“Arlova, lihat buku gambar kamu selalu saja kamu taruh di meja Kakak. Ambil dan bereskan,” titah Arlo.
Mereka sudah siap berangkat sekolah, namun Arlo sangat tidak bisa melihat meja belajarnya berantakan. Kebiasaan buruk Arlova, ketika sudah mengerjakan sesuatu tidak diletakkan kembali pada tempatnya, kadang karena lupa kalau tidak memang dia ingin menyuruh Arlo marah. Keduanya memang sering mengganggu satu sama lain.
“Baik Kakak Arlo, sebentar Arlova sedang memeriksa kembali buku yang dibawa hari ini,” jawab Arlova.
Keduanya sudah siap, berjalan seperti pasukan baris berbaris mengarah ke meja makan. Laporan terlebih dahulu dengan Calli yang sudah menunggu kedatangan mereka. Calli selalu terhibur dengan tingkah Arlo dan Arlova.
Arlo memberi hormat kepada Calli dan memberikan tasnya. “Lapor, Mama. Arlo sudah memasukkan buku untuk belajar hari ini,” ucap Arlo.
Calli mengikuti drama kedua anak kembarnya, mengambil tas mereka dan melihat buku-buku mereka.
“Laporan diterima, semuanya lengkap. Silahkan mengambil tempat duduk dan sarapan dimulai,” sahut Calli.
Arlo dan Arlova makan dengan sangat lahap, Calli yang sibuk dengan pertimbangannya untuk membuat video klarifikasi. Dia akan berencana memasukkan kedua anaknya masuk dalam video tersebut. Namun, Calli tahu dia akan mengecewakan Amar yang telah memberikan arahannya agar tidak mengakui kedua anaknya. Calli memutuskannya sendiri.
“Mama, ayo dimakan nasinya. Kenapa Mama melamun terus?” tegur Arlova.
“Maaf, ya. Mama nggak melamun, kok. Mama lagi mengunyah dengan sangat pelan, biar makanannya hancur,” kilah Calli.
Tiba-tiba saja, Amar sudah bertamu saja di pagi hari itu. Amar menyapa kedua anak menggemaskan itu, mencium mereka satu per satu. Dia sangat mengkhawatirkan kesehatan Calli, lantaran dia pernah melakukan hal gila jika sudah mendapatkan hujatan dari para penggemar maupun netizen yang membencinya. Mengunci diri berhari-hari dan pernah sampai Amar frustasi mengurus pekerjaannya yang sudah menjalani syuting.
Arlova mengusap pipinya. “Om Amar, kumisnya kasar. Nanti pipi Arlova terluka karena terlalu lembut,” kesal Arlova.
Amar dan Calli sontak tertawa. “Sayang, siapa yang bilang pipi Lova lembut?” tanya Calli menahan tawanya.
“Miss Iva yang bilang, kulit Arlova bagus, lembut, dan gembul. Tidak boleh dicubit, apalagi kumis Om Amar menyakitkan,” jawab Arlova sambil mencebikkan bibirnya.
Calli kembali terkekeh dengan jawaban Arlova. Amar memperhatikan Calli, dia lega melihatnya. Calli bisa mengendalikan dirinya, pasti karena mereka berdua. Amar duduk di hadapan Arlova, sedangkan anak gadis itu memalingkan pandangannya.
Arlova turun dari kursi. “Kak Arlo, cepat nanti telat. Mama, Arlova sama Arlo berangkat dulu, ya. Dadah,” pamit Arlova.
Arlo juga ikut berpamitan, Arlova berhenti melihat Amar dengan tatapan tajam. Amar hanya bisa menahan dirinya untuk menghadapi kegemasan Arlova.
Arlo melewati Arlova yang membuat kepalanya mengikuti pandangannya melihat Arlo juga pamit dengan Amar. “Huh! Arlova sebenarnya marah dengan Om Amar, tapi Arlova tidak mau kalah sama Kak Arlo,” ujar Arlova mengangkat tangan kanannya untuk bersalaman.
“Kamu akan mengunggahnya hari ini, kan? Aku tahu ini berat, tapi kamu juga harus mempertahankan reputasi yang sudah lama kamu bangun dengan susah payah, Calli,” tutur Amar.
“Kak Amar tidak perlu khawatir, aku akan membuatnya hari ini, secepatnya. Aku ingin ke ruang latihan dulu, untuk mempersiapkan diri,” pamit Calli.
Tidak ada kecurigaan dari Amar, dia membiarkan Calli mengasingkan diri. Amar memilih pergi dari rumah itu. “Semoga kamu tetap kuat dan berdiri tegak, Calli,” ucap Amar sambil menutup pintu.
Calli mematikan lampu, membuka kain penutup jendela besar tersebut. Cahaya yang masih Calli nikmati sebentar, sebelum bertarung dengan alat musiknya. Menutup matanya, membayangkan setiap lukanya. Dengan seperti ini, dia akan mudah menjiwai permainan pianonya.
Memecah keheningan dengan menekan tombol nada bergantian, suaranya memenuhi ruang itu. Nada yang dimainkan Calli, seolah menceritakan isi hatinya saat ini yang sedang dia tahan. Getaran emosi yang menciptakan ketegangan dan sesekali dia mengekspresikan kesedihan. Permainan jarinya semakin cepat, air matanya mengalir begitu deras. Dia tidak mengatakan apapun dengan bibirnya, namun pergerakan dari badan hingga wajahnya semuanya tertuang dalam lagu itu.
Calli mengakhiri latihannya, tangannya bergetar hebat bersamaan dengan keringat yang jatuh perlahan. Tanpa ekspresi Calli keluar, minum air putih dengan napas yang memburu. Dia akan mengecewakan Amar, karena tidak menuruti perintahnya.
“Maafkan aku, Kak. Aku ingin anakku diakui,” ungkap Calli.
Sebentar lagi, Arlo dan Arlova akan segera tiba. Calli sudah bersiap-siap untuk mengambil video. Benar, kedua anak kembarnya itu sudah memasuki rumah bersama dengan pengasuhnya. Senyum lebar mereka berlari menghampiri Calli.
“Mama, cantik sekali. Mama mau keluar?” tanya Arlova memegangi Calli.
“Tidak, sayang. Mama akan memperkenalkan pada dunia, bahwa Mama memiliki malaikat kecil seperti kalian. Sekarang Arlo dan Arlova istirahat, makan, dan Mama akan menunggu di ruang tengah. Kita akan mengumumkan hal penting,” tutur Calli.
“Wah … berarti kita tidak lagi bersembunyi ya, Ma? Bisa jalan-jalan dengan bebas,” balas Arlo yang sangat menusuk hati Calli.
Calli mengangguk, dia membiarkan kedua anaknya mempersiapkan diri. Calli sudah menunggu di sana sambil membuka media sosialnya. Tangannya terkepal kuat membaca komentar pedas. “Aku akan membungkam mulut busuk itu dengan tanganku sendiri, andai saja tidak ada yang aku jaga,” kesal Calli.
Video itu sudah dibuat tanpa mengeditnya, dia langsung mengunggahnya tanpa peduli lagi. Arlo dan Arlova sangat bahagia, apalagi Calli mengatakan bahwa Papa mereka akan mengetahui ini. Mereka berharap bisa bertemu dengan sosok Papanya, bukan hanya melihat di layar ponsel.
“Apakah ada orang yang jahat menyakiti Mama?” tanya Arlo.
Arlova mencoba mencerna pertanyaan Arlo. “Tidak ada, sayang. Mama hanya membuka jalan, agar Papa bisa menemui kalian,” jawab Calli menjelaskan.
Unggahan tadi sudah Liam lihat, dia mengingat kembali masa reuni itu.”Kenapa sama persis dengan kejadian itu? Hah?! Aku melupakan satu hal, bahwa pagi harinya aku hanya mengenakan selimut putih dan bayangan wanita meninggalkanku. Aku yakin, dia Calli. Berarti anak itu …” Liam menghubungi Calli melalui media sosialnya, karena dia tidak memiliki nomor pribadi Calli.
“Baru sekarang dia sadar, baiklah kita memang harus bertemu,” gumam Calli membaca pesan dari Liam.
Malam ini, dia akan bertemu dengan Liam dengan membawa si kembar. Calli merias kedua anaknya dengan tangannya sendiri. “Mama harap kalian nanti tidak nakal dan tetap menjaga sikap,” pesan Calli yang langsung mendapat anggukan dari keduanya.
Liam sudah memesankan tempat tertutup yang bisa mempermudah pertemuan mereka. Calli membuka pintu, Arlo dan Arlova terperangah melihat bahwa penyanyi yang sering mereka dengar lagu-lagunya itu, yakni Papa mereka.
“Ternyata Papa sangat tampan kalau dilihat secara langsung,” ungkap Arlova.
Calli membantu kedua anaknya duduk di kursi tersebut. Liam masih sulit mempercayai bahwa dia sudah memiliki anak dari Calli. Suasana canggung macam apa ini, mereka hanya saling tatap. Si kembar tidak melepaskan tatapannya dari Liam, matanya berkedip berkali-kali, sudah lama menanti hari ini tiba.
“Ayo! Kita menikah, demi kebaikan Arlo dan Arlova. Mereka calon bintang, jangan disembunyikan,” ajak Liam pertama kali membuka suaranya. Calli membulatkan matanya sempurna. “Menikah?” jawab Calli spontan.
“Kita bisa tinggal bersama, menjaga kedua anak kita,” balas Liam.
“Papa, mau tinggal dengan Arlo dan Arlova? Mama ayo cepat menikah, Arlo ingin kita bersama-sama,” celetuk Arlo. Liam langsung mengangguk keras, tersenyum ke arah mereka.
Calli bingung, tidak mungkin dia menolak langsung di hadapan kedua anaknya yang sangat berharap. “Oke, tapi aku punya persyaratan yang harus kamu penuhi,” jawab Calli.
“Apapun itu aku akan mengabulkannya,” ucap Liam dengan keyakinannya.
...***...
Dua hari setelah itu, pernikahan yang mewah dilaksanakan secara diam-diam. Hanya dihadiri oleh keluarga saja, lantaran Calli tidak mempunyai seseorang yang diundang selain sahabatnya, Tamika. Calli juga sudah bisa berkumpul dengan Mamanya, Lana. Entah bagaimana Liam sangat mudah menemukan Mamanya, janjinya setelah pernikahan ini, ternyata lebih cepat dari dugaannya. Di acara yang sangat bahagia ini, Calli bisa mendapatkan maaf dari Lana.
Arlo dan Arlova berada di antara mempelai ini, tawa dan cerianya mereka tidak pernah Calli melihatnya. Ternyata seperti ini kebahagiaan yang mereka inginkan bisa bersama dengan Papanya. Di tengah sukacita ini, hubungan Calli dengan Amar sedikit bermasalah karena video klarifikasinya kemarin. Setelah ini, Calli akan memperbaikinya dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
“Apa ada masalah lain? Kamu terlihat murung dari awal acara,” bisik Liam mendekati Calli.
...-------------...
Terima kasih telah membaca karya ini.
Mohon dukungannya dengan memberi like, vote, subscribe, dan beri ulasan.
Jumpa lagi di episode berikutnya;)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments