"Apa syaratnya Bang?"
"Setelah menikah, Syila ikut saya ke pucuk Barat..!! Kamu berangkat ke pucuk timur..!! Jika tidak.. kamu harus ikut apa yang di yakini Syila.. anak itu menjadi anak saya. Kamu tidak ada hak. Abang sudah memberikan banyak toleransi An, tolong kamu hargai..!!" Pinta Bang Suta.
Syila semakin menangis, ingin bicara tapi mulutnya seakan terkunci. Bang Anom pun paham apa yang tengah dirasakan oleh Syila.
Bang Anom berjongkok di depan Syila ia menggenggam tangan Syila dengan tangan kiri lalu menghapus air matanya dengan tangan kanan.
"Jangan nangis dek. Saya sedang mencari jalan terbaik untuk kita. Sabar ya..!!"
Mungkin kehamilan Syila membuatnya semakin melow. Biasanya Syila tidak pernah seperti ini. Hal ini pun membuat hati Bang Anom tiba-tiba melemah dan rapuh.
"Maafkan kesalahan saya.. sungguh saya ingin menjadikanmu satu-satunya ratu yang paling bahagia di dunia ini tapi entah kenapa saya malah membuatmu menangis." Kata Bang Anom. "Sekarang saya tanya, bersediakah kamu menjaga anak saya yang ada di rahim mu? Bersedia kah kamu mengikuti saya? hatimu, ragamu berjalan seiring dengan apa yang saya yakini?" Bang Anom menunduk menyimpan sakit di dalam hatinya sendiri. "Jujur saja, tak tau kapan rasa ini hadir, tapi di hati ini tersimpan namamu.. nama yang tidak bisa terhapus begitu saja, membekas dan penuh harap kamu akan bisa membalasnya. Jika waktu bisa di putar kembali.. saya ingin meminangmu secara terhormat selayaknya seorang putri, memberikanmu mahar terbaik, menikahimu dan kita punya anak."
Bang Anom menautkan keningnya pada kening Syila. Tak tahan juga akhirnya Bang Anom menitikan air matanya di hadapan Syila. "Saya pasrahkan pada Tuhan apapun keputusanmu Dindaku sayang. Asalkan kamu bahagia, apapun akan saya lakukan."
Syila menangis dan memeluk Bang Anom. Tangisnya sesenggukan sampai terdengar sesak. "Nikahi Syila ya Mas. Syila ikut Mas Anom."
Tubuh Bang Anom rasanya begitu lemas, ini berarti dirinya harus berpisah dari Syila untuk beberapa waktu. Bang Anom menyunggingkan senyumnya meskipun hatinya menangis dan menjerit. Tak ada kata terucap, semua terlalu pahit untuk ditelannya.
...
Disaksikan oleh beberapa rekan termasuk Pak Alden. Bang Anom mengikrarkan janji suci. Kini Syila telah sah menjadi istri Letnan Anom.
Tiba-tiba saja Syila tidak sadarkan diri. Ini sudah kali kedua Syila mengagetkan Bang Anom. Tadi setelah Syila mengikrarkan diri mengikuti keyakinan Bang Anom, tubuh Syila sampai terasa dingin dan kini harus terulang kembali.
"Saya minta waktu untuk menenangkan Syila Bang, jangan langsung di bawa..!!" Pinta Bang Anom penuh permohonan.
"Semakin kamu mengulur waktu, semakin sulit kamu berpisah." Kata Bang Suta.
Pak Ghazzal yang sedari tadi diam akhirnya ikut turut angkat bicara.
"Beri sedikit waktu, masalahnya Syila sedang hamil muda. Perasaannya jauh lebih sensitif, dan lagi jika ibunya saja tidak bahagia bagaimana dengan bayinya."
Pak Ghazzal bisa memahami perasaan sahabatnya, ia menyambung omongan karena keadaan sahabatnya dan putranya memang sedang tidak baik-baik saja.
"Baiklah, saya akan memberi waktu sampai nanti malam."
...
Bang Anom membelit kaki Syila dan memeluknya erat di bawah selembar selimut hangat dan membiarkan semua orang menunggu nya di luar, ia mengajari Syila bagai menceritakan sebuah dongeng.
"Dengar Mas lagi..!! Rukun Islam ada lima. Satu Syahadat tadi kamu sudah baca khan? Dua sholat, tiga zakat, empat puasa, lima naik haji bagi yang mampu."
"Syila nggak bisa sholat Mas. Bagaimana?"
"Nanti kita sholat sama-sama ya..!!" Kata Bang Anom.
"Mana bisa, Syila harus pergi." Jawabnya kemudian kembali menangis saat mengingat sesaat lagi dirinya harus berpisah dari Bang Anom.
Hati Bang Anom kembali terasa nyeri. Melihat tangis sang istri jelas membuat hatinya terpukul. "Mas akan coba bicara lagi dengan Abangmu..!!"
"Bang Suta tidak semudah itu di lawan Mas."
"Biar Mas coba dulu. Mana bisa tau kalau tidak di coba." Kata Bang Anom.
Syila menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan. Perutnya terasa kram namun ia memilih diam. Masalahnya sudah sangat banyak, ia tidak mau menambahi beban pikiran pria yang kini telah menjadi suaminya.
...
Syila berjalan dengan langkah gontai. Bang Anom pun tidak tega melepaskan genggaman tangan Syila apalagi istrinya itu sedang mengandung benih cintanya.
Baru saja Bang Anom akan angkat bicara, Syila sudah meremas perutnya.
"Ada apa dek??" Tanya Bang Anom.
"Nyeri sekali perut Syila Mas." Rintih Syila.
Bang Suta menghentikan langkahnya dan meminta Mbak Novi duduk di kursi ruang tunggu bandara sipil.
"Ada apa?"
Syila diam saja mendengar pertanyaan itu.
"Biar saya cek..!!" Kata Bang Anom.
"Kau bisa berkelit An."
"Lalu siapa yang akan memeriksanya??? Abang?????" Nada suara Bang Anom meninggi.
"Ya sudah, kalian disini saja. Biar Syila sama saya."
:
Mbak Novi membelai rambut Syila. "Anakmu ini rewel sekali dek. Dia ingin sama Papanya. Mbak tau sebenarnya Mas Suta tidak akan tega melakukan ini. Hanya saja kamu harus tau. Kamu belum sebenar-benarnya sah jadi istri Anom, setelah anakmu lahir baru lah kalian bisa bersama, itu sebabnya Abangmu memisahkan kalian dulu. Mungkin caranya salah, tapi niatnya baik dek." Bujuk Mbak Novi.
Syila memeluk Mbak Novi. Ia sangat takut berpisah dari Bang Anom.
"Tidak apa-apa kamu katakan yang sejujurnya, kamu sudah menikah dengan Anom, tentu Anom yang lebih berhak memutuskan apapun tentang dirimu daripada Mas Suta. Apalagi keadaanmu seperti ini. Anom dan Mas Suta sama-sama sangat tegas. Kamu tidak ingin khan di antara kita ada pertengkaran lagi??" Saran Mbak Novi.
~
"Apaaa??? Terus bagaimana sekarang??? Masih sakit???" Tanya Bang Anom.
Syila mengangguk takut, tapi dirinya harus jujur bahwa saat ini dirinya masih mengalami pendarahan meskipun tidak separah waktu yang lalu.
Bang Suta duduk memejamkan matanya. Sekeras apapun hatinya, beliau juga sangat menyayangi calon keponakannya.
"Ayo berangkat.........!!!!!" Ajak Bang Suta.
"Apa Abang tidak punya perasaan??? Syila pendarahan Bang. Aku tidak mau mengambil resiko apapun tentang anak ini..!!!!" Bang Anom mulai naik darah. Tangannya sudah mengepal geram dan bersiap menghajar senior yang sekaligus kakak iparnya itu.
"Itulah sebabnya saya malas bicara sama kamu. Kamu terlalu kaku, belum juga selesai bicara, kamu sudah main sambar saja." Nada suara Bang Suta tak kalah meninggi. "Ayo berangkat.. Maa..!!" Ucapnya kesal di hadapan Bang Anom.
Bang Anom melunak tapi masih menatap Abang iparnya.
"Jaga Syila baik-baik. Didik dia menjadi istrimu pilihanmu. Dia masih anak-anak. Banyak-banyaklah sabar." Nasihat Bang Suta kemudian menggandeng tangan Mbak Novi dan mengajaknya masuk gate penerbangan.
"Siap Abang, terima kasih kebijakannya."
"Saya ini Abangmu..!!!!" Tegur Bang Suta tanpa menoleh.
"Iya Bang. Hati-hati di jalan." Jawab Bang Anom.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Eka elisa
kirain ajk bini an prgi tau nya ajk mama nya bng suta tho....ibu dri ank"....nya...😁😁😁👌
2024-01-16
2
Yane Kemal
Alhamdulillah
2023-12-13
1
Iis Cah Solo
akhirnya luluh juga bang suta...😊
2023-11-28
2