Pelakunya bukan Vanya

“Kalian tidak mengajakku?” tanya sepupu Calli, Lia pada teman kuliahnya.

“Kalian mendengar suara tidak? Apa telingaku yang salah dengar?” ucap salah satu dari tiga wanita itu.

Kebiasaan mereka setelah jam perkuliahan telah selesai, nongkrong di sebuah kafe. Sepupu Calli, anak dari wanita jahat yang telah tega menyekap Mamanya. Dia terkejut ketiga temannya bersikap seolah-olah keberadaannya tidak ada. Sejak pagi bertemu sampai sekarang, dia bingung sendiri.

“Kayaknya memang aura kelas kita sudah bahaya. Ada hantu pencuci uang orang sedang gentayangan, ngeri enggak sih?” ucapnya.

“Kamu menyindirku?!” bentak Lia menyentak tangan temannya.

“Kamu tersindir? Bagus, biar segera sadar diri. Berlagak bertingkah seperti ratu padahal kenyataannya hanya seorang cupu. Perebut milik orang lain, selain pacar sahabatmu ternyata keluargamu sangat lihai mengambil harta orang lain,” balasnya lagi.

Lia semakin memanas, matanya berkabut emosi yang tidak tertahankan. Dia menjambak rambut temannya yang sudah berkata pedas itu sekuat tenaga. Kedua wanita lainnya yang tidak terima, membantu menjambak rambut Lia. Akhirnya, Lia terjatuh akibat dorongan ketiga wanita itu.

“Kenapa sefakta ini, ya? Kami enggak pernah mempermasalahkan teman miskin maupun kaya, tetapi kebohongan? Maaf, manusia seperti itu tidak ada tempat untuk masuk di lingkaran kami. Sudah, kita tinggalkan saja dia.” Wanita itu beranjak pergi, diikuti dua lainnya.

“Memangnya mereka siapa? Beraninya menyentuhku, aku juga tidak peduli dengan kalian.” Lia mengusap kepalanya yang berdenyut nyeri.

Lia yang merasa kesal sudah memiliki target bahwa pelakunya adalah Calli. Dia mengadu kepada Mamanya, kejadian yang dia alami hari ini. Bukannya mendapat dukungan, Lia terkena omelan karena sudah memilih teman yang salah. Memang benar salahnya, dia tidak ingin berteman dengan orang yang terlihat lemah, apalagi berkekurangan.

Di lain tempat, Liam merasa puas mendapatkan laporan dari salah satu orang yang sudah melakukan pekerjaannya dengan baik.

“Kenapa senyuman mu begitu?” tanya Calli yang sedang bersiap untuk syuting.

“Sebentar lagi aku akan dipanggil sayang, gimana enggak bangga sama pencapaianku?” balas Liam seraya menaikkan kedua alisnya.

Calli menggelengkan kepalanya yang masih menatap cermin. “Kamu selalu saja percaya diri, memangnya sudah melakukan apa untuk mereka?” tanya Calli lagi.

“Sudah aku bilang, aku akan memulainya dari anak wanita yang manja itu. Perlahan mereka juga akan ikut aku hancurkan, bagaimana pekerjaan suami wanita itu? Apakah perlu aku mengusiknya juga?” sahut Liam mendekati Calli.

“Bolehkan jahat sekali tapi tidak nanggung-nanggung?” ucap Calli ragu.

Sejujurnya, Calli tidak ingin melakukan hal semacam ini. Dia ingin berdamai dengan masa lalunya, namun ini menyangkut Mamanya yang sudah menerima penyiksaan. Bukan waktu sebentar, beberapa tahun silam Mamanya merasakan luka dan sekarang menelan trauma yang membekas dalam ingatannya.

Bohong jika Calli tidak kecewa dengan dirinya, sedang melihat Mamanya sering berteman dengan kegelapan. Sama seperti seseorang yang pernah menguncinya di ruangan yang kosong tanpa cahaya. Lalu, ketika hendak digunakan dia dikeluarkan layaknya pembantu yang harus memenuhi permintaan majikannya.

“Aku tidak akan mengatakan boleh atau enggaknya, Calli. Memang tidak semua luka harus dibalas luka, tetapi jika sudah mengganggu keluargamu. Sesekali untuk membuat mereka merasakannya, aku anggap itu karma.” Liam memegang bahu Calli dari belakang.

“Kalau begitu aku pasrahkan semuanya padamu, aku akan memberikan bonus jika semua terbayar lunas,” sahut Calli yang membuat Liam salah tingkah.

“Sepakat, ya? Awas kalau kamu bohong, enggak akan aku biarkan kabur dari kamar ini,” ujar Liam, terakhir kalimatnya mendekatkannya pada telinga Calli.

Calli bergidik ngeri. “Aku mau berangkat, minggir.” Calli menepis tangan Liam.

Liam malah menahan tangannya. “Aku akan mengantarmu.”

“Enggak usah, Kak Amar sudah di depan menjemputku.” Langkah Calli masih saja terhenti.

“Kenapa harus berangkat berdua, sih? Aku mau jadi sopir kamu setiap hari,” ungkap Liam merasa panas hati.

Calli perlahan melepaskan tangannya lagi. “Liam, aku tidak ingin berdebat. Ada hal penting yang harus kami bicarakan, hari ini juga sudah terakhir aku syuting. Jangan berpikiran buruk terus.” Calli benar-benar meninggalkan Liam yang merasa hampa.

“Kenapa aku merasa ditolak setelah menyatakan cinta?” tanya Liam memperhatikan sekitar, kosong tanpa ada seseorang yang menjawabnya.

Calli berpamitan pada Lana sebelum berangkat, dia membuka pintu. Benar, Amar sudah menunggunya sejak beberapa menit lalu.

“Semenjak punya suami, makin lama siap-siapnya,” sindir Amar ketika Calli duduk.

“Biasalah, kerjaan istri banyak jadi harus diselesaikan dulu,” balas Calli dengan tatapan datar.

...***...

“Aku ingin berbicara denganmu,” ujar Vanya.

Posisinya saat ini, mereka sudah menyelesaikan proses syuting. Vanya yang masih perlu mengatakan hal yang mengganjal dalam hatinya memberanikan diri menemui Calli. Sikap dingin Calli terhadapnya, sangat membuat Vanya tidak nyaman.

“Aku hanya memiliki waktu lima menit, lebih dari itu aku tidak bisa,” balas Calli.

Vanya mencoba duduk sebelah Calli dengan berjarak. “Aku selalu terganggu setelah melakukan penyebaran itu. Aku tidak ingin basa-basi, tujuanku menyebarkannya yakni aku ingin mendapat perhatian darimu. Kamu seorang senior, usia kita memang cuma terpaut satu tahun. Tetapi, tetap saja aku harus menghormatimu, bukan?”

“Sebentar, kenapa kamu ingin mendapat perhatianku?” tanya Calli curiga.

“Aku ingin dekat dan menjadi teman untukmu. Jangan menyela dulu, aku paham kamu tidak membutuhkannya. Akan tetapi, aku sendiri yang membutuhkan sosok Calli. Aku selalu termotivasi saat menemukan video lama mengenai perjuanganmu sampai di titik ini. Membayangkannya aku sudah ingin mundur, lagi dan lagi aku tidak ingin menyerah karena kesulitanku tak sebanding,” jelas Vanya yang masih didengar oleh Calli.

“Hanya itu alasanmu?” tanya Calli lagi.

“Bukan, poin pentingnya berada pada sahabatmu. Aku melakukan itu untuk mendahuluinya. Sempat terpikirkan dalam benakmu, kenapa foto-foto itu menyatakan bahwa ‘apakah ini anak Calli?’ bukan dengan pernyataan yang lain?” ujar Vanya yang membuat Calli kebingungan.

“Aku lakukan karena dia hendak mengunggahnya untuk menggiring komentar orang-orang yang tak menyukaimu lebih membencimu.”

“Sudah cukup membual, Vanya. Waktumu habis, kamu terlalu bertele-tele menyampaikan maksud busukmu itu.” Calli memasukkan cermin kecilnya ke dalam tas, dia akan pergi.

“Tunggu! Sahabatmu Tami, aku mendengarnya langsung ketika kita pernah projek bareng di masa lalu. Dia mengatakannya sendiri di dalam kamar mandi waktu mengunjungimu, dia juga menyukai suamimu sejak lama. Pikirkan sahabat macam apa yang menusukmu dari belakang berkali-kali?” ucap Vanya.

“Berhenti! Kita sudah tidak memiliki ikatan kerja lagi. Aku akan melupakan kejadian ini, jangan lagi sebut-sebut sahabatku!” bentak Calli.

Calli memilih pergi, kepalanya sakit mendengarkan ungkapan Vanya yang berbelit-belit menyalahkan sahabatnya. Padahal, sudah sangat jelas dia yang sudah menyerahkan foto-foto tersebut kepada media.

“Kamu sudah makan?” tanya Amar.

“Belum, Kak. Kakak tahu, Vanya setelah mengaku sudah mengambil fotoku dengan Si kembar, lalu barusan saja dia menuduh Tami yang akan melakukannya. Dia duluan melakukan itu, berdalih mencegah Tami menggiring opini negatif. Mana dia bilang Tami sangat menyukai Liam, gila banget wanita itu,” ujar Calli.

“Kalau menurutku, kamu bisa selidiki juga. Aku bukan ingin membela Vanya, tapi sesekali kamu perlu menaruh curiga pada sahabatmu itu,” balas Amar yang mulai menggoyahkan kepercayaan Calli.

...-------------...

Terima kasih telah membaca karya ini.

Mohon dukungannya dengan memberi like, vote, subscribe, dan beri ulasan💜

^^^Salam Hangat^^^

^^^Cacctuisie^^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!