7. Selintas harap dalam batin.

Melihat keadaan mentalku tidak pernah stabil setiap bertemu dengan Pak Alden, Welirang pun mengajakku duduk dan pria yang kubenci itu pun keluar dari ruangan. Tampak jauh di sana ada Syila menatapku dengan bingung. Ya.. pastinya Syila bingung karena belum pernah melihatku semarah ini.

"Bli... Aahh.. ma_af..!!" Syila berlari menjauhiku tapi entah kenapa kakiku mengarah ingin menghentikan langkahnya bahkan mendahului langkah Pak Alden.

"Kamu mau kemana?" Tanyaku.

Terlihat Syila sangat bingung saat kutanya. Aku pun menjadi tidak tega, dia yang seberani itu terlihat ketakutan melihatku marah. "Maaf, saya membuatmu takut." Kataku sedikit menaruh sesal dan memang menyesalkan tindakanku tadi padahal jelas aku tau tak masalah siapapun melihatku.

"Nggak apa-apa. Syila hanya mau pamit pulang. Bli jangan datang sekalipun Kepurian memaksa, kalau Bli tidak datang.. perlahan masalah ini akan mereda." Pesan Syila padaku saat itu.

"Lalu bagaimana denganmu nantinya??"

"Syila aman." Syila pun melangkah menjauh, entah kenapa bibirku tidak bisa mencegahnya pergi meski di dalam hati kecilku ingin melakukannya.

"Kejar pot..!!!!" Welirang meneriaki ku agar aku segera tersadar dari lamunanku.

Aku benar-benar sadar dan segera mengejar Syila.

"Saya akan ke puri untuk melamarmu."

"Apa sih, Syila nggak mau di lamar." Syila msnolakku mentah-mentah.

"Kamu akan menikah dengan saya, bukan dengan bandot tua." Jawabku.

"Sama saja, Bli sudah om-om. Pokoknya Syilaa nggak mau menikah." Pekik Shila di samping telingaku.

"Astaghfirullah.. Syilaaaa..!!" Bentak ku tanpa sengaja dan hal itu membuat Syila terdiam seribu bahasa.

"Syila benci sama Om."

Syila pun kembali berlari, aku mengejarnya tapi aku kehilangan jejaknya.

( Keluar zona POV Anom )

...

"Masukkan gadis bengal ini ke dalam ruang renungan..!!!!" Perintah Romo Agung. "Jangan harap kau bisa keluar dua bulan ini..!! Beraninya kau keluar dengan laki-laki dan memilih kamar renungan demi melindungi laki-laki yang menculik mu."

Syila diam saja dan tidak menjawab, Romo Agung semakin geram di buatnya.

"Romo tanya sekali lagi. Kau mau menikah atau tidak??" Bentak Romo Agung.

"Tidak..!!"

"Jadi kau ingin Romo menghukum mu sebanyak lima cambukan setiap hari??" Suara Romo Agung menggelegar mengisi Banjar di tengah puri.

"Iya..!!!!"

"Anak tak tau di untung..!!!!!!!"

\=\=\=

Hari ini Bang Anom usai lari siang. Terik matahari membuatnya mengingat si cantik Syila.

"Bagaimana ya kabarnya sekarang?? Apa Syila baik-baik saja? Aku ingin sekali melihatnya sekali saja." Rasa bersalah itu masih begitu kental terasa di dalam benak Bang Anom.

Ia menoleh melihat Bang Welirang yang sedang asyik membalas pesan singkat dari kekasihnya, seorang perawat di rumah sakit tentara.

"Ada apa lu, gelisah amat." Tanya Bang Welirang tanpa menoleh ke arah Bang Anom sedikitpun.

"Menurutmu bagaimana caranya aku masuk ke dalam puri??"

"Puri mana?" Bang Welirang tersenyum membalas setiap pesan singkat dari kekasihnya.

"Puri tempat tinggal Syila." Jawab Bang Anom dan Bang Welirang kaget melihatnya.

"Aahh sudahlah, ini masalahku..!!" Kata Bang Anom.

"Mungkin benar sebaiknya kita tidak usah berusaha mencampur air dan minyak. Kita ya kita, mereka ya mereka." Ucap Bang Welirang.

Dari tempatnya, Bang Welirang melihat seorang ibu muda menggendong bayinya sendirian di pinggir jalan. Ibu itu berjalan ke arahnya dan membungkuk meminta belas kasihan.

"Kemana bapaknya?" Tanya Bang Anom.

"Kabur Pak, tidak mau tanggung jawab."

Bang Anom terdiam, tidak ingin menghakimi siapa yang salah. Fokusnya tertuju pada anak batita kecil yang sedang berada di dalam gendongan ibunya. Anak sekecil itu sudah harus menanggung derita.

"Berapa umurnya?"

"Satu tahun pak." Jawab ibu muda tersebut.

Punggung telunjuk jari Bang Anom menyentuh batita perempuan itu. Terlintas dalam benaknya, kelak kehidupan anak ini semakin menderita tanpa kehadiran sang ayah. Ia pun merogoh sakunya dan menarik beberapa lembar uang dari saku bajunya. "Belikan susu dan makan buat si adek."

Ini muda tersebut begitu berterima kasih atas kebaikan Bang Anom, ia menerimanya dengan senang hati.

Tak lama sebuah mobil beserta satu mobil pengiring melintas di hadapan mereka. Mobil khusus keluarga puri. Para pejalan kaki berbisik-bisik bahwa putri Dewantara di larikan ke rumah sakit.

Mendengar hal itu Bang Anom segera mengambil mobil dinas dan meninggalkan Bang Welirang yang sedang memantau anggotanya sendirian.

"Pooottt..!!!!!" Teriak Bang Welirang yang tidak di dengar.

:

Bang Anom kaget melihat beberapa orang mengantar Syila ke UGD, tapi tidak ada seorang anggota puri yang turut mengantar Syila.

"Syila.. kamu kenapa dek??" Tanya Bang Anom dengan panik. Ia memegang Syila tapi Syila terlihat begitu kesakitan. "Ya Tuhan, kamu kenapa?? Darah apa ini" Bang Anom terlihat semakin panik saat Syila meremas perutnya sampai ada lelehan pekat meluncur dari sela paha.

"Oohh Tuhan, terima kasih..!!" Si Mbok sampai menangis melihat Bang Anom, seorang supir memeluk Bang Anom. "Tuhan masih menyayangi Gusti. Tolong Pak, bawa saja Gusti Dewa Ayu pergi..!!" Kata si Mbok menunduk penuh permohonan.

"Saya tidak paham Mbok..!!!" Bang Anom semakin emosi karena keduanya semakin menangis. Dua orang penjaga mendekati Bang Anom.

Para wartawan sudah semakin mendesak untuk mendapatkan informasi. Sementara para pengawal sedang mengatasi keributan, Bang Anom membawa Syila masuk ke dalam UGD untuk mendapatkan penanganan.

...

Cukup lama Bang Anom menunggu dengan gelisah sampai akhirnya dokter keluar.

"Bagaimana junjungan kami dok?" Tanya si Mbok dengan cemas.

"Entah ini berita baik atau buruk, tapi putri sedang hamil. Usia kandungannya satu bulan." Jawab dokter.

Bang Anom terhuyung mundur selangkah, dirinya benar-benar terkejut mendengar kabar tersebut. Matanya berkaca-kaca, ada rasa tak terlukiskan dalam hatinya. Ia sangat yakin dan teramat yakin bayi yang ada di dalam perut Syila adalah darah dagingnya. Bang Anom langsung bersujud syukur atas kehamilan Syila. "Alhamdulillah.. ya Allah.. Alhamdulillah..!!"

Si mbok dan pak sopir tertegun melihatnya namun belum berani berucap apapun.

Setelah Bang Anom kuat dengan perasaannya, ia berdiri dan menatap seluruh orang yang ada di ruangan.

"Jangan ada yang mengganggu kenyamanan Gusti Dewa Ayu..!!"

:

"Anak ini adalah anak saya, sebenar-benarnya darah daging saya. Anak dari Letnan Anom Alit Brajamusti. Jangan pernah kalian menyusahkan Syila lagi atau saya sendiri yang akan turun tangan. Setelah Syila sehat, saya akan datang ke puri untuk menyelesaikan masalah ini..!!"

Seisi ruangan langsung saling pandang mendengarnya.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

bang anom hebat ya harus bertanggungjawab...😀😀💪💪💪

2023-11-28

2

Novi Jahan

Novi Jahan

woowwww keren bng anom

2023-11-13

1

🍀 chichi illa 🍒

🍀 chichi illa 🍒

lanjuuut mba Nara

2023-11-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!