Aku Mohon Bertahan

“Dia, wanita keras kepala yang sangat lama aku sukai. Saat pertama kali, mata kami bertemu untuk memulai kelas musik rasanya waktu seakan berhenti. Menyisakan kami berdua, rambut lurusnya tergerai menambah kecantikannya.”

“Bukan waktu sebentar menyembunyikan perasaan yang semakin besar, akan tetapi dia sangat disukai di kalangan pria. Akhirnya, aku mundur perlahan untuk berhenti mencintainya. Percobaan berkali-kali aku tetap gagal, melihatnya semakin bersinar. Memantaunya melewati layar ponsel, ternyata sekarang sudah dihadapanku. Dia, Calliope Allegra,” ucap Liam yang merasa keberuntungan berada padanya.

Calli yang sudah berdiri di samping Liam, ditatap penuh cinta oleh suaminya. Kedua wanita yang melihat masing-masing anaknya saling menyalurkan senyuman malu-malunya. Calli sesekali tertunduk, harunya tidak terbayangkan dengan perjuangan mereka yang telah mempersiapkan ini dengan rapi.

Arlova menarik Arlo untuk berdiri di tengah-tengah mereka. “Mama, apa Mama sudah mencintai Papa lagi? Kata Papa, Mama sekarang sudah berubah. Memangnya Mama dulu seperti apa?” tanya Arlova mendongak.

“Mama sudah cinta tapi sangat sedikit, Mama belum berubah sayang. Hanya saja ada perubahan yang tidak bisa Mama jelaskan,”jawab Calli.

Arlova menyenggol Arlo yang hanya diam untuk berbicara. “Kenapa?” tanya Arlo polos.

Arlova mengedip-ngedipkan matanya layaknya memberitahu sesuatu. Namun, Arlo yang tidak cepat tanggap membuat Arlova menghela napasnya berat.

“Arlo payah! Apa tidak ingat adegan selanjutnya apa?” ucap Arlova sambil menepuk jidatnya.

Arlo melongo mengingat-ingat, sedangkan Calli kebingungan apa yang sedang mereka bicarakan. Lana dan Rengganis hanya penikmat suasana, kali ini mereka memutuskan untuk akur.

“Aduh! Biar Arlova saja yang bicara, Kak Arlo kebanyakan menghafal jadi lupa bagiannya,” kata Arlova dengan nada kesal.

Arlova memberikan kode pada tangannya agar Calli dan Liam mendekati Si kembar. Keduanya berjongkok, mengikuti perintah putri kecilnya.

“Papa, Mama, kalau Arlova dan Kak Arlo suka dengar orang tua teman-teman di sekolah. Mereka sering bilang sayang, terus kalau mereka berangkat sekolah pun melakukan cium pipi. Nah, kenapa Arlova dan Kak Arlo tidak pernah melihatnya Papa, Mama melakukannya, ya?” tanya Arlova.

“Malahan Mama sering sekali panggil Papa dengan sebutan nama. Bukankah itu tidak sopan ya, Ma? Kan, Papa lebih tua daripada Mama,” kata Arlo menambahkan ucapan adiknya.

“Kamu saja yang menjawab,” titah Liam melemparkannya pada Calli.

Kedua anaknya itu bukan mendapat cerita temannya, lebih tepatnya ajaran Liam yang membuat mereka mempertanyakan ini. Akan tetapi untuk menyaksikan secara langsung, memang ada beberapa anak yang diantar kedua orang tuanya dan mendapatkan perlakuan semacam itu.

Antara penasaran dan anaknya ingin juga diperlakukan semacam kiss morning ketika hendak berangkat menuntut ilmunya. Hal itu juga, dapat menambah semangat mereka untuk belajar.

“Lempar aja terus, baiklah Mama akan jawab, ya. Menurut Mama, perkataan kalian ada benarnya. Mama minta maaf karena Mama tidak akan menjawabnya. Ini jadikan pelajaran bagi kalian nanti, kalau sudah menikah tidak boleh memanggil nama pasangannya, ya. Biar romantis diganti dengan sebutan ‘sayang’ atau panggilan manis lainnya,” jawab Calli menekankan katanya dan salah satunya mengalungkan tangannya ke leher Liam erat.

Liam yang merasa sedikit tercekik, hanya memaksakan senyumnya. “Kamu yang mengajari mereka, kan? Dasar! kebiasaan ngadu terus,” bisik Calli.

Setelah acara makan malam selesai, mereka kembali lagi ke rumah. Rengganis memutuskan untuk menginap di tempat Calli, berkat bujukan kedua cucunya.

Perjalanan yang lumayan ramai, membuat Si kembar tidak lepas melihat sisi kanan kiri. Jarang sekali di ajak keluar di malam hari lantaran kesibukan Calli. Keindahan lampu warna-warni yang memikat penglihatan mereka.

Ketika sudah sampai, Calli memastikan dulu agar kedua anaknya membersihkan badan dan bersiap untuk menyiapkan buku sekolah besok. Rengganis tiba-tiba masuk, sengaja menyentak tubuh Calli agar menjauhi cucunya.

Mendapati kelakuan mengesalkan mertuanya, Calli memutar kedua bolanya jengah. “Apa yang Mama lakukan di sini? Arlo dan Arlova akan tidur,” tegur Calli.

“Mumpung menginap, Mama akan tidur bersama mereka,” jawab Rengganis melengos.

Arlo dan Arlova memperhatikan kasur mereka. “Nenek badannya agak gendut, memangnya muat menyelip di sini? Bukannya Nenek sudah diberi kamar oleh Mama,” ucap Arlova yang membuat Calli menahan tawa.

Rengganis memberikan tatapan tajam sekilas. “Sini, biar Nenek coba dulu berada di tengah.” Rengganis merebahkan badannya.

“Ini sisanya masih banyak, loh. Ayo! kalian cepat peluk Nenek,” titah Rengganis.

Keduanya menghampiri. “Nenek selalu saja serius, nanti cepat tua. Arlova tadi hanya bercanda Nenek,” ujar Arlova.

“Nenek kan memang sudah tua sayang, sudah Mama tinggal dulu, ya” celetuk Calli lalu meninggalkan mereka.

“Menantu kurang ajar, aku tidak setua itu,” batin Rengganis memegangi wajahnya.

Liam sudah terlelap duluan lantaran kelelahan. Calli mendekatinya, membenarkan selimutnya yang tak beraturan. Kemudian, dia juga ikut menyusulnya.

...****************...

Rengganis yang sudah menyiapkan sarapan, mencari perhatian pada kedua cucunya agar lebih mendapatkan cinta ketimbang Lana. 

Arlo dan Arlova berlari menuju meja kegirangan. Entah apa yang membuat mereka sangat antusias. Rengganis membukakan kursi yang sudah Calli persiapkan khusus untuk keduanya.

Liam baru keluar, matanya masih merah dengan rambut yang acak-acakan. Hari ini, Calli yang akan mengantarkan kedua anaknya sekolah bersamaan dengan kegiatan promosinya. Masih biasa, Calli akan mendapat jemputan dari Amar.

Liam sengaja bergegas menemui kedua anaknya untuk menjadi mata-mata Mamanya bersama pria lain. Sedangkan, Calli masih sibuk dengan riasannya. Lana baru saja ikut bergabung, duduk berhadapan dengan Rengganis.

“Kembarnya Papa, nanti dijemput Om Amar. Ingat permintaan Papa semalam, kan?” ujar Liam mengingatkan misi untuk Si kembar.

Setidaknya, Liam merasa terbantu dengan kedua anaknya yang bisa menjadi kamera pengawas meski hanya sebentar. Bukan curiga, melainkan Liam selalu merasa cemburu kalau sudah berhubungan dengan Amar.

Arlo dan Arlova memberikan kedua jempolnya menghadap Amar dengan jawaban jelas, mereka sangat mengingatnya jelas. Liam mengangguk-angguk senang.

“Apa yang sedang kalian bicarakan?” tanya Rengganis yang ingin tahu.

“Rahasia, Nenek tidak boleh mengetahuinya,” balas Arlova.

Amar sudah menunggu, ketiga orang yang ditunggunya sudah keluar. Calli yang hendak duduk di depan, tangannya dicegah oleh Arlova.

“Mama, bolehkah Arlova saja?” Arlova menunjuk kursi kosong itu.

“Boleh, sayang. Padahal tidak akur dengan Om Amar tapi duduknya mau deketan,” sindr Calli yang membantunya masuk.

Calli dan Arlo duduk di belakang. “Arlova mau menjalankan tugas … eh, maksudnya melihat pemandangan lebih jelas. Kalau di depan lebih luas dan mudah, Mama,” sahut Arlova, dia sangat pintar beralasan. Ajaran siapa? Jelas Papanya.

...***...

Menjelang siang, Calli akan kembali melakukan pengambilan video bersama dengan rekan kerjanya. Amar mengamatinya, Calli yang terlihat sempurna di matanya.

Calli memiliki istirahat sejenak, Amar membelikannya makan dan minum. Calli memang sangat jarang akrab dengan sesama artis, jika ingin paling sebatas tegur sapa dan berbincang itu pun sangat singkat.

“Kak, kamu sudah makan? Cuma buat aku aja ini?” tanya Calli hendak makan.

“Iya, kenyang-kenyang makan. Habis ini kerja lagi,” balas Amar yang tanpa menatapnya.

Amar memainkan ponselnya, banyak sekali yang perlu diurus. Selain menjadi manajer, Amar juga sedang menjalankan bisnisnya di dunia kuliner. Baru saja dia memulainya, Calli berniat akan membantunya untuk memasarkannya.

Ponselnya berdering, panggilan dari Tamika. Amar menjawabnya. “Apa?! Kecelakaan?” ucap Amar terkejut mendapati suara orang lain.

Calli menghentikan tangannya yang hendak mengambil nasi. “Siapa yang kecelakaan, Kak?” tanya Calli khawatir.

“Tami.” Amar masih berpikir dan memijat pelipisnya masih tidak percaya.

Calli mengambil kunci mobil Amar yang berada di atas meja, dia berlari tanpa berpikir. Meninggalkan syutingnya yang belum selesai, Amar terperanjat dilewati Calli tanpa mengatakan sepatah katapun. Amar bertindak cepat, menghubungi Liam untuk menjemputnya.

“Pasti dia mengebut, bagaimana kalau juga terjadi hal-hal buruk lainnya? Calli kebiasaan kamu susah sekali dihilangkan, bertindak tanpa memikirkan yang lainnya,” ucap Amar yang menanti jawaban Liam.

Air mata yang tidak bisa Calli kondisikan, menginjak pedal gas mobil dengan kecepatan tinggi. Kekhawatirannya terhadap Tami sudah diambang batas, hanya Calli yang dimilikinya saat ini. 

“Aku mohon bertahan ya, Tami. Janji bertahanlah, berjuanglah untuk tetap hidup,” kata Calli, isak tangisnya mengalir deras membasahi pipi.

...-------------...

Terima kasih telah membaca karya ini.

Mohon dukungannya dengan memberi like, vote, subscribe, dan beri ulasan💜

^^^Salam Hangat^^^

^^^Cacctuisie^^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!