03.

Selama satu bulan kami jarang sekali bicara hanya seperlunya saja, meskipun begitu tatapan peria ini sekarang berbeda tidak seperti hari pertama pas kami disini.

Beruntung sekali istrinya pak Kevin mau membantu dan bekerja sama denganku, beliau mengirimkan bahan bahan alami seperti apa yang aku butuhkan, aku juga sesekali keluar mencari bahan bahan alam liar yang tumbuh di pulau ini.

Setiap pagi dan sore aku rutin memberi ramuan khusus untuk peria ini meskipun kadang kami harus bertengkar dulu.

"Stop saya sudah tidak mau minum itu lagi, minuman macam apa itu rasanya sangat pait".

"Ya jelas pait namanya juga obat, yang manis itu gula, mau makan gula agar tambah penyakit diabet?, plis deh pak ini tu untuk membantu kesembuhan anda jangan terlalu keras punya otak, apa tidak bosan berjalan menggunakan kursi roda terus menerus, apa anda tidak ingin berkumpul lagi dengan sahabat sahabat anda disana".

"Sudah berani melawan rupanya", tersenyum miring.

"Ini bukan melawan, Astagfirullohalazim pak Han perasaan anda sudah tua dan harusnya bisa mencerna apa arti dari ucapan saya tadi".

"Cerewet".

"Kalau saya tidak cerewet anda tidak mau minum obat", aku sudah merasa kesal, peria ini menyebalkan tua tua susah di nasehatinya, setiap malam selalu begadang sibuk dengan laptop yang selalu ada ti hadapannya.

Aku pun merasa aneh kenapa di pulau ada signal bahkan sangat lancar, dari mana listrik ini berasal padahal tidak ada kabel, terus dia bicara apa aku sering tidak paham, aku hanya tau 2 bahasa inggis dan indonesia paling sesekali nonton derama korea tapi tidak ada omongannya yang sama seperti apa yang peria ini ucapkan.

"Kita waktunya latihan berdiri", semangatku agar cepat sembuh peria ini dan aku bisa memeluk Ayah Ibu dan adikku lagi.

"Sakit saya tidak mau", Han menggeleng kekeuh tidak mau.

Trenggg....sudah bisa Han pastikan dan tebak juga siapa yang menlpon dokter gila ini kalau bukan Nadira istrinya Kevin.

"Puas ucapnya kesal".

"Saya seperti ini hanya karena ingin bapak cepat sembuh, sudah itu saja yang saya harapkan".

"Tapi tidak dengan terus di siksa dan di kasih racun setiap hari".

"Astagfirulloh pak itu bukan racun, itu ramuan agar melenturkan urat dan otot otot yang sudah hampir mati, sedangakn belajar berdiri ini namanya terapi agar tidak kaku, kalau sakit sedikit ya wajar".

"Kenapa lo ini berisik sekali", Han geram mendengar ocehan Yuna terus etiap hari.

"Sudah cepat ayo saya bantu".

Dengan malas Han mengulurkan tangan nya, setiap hari kegiatannya ini ini dan begini terus mending kalau tidak sakit, rasanya tulang tulangnya mau patah dan rontok semua.

"Kenapa anda ini berat sekali, saya rasa berat badan anda bukan sembarang berat mungkin ini keberatan dosa".

Dada Han terasa di bentur dengan batu besar, ya mungkin memang ini karma untuk nya.

"Jika tidak niat membantu pergi sana", usir Han.

"Ya Allah harus sabar pak, jika marah terus takutnya nanti penyakitnya bertambah dengan struk semakin gelap kota ini yang anda rasakan nanti", saut yuna kesal.

"Ucapanmu semakin kesini semakin gila".

"Sudahan pak jika debat terus kita tidak akan bisa melakukannya, harus dengan hati senag agar hasilnya baik".

Sekuat tenaga Han berdiri, berpegangan pada mejanya, melangkahkan kakinya dua langkah, sakitnya luar biasa Han sampai bertertiak, "Akhhhh sakitttt".

.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambunggg🖤🖤🖤🖤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!