Sampai rumah Yuna masuk ke dapur, huh dirinya tadi tidak jadi makan, makan nan Darren masih tersisa beberapa suap lagi.
Han berdiri di pintu dapur masih setia menatap Yuna, lucu sungguh lucu mengapa dirinya bisa jatuh hati pada wanita seperti Yuna, padahal sejak dulu selalu di kelilingi wanita wanita yang jauh lebih dari Yuna mungkin.
"Sudah makan belum?, atau mau makan?, ini makan saja saya buru buru mau kerja mungkin disana sudah banyak masyarakat yang menunggu saya".
"Gak laper", masih cuek aja, perut tidak di isi sehari dua hari bagi Han itu hal biasa.
"Ya sudah kalau gitu saya mau kerja", niat Yuna melewati Han yang sedang berdiri di tengah tengah pintu.
Di tariknya tangan Yuna, membawa wanita itu kembali ke pelukannya, "Kamu masih belum bisa memaafkan aku?".
"Apasih yaudah yang udah tinggal udah, gak usah di bahas bahas".
"Sayang beri aku kesempatan".
"Iya, yaudah aku mau kerja ini sudah siang".
"Ikut".
"Kenapa seperti anak kecil?", sudah berada di tahap kesal, Darren saja tidak pernah seperti ini.
"Aku kesana mau liat bangunan sudah berapa persen pekerjaan mereka".
Yuna mengangguk, mereka berdua keluar dari rumah Han tidak melepaskan tangan Yuna sudah seperti ada lem nya saja. "Gak usah naik mobil jalan kaki sampai kesana gak jauh, dapat sehat nya juga".
"Baiklah sayang aku ikut apa katamu kecuali di suruh pergi lagi gak akan".
"Don bawa mobil kesana saya mau jalan kaki", perintahnya pada Doni.
Hihh bos kalau bucin ya bucin aja gak sampe goblok juga, Don mengangguk, melirik pada dua orang yang ada di belakangnya, walau pun hanya saling lirik mereka paham dengan bahasa isyarat, dua orang mengikuti Yuna dan Han berjalan kaki, sedangkan Doni dan satunya lagi membawa mobil menuju tempat lokasi.
Yuna merasa jengah kenapa harus ada yang mengikuti mereka, kenapa harus di kawal plis ini desa yang gak akan pernah ada penjahat sekalinya ada penjahat pun pasti 1 desa yang akan menghakiminya bukan 1 kampung lagi.
"Kenapa mereka ngikutin kita?", berusaha melepaskan tangan dari genggaman Han.
"Bukan aku yang nyuruh, aku tadi hanya menyuruh Don untuk membawa mobil kesana", awas aja lo Don kali ini lo gak pintar, batin Han.
"Ck mana seram seram mukanya yang ada bikin orang orang disana takut".
"Hei kontrol muka kalian jangan sampai semua orang takut dengan kedatangan kalian".
Ampun bos bos, untuk apa belajar beladiri dan berwajah tegas selama 10 tahun kalau hanya perintah dari seorang wanita saja langsung di suruh berubah ke stelan awal.
Bukannya dirinya yang melatih mereka selama ini, wanita ini bisa mengubah jiwa singa mental baja menjadi mental kerupuk.
Enak nya hidup di desa kental dengan persaudaraan jika kenal langsung saling sapa, "Neng Yuna damang?, sareng saha?".
"Bu hj Alhamdulillah damang bu, tos lila te pendak nya, oh iye teh bapak na si Darren bu".
"Adu gusti akhirnya nyah neng te aya tetangga nu julid dei".
"Masya Allah, Alhamdulillah bu".
"Mani cakep eta teh bule pisan, pantes wae si Darren cida bule turunan bapak na".
Han hanya mengangguk ngangguk, gak paham sama sekali dengan obrolan Yuna dan ibu ibu berjubah/bergamis ini.
"Hayu bu mangga Yuna tos di antos di desa".
"Mangga neng mangga".
Sedangkan ibu ibu yang lainnya mendengarkan bahwa laki laki yang berada di samping Yuna sekarang adalah suaminya bapak nya Darren, biasanya julid pada Yuna yang datang membawa perut bunting, kini mereka di tampar dengan kebenaran, benar pasti orang ini bapak nya Darren dari bentuk muka apalagi mata dan hidungnya sama percis.
.
.
.
.
.
TBC.............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments