"Cukup..!!!! Kalian jangan ribut sendiri..!!! Syila juga punya keputusan. Hargai dia..!!" Pinta mbak Novi tegas.
"Apapun yang menjadi keputusan Syila, jangan sampai membuat kalian berdebat lagi..!!"
Syila menunduk dengan tubuh gemetar, ia menangis, entah apa yang dirasakan nya.
"Syila ikuuuutt........ Syila ikut Bli Anom." Jawab Syila.
"Kamu jangan bodoh Syila. Abangmu ini masih terus berjuang dan belajar. Abang tau semua kepercayaan itu baik, tapi keutuhan keluarga kita hanya tinggal kamu saja harapannya." Kata Bang Suta.
Syila tetap menangis dengan perasaan tidak tenang. Dadanya terasa sesak bagai di hantam batu besar.
"Mbak tanya sekali lagi Syila, kamu ingin ikut siapa?" Tanya Mbak Novi.
Isakan tangis Syila terdengar begitu pilu. Tubuhnya lemas dan ia duduk bersandar di sofa, Bang Anom pun panik dan segera memeluk Syila.
"Syila ikut Bli Anom." Jawab Syila.
"Kamu yakin Syila????" Tanya Bang Suta.
Syila memeluk Bang Anom, tangannya terasa begitu dingin. "Sungguhkah Bli bisa menerima anak ini??"
"Kamu ini bicara apa?? Jelas saya akan menerimanya. Jangankan anak ini, kamu pun ada di hati saya." Kata Bang Anom.
"Nggak bisa..!! Jangan main-main dengan masalah kepercayaan. Syila ikut saya..!!!!" Bang Suta menarik paksa tangan Syila hingga adiknya itu nyaris terjungkal. "Ayo Syila..!!!!!" Bang Suta sampai geregetan bersiap menampar Syila.
"Jangan kasar sama Syila Bang....!!!!!" Cegah Bang Anom.
"Apa urusanmu? Syila bukan siapa-siapa mu, dia adikku, adik kandung ku..!!"
Ketegangan mulai terjadi. Bang Anom dan Bang Suta terlibat baku hantam. Keduanya sama-sama panas dan tidak ada yang bisa mengalah.
Mbak Novi sudah panik begitu pun dengan Syila. Mbak Novi melirik ke arah Syila dan untungnya Syila mengerti kode dari kakak iparnya.
"Mas Suta, sudah..!!! Malu Mas." Kata Mbak Novi mencoba sekali lagi.
Ucap itu tidak di dengar dan akhirnya Mbak Novi kembali melirik Syila.
"Aaaaaahh.. Mas, anakmu..!!!" Pekik Mbak Novi.
Tau kakak iparnya sudah memulai aktingnya, Syila pun mengikuti kelakuan kakak iparnya itu.
bruugghh..
"Syilaaaaa..!!!"
"Novii..!!"
Kedua pria itu menghentikan pertikaian dan fokus pada istri masing-masing.
"Duuhh dek. Ya Allah." Bang Anom langsung memeluk Syila, seluruh raut wajahnya hanya di penuhi kecemasan. "Deeekk.. Syila..!! Syilaaaaa..!!!!!!!"
"Anom.. Novi yang lebih parah. Perutnya kontraksi, kenapa kamu yang teriak-teriak?????" Tegur Bang Suta.
"Syila Bang, Syila pingsan lagi. Gimana ini Bang???" Bang Anom mengangkat tubuh Syila dan membawanya menuju mobil. "Buka mobil..!!!! Cepat antar saya ke rumah sakit sekarang..!!!"
"Kurang ajar, aku lebih butuh mobil malah aku di tinggal." Gerutu Bang Suta.
...
"Bagaimana Bang???"
"Piye to An, stetoskop nya saja belum Abang pasang." Dokter di rumah sakit sampai kebingungan menangani kepanikan juniornya.
"Cepat Bang, cepaaatt..!!!!" Pinta Bang Anom.
Tak sengaja dokter menyenggol tangan Syila hingga tangannya tersampir di sisi ranjang. Secepatnya Bang Anom membetulkan posisi tangan Syila. "Pelan sedikit Bang, bayiku bisa stress." Bang Anom memegangi tangan dokter.
"Sebelum bayimu yang stress, Abang yang stress duluan An. Bisa tidak kalau kamu keluar sebentar??"
"Nggak bisa Bang, anak saya suka nyari papanya." Kata Bang Anom.
"Kalau begitu kamu duduk saja, diam dan jangan merusuh, saya mau kerja..!!"
Baru setelah Bang Anom duduk, dokter memeriksa keadaan Syila. Kening dokter berkerut karena tidak ada masalah berarti dalam kesehatan Syila.
"Tidak ada masalah, istrimu baik-baik saja. Anakmu juga sehat." Dokter memberitahu keadaan Syila lewat layar USG.
"Yang benar saja, istriku pingsan.. dia stress dengar suara Abangnya."
"Dengar suara Abangnya atau suaramu????"
Bang Anom terdiam dan melihat layar USG. Ada gerakan dari kaki kecil yang belum seluruhnya sempurna. Lincah terus menendang bagai pemain bola handal.
"Sepertinya perempuan. Ini ada tandanya An." Tunjuk dokter pada Bang Anom.
Mata Bang Anom sampai tidak berkedip sambil mencari dimana titik yang dimaksud dokter, wajar saja dirinya yang awam tidak paham dengan ilmu medis.
"Ini lho." Dokter menunjukan titik tersebut seakan mengetahui isi pikiran Bang Anom. "Sama nggak??"
Bang Anom refleks mengangguk membuat dokter tertawa lepas.
Tau senior menertawai nya, Bang Anom kembali pada sikap dingin dan kakunya. "Baiklah kalau tidak ada masalah berarti, saya pamit pulang dulu..!!"
~
Saat kembali pulang, Bang Suta masuk ke ruangan littingnya untuk memeriksa keadaan Mbak Novi.
Kedua pria tersebut saling pandang namun kemudian kembali berjalan masing-masing.
"Ingat Anom.. urusan kita belum selesai." Kata Bang Suta.
"Kalau disini Abang hanya ingin merusuh, lebih baik Abang pergi saja. Anak istri saya butuh tenang." Jawab Bang Anom.
Langkah Bang Suta terhenti. Geram sekali rasanya mendengar ucap juniornya yang sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan.
"Sejak kapan adik Abang menikah denganmu???"
Bang Anom menepikan kursi roda milik Syila begitu pula dengan Bang Suta.
"Abang tau keadaan nya seperti ini. Itu utun sudah jedag jedug di dalam perut Mamanya. Semakin lama dia semakin besar. Apa Abang tega melihat bayi sekecil itu tanpa status???" Bentak Bang Anom.
"Dia bisa masuk keluarga Abang dan jadi anak Abang..!!" Kata Bang Suta masih tetap pada pendiriannya.
Bang Suta melangkah berniat menarik tangan Syila tapi lagi-lagi Bang Anom mencegahnya. "Keras kepala kau ya.. ini soal keyakinan yang tidak bisa di campur aduk Anom..!!!!"
"Begitu pula dengan saya Bang."
"Kalau begitu ikutlah dengan Syila..!!" Bentak Bang Anom.
Bang Anom bersikap tenang dan menekan emosinya. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. "Lakum dinukum waliyadin." Ucapnya. "Mohon ijin Abang, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Abang, saya tidak bisa meninggalkan apa yang kini saya yakini."
"Ciiihh.. kalau kau paham, kenapa kau melanggarnya. Kau melakukan zina, bukankah itu haram seribu haram??" Kata Bang Suta mengejek dan melemahkan mental juniornya.
"Siap Bang, itu benar. Saya akui kesalahan saya. Saya tidak bisa menjabarkan apa yang saya rasakan saat itu dan juga saat ini. Hanya Tuhan sebenar-benarnya mengerti bagaimana isi hati saya. Dimana saya ingin memperlakukan wanita layaknya bidadari namun yang hadir adalah perbuatan keji. Jika di ijinkan, saya ingin menjadikan Syila sebagai istri sah saya dan satu-satunya." Ucap Bang Anom.
"Abang menolaknya Anom. Adik Abang masih kecil, dia tidak sepaham dengan pikiranmu. Lagipula kamu tidak mencintainya, semua hanya karena kecelakaan. Pernikahan tanpa cinta tidak akan abadi. Kau lihat sendiri orang tua Abang, pernikahannya dingin dan hancur. Tidak ada yang di cintai ayahnya Abang termasuk ibu Abang sekalipun. Kau pikir membangun hati dan mencintai adalah hal seenteng itu An?? Tidak..!!! Cinta tidak gegabah. Jiwa ragamu harus berkorban. Abang hanya melindungi saya satu-satunya."
Tidak ada yang tidak menangis dengan keadaan ini.
"Jujur sesal ini menekan batin saya Bang. Begitu pun dengan saya.. saya hanya ingin melindungi anak saya."
"Berarti benar khan kamu tidak mencintai Syila????" Tanya Bang Suta penuh penekanan.
"Apa Abang akan percaya kalau saya katakan saya mencintai Syila. Kita bukan anak-anak lagi Bang. Cinta itu di rasakan.. bukan di katakan untuk meyakinkannya." Jawab Bang Anom.
Bang Suta tersenyum pahit, ia memalingkan wajahnya menghalau air mata. "Baik.. Abang bersedia menikahkan mu, tapi ada satu syarat..!!!!"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Iis Cah Solo
alot banget ya bang suta...ini memang soal kepercayaan..susah...😊😊..untuk di mengerti😌
2023-11-28
1
fent
wehhh,opo syarat e
2023-11-14
1
fent
wesssss,,Monggo tinju segera dimulai lagi
2023-11-14
1