BAB. 06

"Kalian tau, inilah yang membuat Papa tiap hari jatuh cinta sama Mama kalian." ucap Vano yang memegang tangan Nindy. Sedangkan Nindy hanya bisa tersenyum mendengar perkataan suaminya.

"Kak Tasya sama seperti Mama gak kak...?" tiba-tiba Zia nyeletuk. Axel hanya menatap Zia. Kedua bola matanya memberikan kode untuk diam, karena setengah melotot.

"Iya-iya Zia diem kok, ceepp!!!"

Vano dan Nindy tersenyum melihat tingkah putra dan putri mereka. Tak terasa hari sudah malam. Semua aktifitas di hentikan dan semua beristirahat di kamar masing-masing.

Zia iseng-iseng bermain game di kamarnya. Sedangkan Axel asik dengan laptopnya. Ditengah keasyikanya, tiba-tiba terdengar suara notif pesan dari ponselnya. Sekali ia tak begitu menghiraukan. Dua kali tiga kali, hingga beberapa kali dan itu sangat mengganggunya. Dengan segera ia membuka kunci layar ponselnya. Terlihat pesan di grup, alangkah terkejutnya saat ia melihat apa yang menjadi topik trending di grup. Ada satu nomor yang tidak ada nama, mengirim vidio saat dirinya dan Tasya ribut di taman tadi siang. Sungguh pintar sekali orang tersebut, memasukan nomor baru lalu mengirimkan vidio tersebut. Ketika salah satu anggota grup sudah melihatnya, nomor tersebut buru-buru keluar dari grup. Axel marah, emosinya meledak-ledak.

"Kurang ajar!!! Siapa yang telah berani memvidio aku dan Tasya, eeeerrrgghhh!!!!!" gumam Axel yang terdengar menggeram.

Ting ting ting

Banyak notif pesan yang masuk ke nomor Axel. Semakin menambah emosi Axel.

"Xel lu dah tau vidio di grup wa..."

"Xel, orang gila mana yang berani mengunggah vidio kamu..."

Dan masih banyak lagi pertanyaan ini itu. Axel mencoba berfikir dengan tenang. Namun tetap saja ia marah. Dengan geram ia mengirim sebuah pesan ke grup chat tersebut.

"Siapa yang berani mengunggah vidio ini, secepatnya gua akan menemukanya, dan siapa pun itu harus bertanggung jawab kepada gua..!!!!"

Setelah Axel mengirim pesan tersebut, tak ada lagi yang berani menyakan tentang vidio yang telah di unggah itu. Sepanjang malam Axel tak dapat memejamkan mata. Mondar-mandir, keluar kamar ambil minum, dan masuk lagi ke kamar. Ia berusaha keras mencari cara menemukan si pelaku. Hingga jam 02.00 Wib, ia baru bisa memejamkan mata. Entah rencana apa yang sudah ada di fikiran Axel untuk menemukan si pelaku.

***

Pukul 07.00 Wib, dirumah Vano terliat sibuk semua. Masalahnya hari ini, Vano dan Nindy akan menghadiri undangan pesta pernikahan. Karena masih ada hubungan saudara, Axel dan juga Zia ikut serta. Untuk hari ini Vano absen tidak datang ke resto, dan sepenuhnya di serahkan sama Faiz, karyawan kepercayaan Vano.

"Sayank, tumben udah mau siang Axel belum bangun? Biasanya anak itu paling rajin olah raga kalau libur..."

"Nggak tau juga Pa, mungkin kecapekan.."

Obrolan pagi saat kVano dan Nindy selesai berolag raga.

"Pagi pa, Ma...?" sapa Zia yang baru bangun.

"Pagi sayang..." jawab Vano.

Zia tidak ikut berolah raga, karena tamu tiap bulanya datang, membuat perut terasa nyeri. Ia hanya pemanasan bentar lalu melihat ikan yang di pelihara Vano di kolam kecil. Hampir pukul 08.30 Wib, Axel juga belum keluar kamar. Nindy segera berinisiatif membangunkan putranya.

Tok tok tok

Nindy mengetuk pintu kamar Axel berulang kali. Baru kali ini pintu kamar Axel di kunci dari dalam. Sebelum kembali Nindy mengetuknya, Axel sudah duluan membukanya.

"Iya Mah, ada apa...?" tanya Axel yang baru saja bangun dan masih dengan mengucek matanya.

"Axel ini udah mau jamnya loh, kankita mau ke undangan nikahan sodara.." jelas Nindy.

"Emmm..., maaf Ma, kali ini Axel gak ikut dulu, Axel ada urusan mendadak sama Angga."

Nindy menatap putranya penuh selidik.

"Beneran Mah, Axel ada urusan sama Angga..."

"Iya, Mama percaya. Ya sudah, kalau gitu mama juga gak maksa kok.."

Setelah mendengar alasan putranya, Nindy segera bersiap-siap, karena tak ingin telat sampai di tempat acara. Baik Vano dan juga Zia, mereka sudah bersiap-siap juga. Batik couple menjadi pilihan Vano dan Nindy. Sangat cocok di kenakan keduanya. Sedangkan Zia memakai dress batik juga.

"Axel, Papa sama Mama berangkat dulu..."

"Iya Pah, Mah, ati-ati..."

"Kakak beneran gak iku? Banyak cewek cantik loh di sana, siapa tau bisa jadi pacar kakak yaaaanng...." Zia tak meneruskan ucapanya. Ia hanya cekikikan sambil menutup bibirnya.

"Heemmm, mau kakak cubit...?" ucap Axel sambil menakuti Zia dengan cubitan kecil.

"Eh eh, iya iya, engga kok...."

"Kalau bertemu berantem, kalau ga ada salah satu pasti di cari in.., heeemmm.."

"Namanya juga anak-anak Mah, ayo kita berangkat sekarang..." ajak Vano.

Vano, Nindy dan juga Zia segera berangkat. Kini tinggal Vano yang berada di rumah. Segera ia meraih ponselnya, lalu segera menghubungi Angga.

"Halloo, gimana, udah siap..?" tanya Axel begitu Angga menjawab panggilanya.

"Siiipp, ini aku mau ke rumah lo.."

"Gak usah, biargua samperin lo di rumah..."

"Okelah.."

"Ssipp.."

Tak banyak ini itu, setelah menutup telfon, Axel segera mandi. Tak butuh waktu lama, selesai mandi, ia pamit kepada si bibi untuk keluar. Motor Axel melaju dengan cepat membawa sang pengendara menuju rumah Angga. Dalam benak Axel, ia menebak-nebak, kira-kira siapa pemilik nomor tersebut.

Akhirnya sampailah Axel di rumah Angga. Angga yang sudah sejak tadi menunggunya., begitu mendengar suara motor Axel segera keluar.

"Ayo..." ajak Angga yang sudah memakai helm dan jaketnya.

Keduanya segera meluncur menuju sebuah rumah, yaitu teman Angga. Akhirnya sampai juga mereka di rumah Angga setelah 1 nam perjalanan mereka tempuh. Mereka di sambut dengan ramah. Langsung saja ke pokok masalahnya, Axeldan Angga mengutarakan niat kedatangan mereka, yaitu meminta bantuan teman Angga.

"Gimana men, bisakan lu bantu temen gua...?" tanya Angga kepada temanya.

"Bisa kok, tenang saja..."

Axel segera menyebutkan nomor yang telah mengirim vidio tersebut. Teman Angga segera mengutak atik di komputernya. Rasa penasaran menyelimuti Axel dan Angga. Ingin cepat tau siapa pemilik nomor tersebut. Setelah satu jam berlalu akhirnyaaa.

"Nah udah selesai..." kata teman Angga dengan senyum mengembang di bibirnya.

"Siapa nama pemilik nomor tersebut bro..."

Di sini namanya si Rere...."

"Apa??!! Rere...??!!! "

Tak percaya mendengar nama yang di sebutkan teman Angga. Keduanya saling berpandangan dan mata terbelalak.

"Kenapa Rere bisa berbuat seperti itu..?"

Angga cuma bisa mengangkat kedua pundaknya. Setelah berbincang bla bla bla, akhirnya Angga dan Axel pamit pulang. Karena hari sudah siang juga. Tak lupa Axel mengucapkan terima kasih dan memberikan bingkisan sebagai ucapan tanda terima kasih.

Sepanjang perjalanan, mereka ngomongin soal Rere. Mereka masih tak percaya kalau Rere bisa melakukan hal itu. Diantara Axel dan juga Rere tak pernah ada masalah apapun. Tapi kenapa gitu lo....?

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!