

Aida Murni

Aida Murni

bahasa Indonesianya kurang baik.

2023-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!