BAB. 08

Axel sangat dingin sekali sikapnya saat Tasya duduk bergabung bersama mereka.Sedingin gunung es di kutub utara. Anggalah yang banyak bertanya ini itu. Pertanyaan yang memuakakn menurut Axel. Muak dengan orangnya atau pertanyaanya? Sudah pasti dua-duanya. Axel hanya diam dan lebih fokus ke ponselnya.

"Xel, gimana kabar kamu....?" sapa Tasya.

"Baik.." jawabnya masih tak bergeming dari tatapan ponselnya.

"Sudah tiga tahun tidak jumpa ya...?" imbuh Tasya lagi.

"Iya." singkat sekali jawaban Axel.

"Eh Sya, denger-denger kemarin abis lulus lu kuliah ke London ya, emang bener Sya...?" tanya Angga mengalihkan pembicaraan agar tidak kaku.

"Emm iya bener sekali. Ini aku pulang, kangen tanah kelahiranku..." jawab Tasya melirik ke arah Axel.

Sebenarnya aku kangen sama kamu Xel. Semenjak kita berpisah, aku di hantui rasa bersalah. Aku seperti boneka hidup setelah berpisah denganmu. Daren yang aku anggap calon tunangan yang baik, ternyata doyan maen perempuan di belakangku. Aku menyesal Xel, telah membuat kamu kecewa dan sakit hati, maafkan, maafkanlah aku Xel. Ingin rasanya aku ngomong ini semua ke kamu, namun aku sudah tidak ada hak.

Tasya bergumam dalam hati. Rasa penyesalan kini telah mengahntui dirinya. Karena menuruti kedua orang tuanya, kini dia menderita. Pesta pernikahan segera di langsungkan kalau kuliahnya sudah selesai. Dan itu pun tinggal menghitung bulan.

Kehadiran Tasya seolah tak di anggap oleh Axel. Ia tak menghiraukan Angga yang sedang ngobrol basa-basi dengan Tasya.

Xel, kenapa kamu tidak bertanya kepadaku? Aku rindu dengan suara lembutmu. Sudah lama tidak berjumpa, kamu makin cakep dan semakin membuat jantungku berdegup kencang. Axeeeeellll.....

Tasya masih bergumam dalam hati sendiri. BerharapAxel menanyai ini itu.

"Kamu nggak bosen di sini..?" pertanyaan yang menohok keluar dari bibir Axel.

Tasya dan Angga terkejut. Mautidak percaya itulah Axel. Sahabat yang ia kenal sejak dulu.

"Eemmm, iyaaku mengerti. Tapi aku mau bertanya satu hal sama kamu, apakahkamu sudah menemukan penggantiku di hati kamu...? Kalau sudah, bolehkan kamu pertemukan aku denganya, cuma ingin sekedar berteman atau mengenalnya saja."

"Siapa kamu mengajukan pertanyaan seperti itu, sudah ada pengganti atau belum, itu bukan urusan kamu lagi, dan tidak usah mencampuri kehidupanku lagi okay....?" jawab Axel yang sangat menusuk hati Tasya. Tasya menelan ludah pahit. Sebenci itukah Axel kepadanya?

"Aku tau, kamu marah kamu membenciku, tapi jangan seperti ini, aku hanya ingin berteman saja denganmu. Aku sadar pernah menaruh luka di hatimu, untuk itu aku ingin meminta maaf dan menebus semuanya..." kata Tasya membujuk.

"Tidak perlu, aku udah maafin kamu dari dulu. Aku minta satu hal dari kamu, tolong dengan sangat, kamu jangan muncul di hadapan aku lagi, okey...!! Itu saja..." kali ini Axel serius, hinggaia mengalahkan pandanganya dari ponsel dan menatap Tasya dengan tajam.

Apa ini. Kenapa aku masih saja kangen kedua bola mata teduh ini. Mata yang sendu saat menatapku dulu. Mata indah yang selalu aku rindukan. Tapi tidak Tasya. Tidak. Aku tidak mau memberikan kamu tempat di hatiku lagi.

Axel bergumam dalam hati. Lalu dengan segera mengalihkan pandanganya ke tempat lain. Saat itulah ia tak sengaja melihat seorang gadis yang sedang duduk di kursi di pojok ruangan. Sendirian pula. Paras yang tidak terlalu cantik, namun sangat manis.

"Xel, Axel....?!!!" panggil Angga dengan agak kenceng.

"Iya, napa si teriak-teriak..."

"Elu sih dari tadi di panggil Tasya gak nyaut-nyaut..."

"Ya sudah Xel, Angga aku permisi dulu." pamit Tasya.

"Iya Sya..." jawab Angga.

"Iya..!!" sahut Axel ketus. Tasya tersenyum. Lalu dengan perlahan ia melangkah meninggalkan Axel dan juga Angga.

"Lu terlalu banget Xel..." ucap Angga.

"Gak peduli." Angga hanya berdecak.

Tak berapa lama pelayan datang membawa dua cangkir kopi. Pandangan Axel kembali tertuju kepada gadis yang duduk di pojok ruangan. Gadis dengan baju putih motif bunga, perawakan agak kurus itu menjadi pusat perhatianya. Dengan rambut agak bergelombang yang ia gerai, semakin menambah manis wajahnya. Ia terlihat sibuk mengutak atik laptopnya.

"Liatin apa si, mpe segitunya..." ujar Angga yang mengikuti arah tatapan Axel.

"Oooo, itu to, ya ya ya...."

"Apa sih, rese aja lu. Oh iya tadi emang lu mau ngmong apa ke gua, kalau lu gak jadi ngmong awas aja lu..." kata Axel sedikit menggertak Angga.

"Ya itu, mau ngmong sama lu, kalau beberapa hari lalu gua ketemu sama Tasya dan dia minta supaya gua pertemuin dia sama lu, tapi lu jangan marah dulu men, gua hanya kasian sama dia, abisnya dia melas banget, ya udah gua ajak aja lo ke sini.." jelas Angga.

"Wah kalau bukan sahabat gua, loudah gua maki-maki Ngga...." ucap Axel sewot.

Keduanya ngobrol dan bercanda tawa sampai kopi mereka habis. Malam pun kian larut. Keduanya sepakat untuk segera pulang. Dan mereka pun meninggalkan meja.

Axel juga melihat, gadis yang tadi duduk di pojokan juga berbenah memasukan laptop ke dalam tas yang di bawanya. Kelihatanya dia gadis yang sudah bekerja. Saat melewati mejanya, Axel menyempatkan kedua matanya menatap sekilas ke arah gadis itu. Sial. Saat kedua mata Axel menatapnya, mata gadis itu juga tak sengaja memandang Axel. Namun gadis itu segera pergi seperti terburu-buru, mendahului Axel dan juga Angga.

"Ckckck..., gadis yang manis..." seru Angga yang mengagumi sekilas wajah gadis itu. Axel hanya melirik Angga.

Keduanya menuju parkiran dan dalam hitungan detik sudah meninggalkan cafe tersebut. Sementara, gadis yang tadi di lihat Axel, ia terlihat mengendarai sebuah motor matic. Scoopy warna dark grey sedang membawanya pulang. Tak lupa sebagai pengaman ia mengenakan helm sebagai pelindung kepala.

Sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya sampailah gadis itu di sebuah kos-kosan yang cukup bagus. Kos yang khusus di huni oleh cewek-cewek. Setelah memarkirkan motornya, Ia berjalan menuju kamarnya yang berada di deretan paling depan dekat dengan gerbang. Ada kurang lebih 5 kamar di kosan tersebut dan semuanya berpenghuni. Rata-rata yang menempati kos tersebut adalah gadis yang sudah bekerja. Ada yang kerja di kantor, dan lain sebagainya.

"Baru pulang, Kil..?" sapa Gita melihat tetangga kosnya sekaligus teman curhatnya itu.

"Iya Git...." jawab Killa tersenyum.

Ya, gadis itu bernama Killa Raya Maheswari. Sejak kecil ia telah di tinggal ayah dan ibunya ke surga. Hanya sebuah foto yang menjadi kenangan dan sebagai pengobat rindu jika ia kangen sama keduanya. Belum sempat juga ia di berikan saudara, Tuhan telah memanggil ayah dan ibunya karena sebuah kecelakaan. Ia hidup bersama neneknya hingga sampai saat ini. Di usianya yang ke 30 tahun ini, ia masih saja sendiri. Belum di temukan dengan jodoh yang cocok alias masih jomblo. Ia bekerja di sebuah toko baju yang tak jauh dari tempatnya kos.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!