"Yank, nanti jangan lupa siap-siap ke acara Keke ya...?" ucap Vano penuh semangat pagi itu. Nindy sangat kesal sekali. Karena suaminya begitu antusias untuk datang ke acara Keke.
"Semangat sekali ya, mau datang ke acara Keke." sindir Nindy.
Bukanya kerasa malah Vano melemparkan kiss nya ke arah Nindy. Lalu segera berangkat ke restonya.
"Iiiiihhhhhh, sebel sebel sebel..." ujar Nindy sambil membanting lap makan ke meja.
"Kenapa si Ma, pagi-pagi udah marah-marah...?" tanya Axel yang belum berangkat ke kampus. Cowok tampan anak dari Vano dan Nindy itu tampil rapi pagi ini. Ia duduk lalu mengambil roti dan minum segelas susu hangat buatan Mamanya.
"Gak papa Xel, tumben kamu gak sepagi Zia berangkatnya..." tanya Nindy yang kembali duduk menemani putranya.
"Kalau Axel agak siangan, Ma..." jawab Axel setelah menghabiskan roti dan susunya.
"Ya sudah Axel berangkat dulu Ma..." pamit Axel mencium tangan Mamanya.
"Hati-hati sayang, jangan ngebut bawa motornya..." ucap Nindy mengantar Axel sampai depan. Axel mengangguk dan tersenyum. Lalu melajukan motornya dengan pelan.
Jam menunjukan 08.30 wib. Motor Axel meliuk-liuk melintasi jalan raya yang sudah ramai di penuhi pengendara motor, mobil dan ada juga yang menaiki sepeda. Pemandangan rutin yang di suguhkan setiap paginya. Karena tidak ingin terjebak macet, Axel mengambil akses potong jalan atau jalan pintas agar tak terlambat sampai di kampusnya.
Ciiiiiiiiittttttttt
Sebuah mobil menghadang seorang pengendara sepeda motor. Mobil itu tepat berhenti di depan motor gadis itu. Kalau saja gadis itu tak cepat mengeremnya, pasti ia sudah menyenggol mobil yang ada di depanya. Gadis itu tak lain dan tak bukan adalah Kila. Dan mobil yang menghadanganya adalah mobil Denis, mantan pacarnya.
"Mau ngapain kamu..." ucap Kila ketika Denis turun dari mobilnya dan menghampiri Kila.
"Santai saja, jangan marah-marah gitu dong, tambah manis aja, bikin tambah geregetan saja..." kata Denis sambil mencoba menyentuh dagu Kila, namun dengan cepat Kila menghindar.
"Jangan macam-macam ya...!" ucap Kila sambil liat kanan kiri. Kebetulan juga gak ada orang yang lewat. Namun bukanya kasian, si Denis makin semangat saja mengganggu Kila.
"Minggir nggak, kalau enggak aku tabrak..." ancam Kila. Namun tanpa di duga Kila, Denis mengambil kunci kontak motornya, dan memasukanya ke dalam saku kemejanya. Melihat hal itu, Kila sangat marah. Lalu ia turun dari motornya.
"Denis, tolong kasih kunci itu, aku sudah terlambat, tolong..." pinta Kila menghiba.
"Ambil saja kalau bisa, ayo sini..." Kila hanya diam, ia tak maju selangkah pun dan tetap berdiri di tempatnya.
"Kenapa? Takut? Aku gak nakutin kok." ucap Denis semakin mendekat kepada Kila. Sedangkan Kila mundur perlahan-lahan. Denis semakin mendekat dan hampir mendekatkan bibirnya ke pipi Kila. Dengan spontan Kila mendorong Denis, dan ia tersungkur ke tanah.
"Sialan!!! Janda tak tahu diri!!! Udah bagus dulu aku mau jadi pacar kamu, ciihhhh...!!!" umpat Denis lalu segera bangkit.
"Cukup!! Cukup!!!" ucap Kila sambil menutup kedua telinganya. Ia jongkok di dekat motornya. Denis segera melempar kunci kontak Kila dan pergi meninggalkanya. Kila begitu sakit di katai Denis seperti itu hingga tak terasa air matanya menggenangi kedua pelupuk matanya.
"Kamu baik-baik saja mbak...?" ucap seseorang yang sudah berdiri di depan Kila. Ia mendongakan kepala agar tau siapa orang itu. Kila menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Rupanya orang itu adalah Axel. Ialu ikut jongkok dan keduanya kini saling berhadapan.
"Mbak ngapain di sini? Kenapa nangis...?" tanya Axel dengan sopan.
"Mbak tadi di haaaa...." Kila tak meneruskan jawabanya. Dengan jentelnya, Axel memberikan sapu tanganya. Kila menerimanya dan segera mengeringkan air matanya hang menetes tadi.
"Lain kali jangan lewat sini lagi mbak, takutnya ada orang jahat..." ucap Axel lagi.
Kila tersenyum mengangguk. Entah karena dorongan apa, Axel mengulurkan tanganya membantu Kila berdiri.
"Terima kasih. Oh iya, kalau boleh tau, nama kamu siapa, supaya kalau tar kita bertemu lagi, aku bisa menyapa kamu." jelas Kila yang kini terlihat lebih tenang.
"Oh iya mbak, saya Axel, dan mbak siapa...?" jawab Axel yang menjabat tangan Kila.
"Kila..." jawab Kila dengan manis dan senyum yang mengembamg di bibirnya.
"Kamu kan kemarin yang datang ke toko aku...?" ujar Kila yang familiar dengan wajah Axel.
"Benar sekali mbak, kemarin saya ke toko mbak mengantar temen saya..."
"Masih kuliah...?" tanya Kila dan di jawab anggukan oleh Axel. Keduanya sama-sama tersenyum.
Hari itu entah apakah Tuhan yang mempertemukan mereka secara tidak sengaja, atau itu takdir dari Tuhan. Yang pastinya, Axel maupun Kila, bisa tersenyum satu sama lain setelah ngobrol kilat pagi itu. Baik Kila maupun Axel, segera menjalankan aktifitas masing-masing setelah berpisah. Kila ke toko dan Axel ke kampus.
Dalam perjalanan ke kampus, Axel sempat tersenyum sendiri ketika mengingat dan mengucapkan nama Kila. Ia menggelengkan kepala lalu melajukan motornya dengan cepat agar tidak terlambat. Sesampainya di kampus, setelah memarkirkan motor, Axel menyempatkan diri membuka ponsel sebelum ia masuk ke ruang kuliahnya.
"Xel, gua gak berangkat ngampus, gua lagi gak enak badan nih..." isi dari pesan Angga.
"Iya, bisa juga lo sakit bambang...." balas Axel.
"Gua manusia biasa kali, bukan anak dewa." balas Angga. Namun Axel tak membalasnya. Ia buru-buru masuk ke ruang kuliahnya agar tak telat. Detik demi detik, menit demi menit dan akhirnya 3 jam sudah Axel mengikuti mata kuliah siang itu. Ia bergegas menuju kanti kampusnya. Karena haus melanda tenggorokanya. Segera saja ia memesan es teh manis sesampainya di kantin. Sambil mengambil cemilan, ia menuju mejanya menunggu es teh manisnya di antarkan abang penjualnya.
"Ini mas es teh manisnya. "
"Makasi bang..." jawab Axel menganggukan kepalanya. Iseng-iseng Axel main ponsel.
Kila terlihat sibuk melayani pembeli. Hari itu banyak pelanggan yang membeli di tokonya. Entah tau dari mana, pokoknya toko Kila hari itu ramai oleh pengunjung. Kebanyakan dari kalangan anak muda. Walaupun lelah, namun Kila seneng dan menikmati pekerjaanya. Akhirnya ia bisa beristirahat, karena toko agak sepi, namun ada 1 atau 2 pelanggan yang masih sibuk milih-milih baju. Ia menyempatkan makan roti dan minum air putih sebelum ia makan nasi.
"Emmmm, tar mampir cafe ah, udah lama nggak mampir ke sana..." batin Kila sendiri. Biasanya Kika menyempatkan dirinya 2 atau 3 hari ke cafe langgananya.
Waktu terus berjalan. Hingga akhirnya tibalah waktunya tutup toko. Kila segera bergegas membereskan toko dan segera meluncur ke cafe yang sering ia datangi. Seperti biasa, ia memilih tempat di sudut ruangan, karena baginya itu adalah tempat yang tepat dan juga nyaman untuk menuangkan ide atau inspirasinya.
"Capuccinonya mbak..." ucap pelayan yang mengantarkan pesananya.
"Terima kasih mas." balas Killa ramah.
Kila mulai mengutak-atik laptop yang selalu ia bawa. Matanya mulai fokus dan serius menatap layar laptop di hadapanya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments