Yuna lebih dulu terjaga dari tidurnya, baru kali ini merasakan tidur lelap sampai jam 5 pagi baru terbangun, merasa badan nya tertimpa benda berat sekali, dari remang remangnya lampu tidur bisa melihat bahwa ada tangan dan kaki besar yang menimpa badan kurus nya.
"Euhhh", menyingkirkan dengan pelan tangan Han.
"Mau kemana masih terlalu pagi sayang", Han membalikan badan Yuna.
"Berat banget ini badan apa besi sih", suara mereka bisik bisik.
"Silahkan cek sendiri", semakin mengeratkan pelukannya.
"Mau meluk apa mau membunuh?".
Tanpa menjawab Han sedikit mengendurkan pelukannya, Yuna mendongak menatap wajah damai Han yang baru pertama kali iya lihat.
Cakep ternyata meskipun sudah tua, tersenyum samar pantas banyak pemuda di sini aku tidak tertarik pada mereka ternyata suamiku lebih tampan dari mereka meskipun umurnya sudah masuk kepala 4 hihii.
Mengelus alis tebal Han, alis inilah yang membuatnya jatuh hati pada laki laki pemarah dan pemabuk ini, tapi Yuna sedikit yakin Han sudah berubah dari bau keringat laki laki ini sudah beda sekarang.
Pantas aku tidak terbangun di tengah malam ternyata pelukan hangat ini yang menyelimutiku.
Cup, awalnya masih merasakan ngantuk berat namun tangan Yuna yang tidak bisa diam membangunkan sesuatu yang sudah lama tertidur.
Ciuman Han sangat lembut, Yuna hanya bisa terdiam dan sedikit kaget mendapat serangan mendadak, bibir ini rasanya masih sama, meskipun dulu dirinya melakukannya dengan setengah mabuk namun sangat menikamti apa yang ada dalam tubuh Yuna.
Tidak kuasa jika hanya bibir yang bekerja tangan pun ikut bekerja mencari sesuatu yang dulu pernah iya rasakan.
Han menekan paha Yuna, sesuatu yang di bawah sana semakin berontak, ciuman semakin dalam tangannya semakin liar.
"Mamaaa", panggil Darren.
Yuna langsung menyingkirkan Han yang sudah berada di atasnya, "Iya sayang", terduduk jantungnya hampir copot gimana kalau Darren melihat mereka bertapa memalukannya mau di taro dimana mukanya nanti dan bagaimana cara menjelaskan nya pada Darren.
Han juga kaget mendengar suara Darren langsung berdiri, untung pakaian mereka masih sama sama utuh hanya saja lumayan berantakan apalagi Yuna.
Melihat Darren masih tertutup selimut dengan rapih dan memeluk gulingnya, "Sayang dia bermimpi", Han terduduk lesu.
Yuna mengelus dadanya yang sudah naik turun karena kaget, Ya Allah untung anak itu hanya bermimpi dan memanggilku, "Salah kamu", Yuna menyalahkan Han lalu berbaring badannya lemas sampai bergetar karena kaget.
Sumpah Han ingin tertawa dengan kegagalan ini meskipun kepalanya sudah pening, gue yang terlalu terburu buru sudah tau satu kamar dengan anak yang sudah besar, batinnya.
Han memeluk Yuna kembali, mencium kening Yuna lama, "Maaf sayang aku tanpa ijin", sesalnya.
Tidak munafik Yuna juga menikmati cumbuan Han tadi, sebagai wanita yang sudah dewasa bahkan sudah ada 1 anak pasti membutuhkan penyatuan antara suami istri, "Gak apa apa tapi harus lihat situasi dan kondisi".
"Jam berapa Darren bangun?", bisik Han.
"Tidak tentu biasanya jika aku sudah bangun tidak lama dia akan ikut terbangun".
Yah gagal sayang sekali padahal tadi sebentar lagi, batin Han apa lagi di sambut baik oleh sang pemiliknya, kepala Han benar benar pening membayangkan tadi.
"Sabar", Yuna terkekeh mengusap muka Han yang melas, sebagai dokter Yuna paham dari buku buku yang pernah iya baca bagaimana kebutuhan biologis seorang peria jika tidak tersalurkan.
"Udah sabar banget selama ini dia gak bangun bangun sayang, setelah tau kemana pulangnya tapi harus gagal lagi".
"Naik sana temani Darren aku mau bangun".
"Boleh gak kita lanjut?", tawar Han.
"Nggak ini sudah siang mending shalat, lagian aku takut ini menjadi dosa yang keduakalinya, ayo kita nikah lagi".
"Aku tidak pernah menceraikan kamu bahkan dalam hati kecilku pun aku tidak pernah menganggap kita bercerai".
"Kita terlalu lama berpisah".
"Baiklah mau mengadakan pesta yang seperti apa aku akan mengabulkannya, hadiahnya mau apa?".
"Stop aku gak mau dengar kata pesta atau hadiah seperti apa, kita sudah sama sama dewasa bahkan kamu bisa di bilang sudah tua malu sama tetangga, aku hanya ingin kamu mengucapkan ijab kabul yang keduakalinya, ada uang lebih baik di gunakan untuk kepentingan yang berguna".
"Sayang bisa jangan terlalu jujur, ya aku sadar sudah tua tapi gak enak banget di dengarnya".
"Makanya jangan banyak gaya, warga di sini warga kurang mampu semua sumbang lah mereka semampu dan sebisa kita".
"Akan aku lakukan sesuai kemauan kamu sayang", Han kembali meraup bibir Yuna.
Dengan cepat Yuna menyudahinya bukan apa apa dirinya juga ikut terlena, "Cukup ya, sabar yuk shalat", mengelus pipi Han dengan lembut.
Laki laki itu mengangguk, memang akhir akhir ini Han lumayan sering bersujud berdo'a dan meminta meskipun tidak setiap waktu namun tetap berusaha memperbaiki diri, hampir setiap malam bulan bulan lalu les ke Dira melalui zoom, Dira menyarankan Han langsung datang pada ustad agar di bimbing dengan benar, setelah itu barulah dirinya terpikir untuk sedekah berbagi pada siapa saja yang membutuhkan, berkat itulah dirinya sekarang bertemu dengan anak dan istrinya.
.
.
.
.
.
.
TBC...................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments