02.

Hari ketiga aku merawat pasien koma, sudah ku periksa berkali kali memastikan, akhh apakah aku kekurangan pengetahuan batinku, semuanya sudah bagus tapi kenapa peria ini masih menutup mata.

"Bangun apakah anda tidak merasa pegal dan bosan terus menutup mata", aku mencubit pelat lengannya.

"Akhhh sakit", keluhnya sambil membuka mata.

Degg,,,, mampus Yun lo apa apaan sih cari mati, "Ehh anda sudah sadar", cengirku.

"Dokter gila", umpatnya kesal.

"Hey anda bilang saya gila berarti selama beberapa hari ini anda di rawat oleh orang gila dong".

"Berisik".

"Apakah mau saya panggilkan keluarga atau sahabat anda", tanyaku yqng sebenarnya ada sedikit rasa takut.

"Tidak usah biarkan mereka sedang sibuk".

Ck ternyata perhatian dan mengerti juga kesibukan orang lain ni orang.

"Kaki saya kenapa tidak bisa di angkat?", suara nya mulai meninggi.

"Maaf meskipun ini berat untuk anda terima tapi saya harus memberi tahunya, kaki anda mengalami kelumpuhan".

"Tidak bisa di sembuhkan?", membuang napas dengan berat.

"Kemungkinnan sembuh hanya 30 dari 100%, tapi tetap kita berusaha dan berdo'a semoga tuhan memberikan keajaibannya".

"Cih, gak guna untuk apa menjadi dokter kalau tidak bisa menyembuhkan orang sakit".

Degggg,,,, benar bahkan aku tidak bisa menyembuhkan adikku, "Saya bukan tuhan pak, menjadi dokter itu hanya perantara selebihnya hanya tuhan yang bisa menyembuhkan".

"Bodoh".

Menyebalkan sekali peria ini, tapi kenapa semua orang menangisinya pas dia koma, baru saja membuka mata ucapannya sungguh di luar nalar.

.

.

2 hari ini aku merasa bebas tanggung jawabku sudah tidak ada pada peria lumpuh itu, sekarang tanggung jawab penuhku hanya adik satu satunya yang sedang bertarung dengan penyakitnya, tapi tidak lama ponselku bergetar kembali tanda panggilan masuk lagi.

Pikiranku buntu aku membutuhkan uang secepatnya, kondisi adikku semakin menurun.

Lagi lagi seorang Kevin Malik mengajak kerja sama denganku untuk bisa menjaga peria lumpuh itu di salah satu pulau, awalnya aku tidak mau namu tawarannya sangat menggiurkan beliau akan menanggung biyaya pengobatan adikku asal aku bisa menjaga peria lumpuh dan arogan itu selama disana sampai batas waktu yang tidak di tentukan, bahkan jika dia sembuh bonus untukku bisa membeli mobil baru.

Sepertinya mereka memang memanfaatkan keadaanku, tapi tidak apa aku harus bersyukur karena merekalah adikku tertolong dan langsung mendapatkan pendonor ginjal di hari itu juga.

Di hari esoknya aku ikut dengan peria lumpuh itu, tatapannya padaku tidak bersahabat sama sekali, ada apa dengan peria ini padahal tadi terlihat seperti orang baik banyak tersenyum dan sepertinya penyayang juga, tapi kenapa denganku sudah seperti musuh bebuyutan saja.

Ya Allah langkah ku terasa berat namun aku butuh uang, jalanku sudah sangat buntu rasanya, di sepanjang jalan mataku terus menatap jendela, ternyata lautan itu indah tidak semengerikan seperti yang aku bayangkan selama ini.

"Pak ini sudah waktunya jam makan siang", aku memberikan makan siangnya.

Dia makan dengan tatapan lurus kedepan, makannan yang ada di hadapannya sepertinya tidak di lirik sedikitpun namun anehnya makannan itu sampai habis tidak tersisa, tidak ada kata terimakasih padaku yang dia ucapkan, akhh sudah lah aku tidak mau pusing toh aku di bayar nya sama Kevin Malik bukan sama orang ini batinku.

"Minumnya pak", aku menyodorkan lagi botol mineral yang sudah ku buka tutupnya, dia hanya melirik seperti tidak suka padaku.

Ada apa dengan orang ini sih susah sekali membuka mulut untuk bicara padaku.

Sampai pulau aku kira akan ada orang lagi selain kami berdua ternyata tidak mereka semua hanya mengantarkan saja dan yang paling membuat aku kaget selama kami disini hanya akan ada yang mengirim bahan baku makannan 2 minggu sekali.

Setelah orang orang yang mengantarkan kami kesini pamit, peria itu menatapku sengit namun lagi lagi tidak ada kata kata yang keluar dari mulutnya.

"Jika perlu sesuatu panggil saya pak", aku membungkuh hormat.

"Saya punya tangan", tekannya.

Kaget,,, ya Allah salah apa aku sama orang ini, batinku, "Baik pak saya permisi", aku mundur 3 langkah berbalik langsung pergi menjauh darinya, hanya bisa memantau dari kejauhan sebab jika terus dekat peria itu menatapku sudah seperti serigala yang sedang marah.

Sabar Yuna semoga Allah menurunkan keajaibannya agar peria ini secepatnya bisa jalan, menyemangati diri adalah jalan satu satunya.

.

.

.

.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!