Di dalam batin dan pikiranku berperang hebat. Hanya ada lekuk tubuh Syila terus membayang, ingin kurengkuh, ku lakukan semua hingga tuntas namun ada palang menghadang di antara kami.
Aku mundur dan menjaga jarak. Sebenarnya dalam hati kecilku hanya tidak ingin mengulang kembali kesalahan orang tuaku. Aku ingin menikah secara normal, memeluk erat istriku tanpa beban, punya anak dan hidup bahagia. Tapi takdir membawaku dalam situasi seperti ini. Aku menitipkan benih di rahim gadis yang saat itu belum ku kenal.
"Terima kasih." Ucap Syila garang tapi aku tau dia masih malu-malu, membuatku ikut mati gaya. "Mas tidur dimana?" Tanyannya lagi.
"Di sofa depan. Gerah." Alasanku meskipun mungkin tidak masuk akal karena kamar rumah dinasku sudah kupasangi pendingin ruangan.
Syila mengangguk tapi tidak melanjutkan pertanyaannya. Aku pun menyambar selimut dan bantal untuk kubawa tidur di sofa.
"Tidurlah, jangan tidur terlalu malam. Kasihan dedek..!!" Kataku. Jujur kuakui, aku sangat menyayangi calon anak ku. Mungkin karena usiaku juga nyaris dua puluh tujuh tahun jadi jiwa kebapakan ku bangkit. Aku ingin merasakan bahagianya punya anak, ingin mendengar tangis bayi saat aku lulang kerja. Juga yang pasti aku ingin di panggil Papa.
"Mas.. Syila takut cicak." Rengek kecil istriku sungguh menggoda imanku.
"Nggak ada, sudah Mas usir semua." Jawabku enteng saja, mana mungkin aku sekurang kerjaan itu sampai mengusir cicak di dalam kamar.
Syila pun beranjak naik ke atas ranjang dan aku juga keluar dari kamar. Namun baru beberapa langkah berjalan, Syila menjerit membuatku kaget.
"Ada apa sih dek????" Tanyaku, jantungku sampai mau lepas rasanya.
"Cicaknya masuk lagi. Jangan keluar Mas..!!" Pinta Syila.
Aku merasakan pintu neraka terbuka lebar untuk ku saat ini. Aku yang sedang mati-matian menahan hasrat malah langsung di suguhi sajian yang sebenarnya sudah begitu ku inginkan. Bagaimana tidak, wajar saja di dalam usiaku ini.. aku sangat merindukan kebersamaan yang intim dengan seorang wanita.
"Maaass.." rengeknya lagi.
Mau tidak mau aku kembali melangkah mendekati ranjangnya. Saat ini aku benar-benar seakan kehilangan akal sehat, aku meletakan selimut dan bantal lalu mendorong tubuh Syila pelan. Kura*a seluruh tubuhnya, Syila takut tapi sama sekali tidak menolak ku.
'Cobaan apalagi ini Tuhan, sekarang belum saatnya kulakukan.'
Siapa sangka Syila malah mengalungkan kedua tangan di belakang tengkuk leher ku. Manik matanya menatapku.
"Temani Syila tidur ya Mas..!!"
Hatiku semakin tak karuan. Pikiran nakal di dukung respon tubuh yang tak tau diri membuatku semakin lemah.
"Temani main sama dedek juga Mas mau." Jawabku mulai kurang ajar. Seakan ada yang mendorong, refleks aku mengecup kening Syila turun menyusuri lekuk hidung hingga ke bibirnya.
Bibir basah berwarna pink begitu menggoda, nafasku memburu menuntut lebih, aku menciumnya dalam dan mencoba membelitkan lidahku membuang rasa penasaran yang ada. Aku memilih sadar dan menarik diri.
"Mas mau kemana?" Syila menarik kaosku dengan wajah polos tanpa dosa. Kelakuannya ini membuatku nyaris gila rasanya.
"Mas tidur di luar saja ya..!!" Kataku.
"Nggak mau, disini saja Mas..!!" Rengeknya sama sekali tak paham dengan keadaanku.
"Deekk, Mas benar-benar sedang menjagamu mati-matian. Seharusnya kamu bantu Mas, bukan malah buat Mas seperti ini. Kalau Mas lupa diri.. selesai kamu dek." Ucapku jujur tapi sepertinya Syila tak paham dengan ucapanku, terlihat dari ekspresi nya yang hanya berkedip-kedip saja membuatku semakin susah di buatnya.
"Katanya kita suami istri?? Kenapa harus pisah tidur??? Syila takut."
"Ada banyak hal yang harus kamu pelajari dek. Kita memang sudah menikah tapi ada aturan yang sebenarnya tidak boleh di langgar." Jawabku perlahan memberi pengertian pada si cantik Syila tersayang.
"Apa?? Nggak tidur sama-sama???" Tanya Syila menuntut jawaban dariku.
"Tidur sama-sama sih nggak apa-apa, yang bahaya ya melek sama-sama."
Tetap saja gadis polosku tak paham apa maksudku. Aku tersenyum tapi segera berdiri dan mengambil kembali selimut dan bantalku daripada aku benar-benar jadi gila berduaan dengan Syila.
"Ini nggak bahaya." Celetuknya masih tidak terima.
Aku membiarkan nya sembari menormalkan hatiku.
"Mas nggak suka sama Syila ya?"
"Memangnya kamu suka sama Mas?" Aku balik bertanya karena merasa lucu dengan pertanyaan Syila.
"Keluar sana, jangan masuk kamar lagi..!!! Kalau Mas nggak suka sama Syila seharusnya Mas nggak usah nikahin Syila. Syila juga bisa besarkan anak ini sendiri, untuk apa menikah kalau tidak ada cinta." Ocehnya mulai melantur, mungkin karena kehamilannya.. Syila menjadi lebih sensitif.
Aku menarik nafas dalam-dalam dan tidak ingin membalas apapun tapi Syila malah menangis.
"Sudahlah kita cerai saja..!!" Pekiknya semarah itu karena tidak kutemani.
"Benar sudah siap jadi janda kau dek?? Nggak usah bicara macam-macam. Mas benar-benar nggak suka."
Bukannya tenang, Syila malah semakin marah. Syila melempariku dengan semua bantal yang ada. Aku kesal, tapi jelas aku takut terjadi sesuatu pada Syila dan kandungannya.
"Pergi sana, Mas memang hanya mau main-main saja denganku..!!" Pekiknya lagi.
"Syilaa..!!" Aku menyentuh kedua bahunya tapi Syila menolak ku. "Syilaaaaaa..!!!!!!" Akhirnya aku membentaknya, itu pun tidak sengaja tapi Syila diam mematung dengan tubuh gemetar.
"Mas pasti punya istri lagi khan??" Tuduhnya dengan suara parau dan lirih.
"Astaghfirullah hal adzim..!!" Aku menepuk keningku sendiri. "Kenapa mikir sampai kesana hanya karena Mas tidak menemani mu tidur??? Mas ini bukan bapakmu yang doyan main perempuan dek..!!" Ucapku gemas tapi Syila juga tidak bisa di salahkan. "Satu istri saja buat kepala Mas mau pecah, gimana mau punya istri lagi. Bagaimana sih kamu..!!"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Eka elisa
boleh tidur breng syla tpi anom tkut gk kuat imn bila dkt kmu tu naga api lngsung bngun ngamuk minta ktmu pawang nya syla...😁😁😁😁
2024-01-16
2
Iis Cah Solo
lanjut mba nara.🙏🙏🙏💪💪💪
2023-11-29
1
🍀 chichi illa 🍒
lanjuuut
2023-11-17
1