Ndeertt ndeert nderrtt
Suara ponsel Axel bergetar berulang kali. Namun tak segera di angkat oleh sang pemilik, karena saat itu Axel tengah duduk santai di depan televisi dan tidak mendengarnya.
"Di mana sih nih anak, pas lagi penting-pentingnya mesti gak di angkat!! Huuuhhhh...!!"
Angga mendengus karena panggilanya tak mendapat jawaban dari temenya. Ia mencoba menelfon lagi, untuk beberapa saat tak ada jawaban juga.
"Aaaaiiissshhhh!!! Axel, angkat dooongg!!!" umpat Angga yang mendekatkan bibirnya di depan ponsel yang di pegangnya. Karena kesal, ia masuk ke dalam mobilnya dan melesat meninggalkan tempat ia nongkrong tadi.
Angga, nama lengkapnya yaitu Firman Adi Erlangga , yang berstatus sebagai teman Axel dari SMA hingga kuliah di kampus yang sama. Anak seorang konglomerat, namun sayang, ia tak mempunyai saudara alias anak tunggal. Ia adalah anak dari Joseph Firmana dan Reana Margareta yang merupakan pemilik perusahaan ternama di kotanya.
"Waduuhhh ada apa ni anak, miscall ampe puluhan kali..." ujar Axel yang mengerutkan dahi saat melihat ponselnya di kamar. Karena penasaran, Axel mencoba menelfon balik Angga. Beberapa saat tak ada jawaban. Panggiln tak terjawab.
"Hallooo, lu angkat juga, ada apa sih nelfon gua...?" ujar Axel saat Angga mengangkat telfonya.
"Tar sore kita nongkrong tempat biasa, ada yang mau gua omongin ama lu, Xel..."
"Tar soree...? "
"Iya.. "
"Eeemmmm, oke deh, tapi btw ada apa si, lu mau ngomong apa, bilang sekarang kan juga bisa, bikin gua penasaran aja..."
"Aaahhh tar aja, kalau gua ngomong sekarang, kamu gak jadi penasaran dong, wkwkwkw...."
"Huuuuuu, dasar dodol lu..."
"Biarin, kan enak di makan...."
"Kak pinjem carger...!!!" suara Zia yang memotong percakapan kedua sahabat itu.
"Iya, tuh ambil aja."
"Eh, ada Zia ya..."
"Iya, biasa tu anak main slanang-slonong aja masuk kamar kakaknya."
"Ya udah, jangan lupa tar sore, gua jemput."
"Siap pak sopir, wkwkwkw..."
"Aaahhh, sialan lu, mang gua sopir pribadi lu...?"
Keduanya segera mengakhiri telefon. Karena udara siang itu sngat puanas sekali, banyak orang yang memilih berdiam diri di rumah. Ada juga yang saking teriknya panas matahari, sampai-sampai memesan makanan lewat aplikasi gofood. Vano terlihat hanya memakai kaus singlet, diteras favouritnya yaitu di samping rumah yang merupakan tempat ternyaman buat santai saat ia sedang weekend bersama anak dan istrinya, ia terlihat sedang membaca sebuah buku sambil senderan di kursi malasnya.
"Asyik bener pah, lagi baca apa sih...?" tanya Nindy yang muncul sambil membawa segelas jus buah naga buat suaminya.
"Ini ma, lagi baca buku panduan kiat sukses mengelola sebuah restoran, yang tentunya buat restoran kita, walaupun bisa di bilang belum terlalu besar.." ucap Vano tersenyum.
"Iya pah, mama doain, restoran kita selalu lancar, dan berkah buat keluarga kita, dan semoga papa bisa buka cabang, aamiin."
"Aamiin, makasi istriku sayang, doa kamu adalah semangat bagiku, apalagi doa istri yang sabar dan baik hati seperti kamu sayank, langsung di dengar oleh Tuhan."
"Aamiin pa. Ini, di minum dulu jusnya, biar perutnya gak buncit." ujar Nindy yang duduk di sebelah Vano dengan manjanya.
"Makasi sayank, kamu adalah the best wife..."
"Iiiihhh, papa bisa aja..."
Sungguh, kemesraan yang selalu terjaga hingga anak-anak mereka dewasa. Walaupun terkadang ada sedikit kerikil yang mengganggu jalan mereka, namun semua itu dapat Vano dan Nindy selesaikan.
Sore hari.
Sekitar pukul 16.00 wib, Axel keluar dari kamarnya. Rupanya ia tertidur sejak siang tadi. Dengan mata yang masih merah karena abis bangun tidur, dan rambut yang masih acak-acakan, ia menuju dapur. Dengan segera ia menuang segelas air putih ke dalam gelas yg ia raih dari rak piring.
"Aahhhhh, segernya..." gumamnya sendiri lalu meletakan gelas di meja.
"Udah bagun, sayang..." sapa Nindy kepada putranya itu.
"Iya Ma, kalau kita nyempetin tidur siang, badan terasa enak ya...." jawab Axel yang tersenyum kepada Nindy.
"Waduhhh, kenapa ini ikan bisa mati, Mah...?" ujar Axel saat melihat ikan mas koki peliharaanya mati satu. Ia mengambil ikan yang sudah kaku dan mengapung itu dengan jaring kecil yang ia beli bersama aquariumnya dulu lalu di taruhnya dalam ember kecil.
"Mana mama tau Axel, kan kamu yang merawatnya, kok nanya ke mama...?" jawab Nindy menghampiri Axel.
"Yaaaaahhh, sayang banget, padahal ini yang paling Axel suka, Mah..."
"Besok beli lagi, gak usah susah-susah..." sahut Vano yang baru saja selesai mandi sore.
"Iya pa, iya..."
Axel lalu mengubur ikan kesayanganya.
"Oh iya Pa, nanti Axel mau ijin kluar sama Firman..." kata Axel yang udah selesai mengubur ikan kesayanganya.
"Iya boleh, asal pulang jangan malam." sahut Nindy. Vano hanya senyum sambil mengangguk-angguk.
"Siiiippppp..!!!!" jawab Axel mengacungkan jempolnya.
Ia pun segera bergegas ke kamarnya untuk mandi. Karena sebentar lagi, Angga akan menjemput sesuai dengan janjinya.
Bener juga, tak berapa lama setelah Axel selesai mandi, ada seseorang yang membunyikan bel pintu rumah.
"Eh nak Angga, mari masuk, Axel masih di kamar..."
"Eh, i...iya tante..."
"Silahkan duduk, bentar ya tante panggilin Axelnya.."
"Ga usah Ma, Axel udah di sini kok..."
"Baru mau Mama panggil..."
"Ya udah, Axel pamit Mah, Pah...."
"Saya juga pamit Om, Tante..." Vano dan Nindy mengangguk.
Setelah bersalaman, Axel dan juga Angga segera berangkat. Mobil segera melaju dengan kecepatan sedang. Axel mencoba memancing Angga, berbicara yang menjurus ke hal yang ingin ia bicarakan. Namun Angga tetap kukuh dan teguh pendirian bahwa ia akan menyampaikanya jika sudah di cafe tujuan mereka.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments