Siapa yang datang kenapa seperti banyak sekali suara tetangga yang datang juga, ini masih pagi padahal, batin Yuna, masih terus berjalan niat membuka pintu.
Cetak, (tanda kunci pintu terbuka), membukanya dengan pelan.... Deggggg, apakah ini mimpi, nggak ini hanya mimpi tidak mungkin dia datang kan, Yuna menggeleng tidak mungkin ini pasti mimpi lagi seperti tadi malam.
Keduanya masih saling tatap, wanita ini yang sudah membuatmu gila bukan, wanita ini yang sangat lancang masuk kedalam hatimu tanpa permisi, wanita ini yang membuatmu seperti tidak punya tujuan hidup selama 5 tahun.
Greppp, tanpa permisi Han memeluk Yuna, tidak ada kata kata yang keluar dari laki laki itu, mencium bau wangi rambut yang masih sedikit basah, wangi ini masih sama wangi tubuh ini masih sama, rindunya semakin membuncah.
Yuna memberontak namun tenaga Han yang jauh lebih besar darinya tidak bisa iya singkirkan.
"Cukup menghukumku selama 5 tahun, aku datang dan mulai sekarang aku tidak akan menyerah seperti dulu, aku sangat merindukanmu", bisik Han dengan suara berat menahan tangisnya, menahan sesak yang sudah menyeruak memenuhi rongga dadanya.
"Jangan seperti ini kita seperti sedang di kepung warga", ucap Yuna pelan.
Tanpa melepaskan pelukannya dari Yuna, "Don jelaskan dan urus mereka semua", ucap Han pada tangan kanan nya, mendorong Yuna untuk masuk ke dalam rumah sederhana itu, menutup pintu dengan 1 tangan sebab tangan satu nya masih Han gunakan untuk menahan pinggang Yuna.
"Jangan menyuruhku untuk pergi karena tidak akan aku lakukan hal sebodoh itu lagi".
"Mama siapa?, kenapa banyak sekali orang orang di depan rumah kita".
Han menatap anak laki laki yang berusia 4 tahun lebih, matanya hidungnya bibirnya percis sekali dengannya, "Itu anak kita kan?, gak perlu jawaban karena aku yakin dia anakku", mengecup kening Yuna yang sejak tadi mematung lalu berlutut di hadapan Darren.
"Hai boy", mata Han bahkan sudah meloloskan air matanya, ya Allah saya punya anak laki laki yang sangat tampan terimakasih telah menjaganya.
"Om siapa kenapa tiba tiba memeluk mama saya, awas nanti papa saya marah sama om".
Cih, apa katanya om, sakit banget sama anak sendiri di panggil om hukuman apalagi ya Allah.
"Apa mama punya suami di sini?", tanya Han, hatinya hancur sakit perih bagai di sayat sayat, apa iya Yuna sudah punya suami lagi, haruskah aku melakukan dosa besar lagi ku bunuh peria mana yang sudah kurang ajar mengambil istri dan anakku.
"Papa saya lagi kerja di luar negri, saya belum pernah bertemu dengan nya", jawaban polos Darren membuat dada Han sesak.
Menepuk dadanya berkali kali, sakit banget banget anak nya tidak mengenalinya padahal anak ini jauh dari permata dan bongkahan emas saking berharganya.
"Peluk Daddy sayang ini papa sayang", menepuk dada lagi sakit.
Bodoh umur sudah kepala 4, anak 1 saja tidak mengenalinya.
"Jangan bohong om dosa".
Ya Allah harus dengan cara apa saya membuktikan pada anak ini kalau saya papa nya, sedangkan foto pernikahan pun tidak punya karena hanya akad saja dulu.
Han berbalik masih berlutut di hadapan Yuna, "Tolong aku ingin memeluknya, apa aku harus sujud di kaki kamu?", Han sudah hampir mencium kaki Yuna.
"Jangan", Yuna langsung terduduk di lantai menahan kepala Han yang sudah tinggal beberapa jengkal lagi sampai ke kaki nya.
"Tolong Yun aku ingin memeluk dan menciumnya, umurku sudah tidak muda lagi dia hanya satu satunya keturunanku, kalian tujuanku pulang kesini".
"Darren sini sayang", air mata Yuna juga ikut lolos melihat muka rapuh Han, laki laki yang sangat arogan tempramental keras kepala, kini dia menangis bahkan bersujud di hadapannya.
"Ma kenapa menangis?, om ini siapa apa dia membuat mama sakit?".
Lagi dan lagi Han merasa di timpuk batu besar mendengar ucapan Darren, mungkin neraka yang kuberikan selama ini pada ibumu.
"Ini papa sayang ini papa Darren, ini papa Han".
Mendongak menatap Yuna dan Darren bergantian, "Daddy boleh peluk?, peluk papa sayang maaf", tidak bisa berkata kata.
Darren mengangguk mendekat pada Han, Han langsung menarik Darren memeluknya erat, ciuman rindu dan sayang Han tumpahkan di kepala dan kening anak nya.
"Terimakasih sayang Daddy janji tidak akan pernah meninggalkan kamu dan mama lagi".
"Beneran?", kenapa Darren hari ini begitu polos tidak seperti biasanya.
"Apa Daddy harus bersumpah?".
"Tidak jangan sumpah itu pamali apalagi kalau sudah janji tapi tidak di tepati".
Sentilan apa lagi ini, kenapa anak umur 4 tahun secerdas ini, "Mulai sekarang Daddy tidak akan meninggalkan kamu dan mama".
"Yess aku punya papa beneran", anak itu melompat senang.
"Daddy punya banyak mainan di mobil silahkan ambil semua, minta ambilin sama om nya ya", mencium lama pipi Darren, menggendongnya lalu di berikan anak itu pada Don dan ketiga anak buahnya.
"Jaga anakku jangan sampai lecet, sedikit lecet nyawa kalian taruhannya, biarkan dia mengambil mainan apa yang di sukainya".
"Baik pak", ucap ketiga anak buahnya sedangkan Don hanya mengangguk.
Melihat Darren masuk kedalam mobilnya, Han tersenyum lalu menutup kembali pintu dan menguncinya.
"Terimakasih sudah membesarkan dan mendidiknya", memeluk Yuna kembali, "Aku sangat merindukanmu sayang aku mohon janga menyuruhku untuk pergi lagi".
Yuna mengangguk kecil, Han langsung membalikan badan wanita ramping itu, mengecup tangan Yuna berkali kali urat urat hijau yang ada di tangan wanita itu sangat terlihat jelas.
"Kenapa sampai seperti ini?, kamu terlalu bekerja keras untuk biaya hidup bersama dengan anak kita".
"Ini sudah dari dulu", saut Yuna menarik tangannya yang Han pegang sejak tadi.
"Tidak sampai seperti ini".
Niat Yuna beranjak dari lantai, namu Han menariknya kembali.
"Kita masih sah suami istri Yuna", tekan Han.
"Kata siapa?".
"Yun jangan sampai aku melakukan hal gila, sudah 5 tahun aku memberikan waktu apa belum cukup?".
Yuna terdiam kembali, sebenarnya sangat merindukan si pemarah ini tapi rasa malunya yang begitu besar, bukankah aku dulu yang menyuruhnya pergi.
Menatap Yuna yang hanya diam membisu, kurus sekali wanita ini, mengurus anak menjadi ibu dan ayah sekaligus bukan lagi kerja untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Han membawa tangan Yuna di peluknya tangan kecil itu, tangan yang sudah bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan anaknya.
Yuna hanya diam merasakan hangat dan detupan jantung Han, apa dia benar datang kembali menemuiku dan Darren, aku sedikit tidak percaya mana mungkin orang sepertinya tidak ada wanita.
"Aku mohon jangan menyuruhku untuk pergi dan menjauh lagi dari kalian", masabodo dengan harga diri karena dirinya sekarang memohon dan mengemis pada wanita yang sudah memberikan 1 anak padanya.
Tidak perduli selemah apa dirinya sekarang, sudah cukup tersiksa karena meindukan Yuna dan anak nya.
.
.
.
.
.
.
.
TBC...............
Ayo dukung dengan like comment dan vote nya hehehee😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Suyadi Yadi
semoga bersatu kembali 🙏🙏
2023-11-23
0