Luka Lana

Senja yang memberikan kesan keindahan, keluarga kecil itu mengakhiri libur sehari dengan menjalankan misi ‘kegemaran’ telah usai. Calli sangat terkesan dengan persiapan yang telah Liam rencanakan. Apalagi melihat tawa yang belum pernah dia lihat dari kedua anak kembarnya.

“Kesayangan Papa sama Mama, sini. Kita foto dulu berempat.” Liam menyusul kedua anaknya yang sibuk bermain.

Calli juga meminta bantuan orang sekitar, tanpa sadar dia mendengar celetukan yang sangat menyakitkan dari seorang wanita yang sedang berkumpul.

“Lihat, itu Calli, kan? Artis yang punya anak kembar di luar nikah? Kayak gitu masih saja laku, pasti jadi simpanan orang penting,” ucap salah satu wanita.

“Iya, benar sekali. Tapi, banyak yang bilang istrinya Liam. Penyanyi favoritmu itu,” respon wanita yang lain.

“Mana mungkin, video itu bisa saja di edit. Liam aja terlihat seperti orang benar. Mana mau sama bekas orang, pastinya gonta-ganti pasangan. Duh, miris sekali.”

Calli merasa sangat terguncang dengan ucapan-ucapan jahat itu, dadanya berpacu cepat naik turun. Telinganya memanas, sudah berapa kali dia mendengar hujatan semacam ini. Tangannya terkepal kuat, akankah Calli membalas omongan menyakitkan itu?

“Aku harus bagaimana? Jika membuat keributan sekarang, maka Si kembar akan melihatnya secara langsung. Calli, kamu pasti bisa menahannya,” ucap Calli lirih menahan rasa cemasnya.

Jangan sampai gangguan kecemasannya terjadi di sini. Masalah besar akan menimpanya, belum lagi kedua anaknya yang akan menyaksikan luka Calli yang telah disembunyikan secara rapi.

Dari kejauhan Liam yang merasakan ada yang aneh dengan Calli, dia mendekatinya merangkul istrinya. Membuat para wanita itu terkejut, penyanyi terkenal yang mereka nikmati lagunya benar-benar suami Calli.

“Kamu nggak papa?” tanya Liam. Calli menggelengkan kepala, dia akan baik-baik saja.

“Hah?! Ini beneran Mas Liam? Boleh minta fotonya?” tanya salah satu dari mereka.

Liam membalasnya dengan senyuman, tangannya masih merangkul Calli. “Tentu, boleh. Izin terlebih dahulu dengan istri saya, kalau diizinkan kita bisa berfoto.” Liam menunjukan ke arah Calli, mengkode dengan matanya.

Mereka nampak malu, sudah mengatakan hal-hal buruk pada istri penyanyi yang sangat mereka idolakan. Tanpa ragu, mereka yang meminta maaf secara bergantian, kemudian meminta izin Calli agar suaminya bisa mengambil foto dengan mereka.

Dengan berat hati, Calli mengizinkannya. Usai permintaan mereka dikabulkan, Liam kembali meminta bantuan kepada mereka agar difotokan. Mereka kembali dikejutkan, ketika Liam menggandeng kedua anak kembar itu.

“Tidak menyangka, mengidolakan Liam sejak lama. Ternyata sekarang harus menerima kalau sudah memiliki istri dan anak. Nggak ada kesempatan buat kita lagi, ya?” ucap wanita itu bercanda sambil membawa kamera.

“Kalian masih bisa menikmati lagu-laguku, cintailah aku sewajarnya saja. Aku sudah mempunyai cinta untuk keluargaku,” balas Liam tersenyum simpul.

Sebelum mereka pergi, Liam hendak mengatakan sesuatu pada mereka. “Terima kasih, sudah menjadi penggemar Liam. Aku sangat senang bisa bertemu kalian, tapi kalau boleh berpesan pada siapapun itu. Bijaklah menerima informasi, jangan mudah menilai buruk orang lain. Bagaimana jika posisinya terbalik, salah satu kalian menjadi Calli, pasti kalian mengerti maksudku. Sampai jumpa lagi, mari bertemu kembali di versi terbaik kita dalam pertemuan selanjutnya,” ungkap Liam memberikan wejangan pada penggemarnya.

“Berarti akan ada konser lagi?”

“Akan Liam usahakan, tolong tunggu Liam sampai hari itu tiba, ya.” Liam mengedipkan salah satu matanya lalu meninggalkan mereka.

Reaksi mereka sangat senang mendapatkan kedipan dari Liam. Sampai mereka menutup mulut yang menganga saking sukanya melihat senyuman Liam yang manis.

Liam mengusap kedua bahu Calli yang masih gemetaran. “Lain kali, kamu bilang sama aku kalau ada orang seperti itu lagi. Aku akan selalu ada untuk kamu.” Peluk Liam menenangkan Calli.

Arlo dan Arlova memperhatikan kedua orang tuanya dengan senyuman, mereka mengira bahwa mereka sedang menyalurkan rasa cinta satu sama lain. Mereka mendekat, Liam dan Calli berjongkok. Berpelukan bersama, mencium kedua anaknya dengan kasih sayang.

“Mari kita bereskan ini, lalu pulang,” ajak Liam.

“Benar Papa, Arlova waktu di sekolah juga begitu. Kata Miss kalau sudah berantakan harus dibereskan kembali,” ucap Arlova.

Sontak Arlo menoleh ke arah Arlova tidak suka. “Kamu selalu meletakkan barang di meja Arlo. Sebelum Arlo marah, kamu tidak merapikannya,” sindir Arlo menatap adiknya sinis.

“Dasar! Kak Arlo suka mengadu, padahal Arlova cuma iseng aja. Tapi, Kak Arlo sudah marah-marah ‘bereskan barang kamu sendiri Arlova’ kalau nggak ‘Mama, Arlova selalu tidak merapikan barangnya’ iya, kan?” balas Arlova tidak terima.

“Sudah, mari kita selesaikan. Waktunya sudah mau gelap, kasihan nenek di rumah tidak ada teman rusuh,” tegur Liam.

Di perjalanan pulang, kedua anaknya sudah terlelap. Padahal gambaran Liam, mereka akan beradu mulut lagi, ternyata tebakannya salah. Sesekali Liam melirik Calli yang menatap luar jendela, Liam berusaha meraih tangan Calli dan menggenggamnya.

Sesampainya di rumah, mereka membersihkan badan dan makan malam bersama. Calli membiarkan Si kembar belajar setelah makan. Tiba-tiba saja, Lana yang dari tadi tidak banyak bicara langsung pergi ke kamar.

“Kamu istirahat saja, biar aku yang membereskan meja makannya,” titah Liam.

Calli yang enggan berdebat, mengikuti perintah Liam. Calli memeriksa kedua anaknya, mengintip dibalik pintu. Kebiasaan baik mereka, jika fokus belajar mereka tidak akan saling ganggu.

Melihat kamar Mamanya yang tidak tertutup rapat, Calli menghampirinya. Dari balik selimut, Calli sekilas memperhatikan ada yang salah dari pergerakan Mamanya.

“Mama kenapa?” tanya Calli khawatir yang telah duduk di tepian ranjang.

“Mama minta maaf sudah membuat kamu terluka lebih parah, Mama bahkan tidak bisa berada disampingmu saat dunia memperlakukanmu dengan sangat jahat.” Lana memeluk Calli erat.

“Semuanya sudah berlalu, Ma. Kita bisa dipertemukan lagi dalam keadaan sehat, Calli sudah bersyukur,” balas Calli.

“Bukan maksud Mama tidak mencarimu, Nak. Setelah kamu meninggalkan rumah, keluarga Ayahmu menyekap Mama. Sehingga Mama tidak bisa bergerak, bahkan di rumah Mama sendiri. Mereka memperlakukan Mama semacam pembantu, sedangkan di layar televisi Mama melihat semua perjuanganmu. Lalu, Mama menyerah untuk pergi dari sana, beruntungnya Liam menemukan Mama,” ungkap Lana berat.

“Maksud Mama selama ini sebenarnya Mama juga mengalami kesulitan? Kenapa Mama hanya diam tidak mengatakannya pada Calli lebih awal?” tanya Calli kecewa.

“Mama malu sudah menelantarkanmu begitu saja, padahal kamu sangat membutuhkan Mama. Mungkin kejadian itu menyadarkan Mama bahwa perbuatan Mama padamu itu adalah kesalahan. Makanya, Mama mendapatkan balasan setimpal. Mama menyesal sudah mengubur impian yang sejak kecil kamu inginkan,” jawab Lana.

Calli merespon dengan amarahnya, matanya menyorotkan rasa dendam. “Aku tidak akan membiarkan mereka tenang sepanjang hidupnya!” batin Calli dan kembali menenangkan Mamanya.

...-------------...

Terima kasih telah membaca karya ini.

Mohon dukungannya dengan memberi like, vote, subscribe, dan beri ulasan💜

^^^Salam Hangat^^^

^^^Cacctuisie^^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!