Setelah di tawarkan tidur dengan Daddy nya Darren langsung masuk kamar dan naik ke atas kasur, mengambil gulingnya seperti biasa menutup mukanya, namun belum ada 1 menit anak itu terduduk lagi.
"Mama mana?", menanyakan ibunya dimana kenapa di kasur itu hanya ada dirinya dengan sang ayah lalu ibunya kemana.
"Tunggu sebentar Daddy panggil ya sayang Darren tunggu disini".
Han langsung berjalan keluar dari kamar, melihat Yuna yang meringkuk di sopa sudah memejamkan mata, "Kenapa tidur disini masih tidak mau tidur 1 kasur denganku?, Darren mencarimu dia ingin kita tidur bersamanya".
Huh menghembuskan napas, bukankah dirinya sudah berjanji pada anak nya bahwa sekarang waktunya membahagiakan Darren, "Iya ayo", mendahului Han.
"Kenapa sayang mama masih belum ngantuk Darren tidur dulu sama Daddy".
"Mama disini aja tungguin nanti Daddy pergi lagi", ucapnya dengan muka sedih.
Han langsung naik ke atas kasur memeluk Darren sakit sekali mendengar anak nya bicara seperti itu, ayah macam apa selama ini tidak ada untuknya, "Daddy tidak akan pergi lagi sayang, selamanya akan bersama Darren dan mama, Daddy janji tidak akan meninggalkan Darren lagi".
Yuna pun meneteskan air mata ternyata anak ini tidak sekuat dan secuek seperti yang iya lihat, anak ini merindukan dan menginginkan kasih sayang dari ayah nya.
"Ayo mama tidur di sini sama Darren sama Daddy", untung kasur mereka muat bertiga meskipun sedikit sempit.
Keduanya memeluk Darren anak itu ada di tengah tengah mereka tidak lama langsung tertidur pulas.
Yang tadinya sudah sangat ngantuk menjadi tidak bisa tidur, "Maafkan mama sayang", isak tangis Yuna terdengar Han yang sudah setengah tidur.
Laki laki itu tidak tidur hampir dua hari dua malam, bahagia meskipun lelah, melihat Yuna menelusupkan kepalanya ke badan Darren punggungnya bergetar.
"Kamu kenapa menangis?", rasa kantuk itu langsung hilang entah kemana.
Menggeleng sambil mengusap air matanya, Yuna terduduk mengelus kepala Darren lalu menciumnya lumayan lama.
Mengangkat tubuh Yuna menjauh dari Darren takut anak itu terbangun jika mereka ngobrol disana, mendudukan Yuna kembali di sopa kecil, "Aku harus apa sekarang?, maaf Yun maaf kalau kesalahku dulu sudah membuat hidupmu berantakan dan menanggung beban nya sendirian".
Bug,,,,,, Yuna memukul dada Han lumayan kencang namun setelah itu memeluknya, menangis sejadi jadinya namun tetap menahan suara.
"Pukul aku sepuas kamu jika itu bisa meluapkan kekesalan dan kebencianmu padaku, setelah itu jangan menyuruhku untuk pergi lagi".
Memeluk erat Han memukul punggung peria itu, antara benci marah cinta dan rindu, Yuna lebih dulu tertarik pada Han namun selalu memungkir rasanya, sampai salah satu kejadian yang membuatnya sangat benci pada Han.
Sebulan lebih menuju pernikahan Shanum adiknya Han dulu, Han sudah bisa berjalan, Han sedang merayakan kebahagiaan nya karena bisa jalan kembali dengan bermabuk, kebetulan Yuna melewatinya hanya memakai kaos tanktop dan celana pendek, Yuna seperti itu karena merasa sudah jam 1 malam tidak mungkin Han di luar bukan kah dirinya sudah melihat laki laki itu tidur masuk kedalam kamarnya sebelum jam 10 tadi.
Kejadian yang tidak terduga membuat Yuna sangat sangat membenci Han meskipun menaruh hati pada peria ini.
Pukulan Yuna semakin melemah isak tangisnya sudah tidak seperti dulu lagi, "Maaf sayang maaf, aku sadar aku sudah jatuh cinta padamu sebelum kejadian itu", mencium kening Yuna lama, Han memeluk kembali Yuna,.ahhh rindu yang menguasai rongga dadanya kini tercurahkan.
"Aku sudah masuk dua desa tapi mereka mengusirku gara gara datang membawa perut bunting, ini desa ketiga yang aku datangi masuk kesini juga gak mudah selalu menjadi bahan gosip para warga, anakku anak haram kenapa kamu baru datang sekarang?".
Dada Han terasa di tusuk ribuan jarum dan timpukan batu besar, pintar tapi otak tidak di pakai seperti itulah kata kata yang cocok untuknya, sejatinya wanita hanya ingin di mengerti dan di pahami isi hatinya, mungkin ucapan dan isi hati saling bertolak.
"Maaf", mau kata apa lagi yang dirinya ucapkan selain maaf dan cinta pada wanita yang sudah berjuang mengandung dan membesarkan anak nya.
"Aku setiap malam menangis memanggilmu agar datang bantu aku, temui aku temui anak kita, aku tau kamu bukan orang sembarangan", memukul dada Han lagi.
Ya Allah sakit banget, ternyata rasa sakit nya tidak sebanding dengan rasa sakit yang Yuna rasakan selama ini, Han menggenggam tangan Yuna menatap wanita yang penuh dengan air mata, "Maaf sayang aku terlalu bodoh selama ini".
"Darren anak yang kuat dan hebat meskipun ada beberapa anak yang mengejeknya dia tatap yakin kalau papanya akan datang jika sudah waktunya, dia tidak pernah bertanya padaku kemana papa nya, dia hanya bercetita pada pengasuhnya kalau mau ketemu papa".
Pantas dari siang semenjak pulang sekolah anak itu tidak mau jauh darinya bahkan di ajak pengasuh nya pun tidak mau, "Aku tidak akan meninggalkan kalian dan akan ku buktikan pada mereka yang mengejekmu menjelekanmu kamu wanitaku kamu istriku kamu ibu dari anak anakku".
Yuna mengangguk, mengusap air matanya, "Berhenti menangis karena kesedihan, sekarang waktunya kamu bahagia, aku akan berusaha membahagiakan kalian".
Yuna mengangguk lagi, Han menggendong kembali Yuna membawanya ke kamar mandi, "Cuci muka sayang nanti ada yang mengira aku habis kdrt membuat kamu nangis semalaman menjadi bengkak.
Plak,,,, lumayan dari tadi padahal Yuna yang kdrt padanya, "Jangn dekat dekat aku gak bisa gerak".
Bukannya menjauh Han malah memeluknya, mencium punggung Yuna berkali kali, "Wanginya masih sama, aku rindu banget dengan wangi ini".
"Gak ada aku gak pake parfum".
"Tapi wangi banget, sudah cuci mukanya?".
Tanpa menjawab Yuna melangkahkan kakinya, namun Han langsung menggendongnya kembali, "Turunin nanti luka nya ketekan lagi".
"Gak apa apa istrinya dokter", tersenyum, lembut sekali senyuman itu Yuna sampai terpana, sikap tempramentalnya kemana, suara tingginya kemana tatapan elangnya kemana dari pagi sampai sekarang lebih dari 12 jam Yuna tidak menemukan itu.
"Kasurnya sempit tidurlah sama Darren aku di bawah gelar tikar".
"Ikut".
"Kamu tidak akan nyaman karena gak terbiasa".
"Sama kamu aku akan membiasakannya".
"Sudah lah sikap menyebalkannya memang tidak pernah hilang ", Yuna menggelar tikar mengambil selimut dan bantal, di ikuti Han yang langsung memeluknya.
"Akhirnya aku bisa memelukmu secara langsung tidak memeluk foto lagi".
"Tidur sudah malam", Yuna mengusap kepala Han yang terus mencium punggungnya.
"Balik sini sayang".
"Gak mau, sudah ini sudah malam waktunya tidur".
Han ya tetap Han memilih pindah tempat ke hadapan Yuna, "Ayo tidur aku sudah mengantuk dua hari dua malam tidak tidur", memejamkan mata memeluk Yuna erat.
"Kebiasaan", menepuk tangan Han.
"Sudah ayo tidur sayang, tidurku kali ini pasti nyenyak karena bersama kalian".
Yuna terdiam beberapa saat langsung terdengar dengkuran halus dari Han, benar saja laki laki ini langsung tidur, meskipun sudah mendengkur tatap pelukannya erat tidak bisa di singkirkan tangan nya.
Apa kamu juga tersiksa aku kira kamu sudah bahagia dengan wanita lain, wanita yang membuatmu bahagia dan selalu ada bersamamu.
Alisnya, Yuna sangat tertarik dengan alis Han yang hitam tebal, "Terimakasih sudah kembali".
.
.
.
.
.
.
TBC..................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments