4. Tanda tanya.

Syila merebahkan tubuhnya pada ranjang empuknya. Sekilas berkelebat wajah Bang Anom terlintas di pikirannya.

"Sang Hyang Widhi.. tolong jauhkan dia dari pikiranku. Aku tidak mau kenal lelaki manapun di dunia ini. Aku tidak percaya pada siapapun termasuk ayahku sendiri." Gumamnya.

tok.. tok.. tok..

"Gusti, Romo Agung mengajak Gusti untuk makan malam." Kata Mbok asuh yang menjaga Syila sejak kecil.

"Katakan aku lelah Mbok. Aku tidak ingin bertemu dengan siapapun. Romo mengajakku makan pasti karena ingin bicara tentang pernikahan. Katakan apa ada selir ke sembilan??" Tanya Syila.

"Benar Gusti."

"Permaisuri sudah mau melahirkan, selir ke enam sedang hamil. Aku benci Romo." Kata Syila.

"Gustii.. tidak boleh bicara begitu." Jawab Mbok dari luar pintu. "Beginilah dunia kita. Gusti juga akan di nikahkan dengan trah bangsawan dari Nusa Barat."

"Aku tidak mau, aku tidak mau menikah.. semua akan membuat sengsara. Aku tidak ingin ada hubungan apapun dengan laki-laki dari belahan dunia manapun..!! Pergilah Mbok, aku tidak mau di ganggu..!!" Usir Syila.

Syila menelungkupkan badan lalu menangis sejadi-jadinya. Ia teringat wajah ibunya yang sering menangis diam-diam karena ayahnya menikah lagi. Bahkan di depan mata ibundanya, sang Romo sering bercumbu mesra. Hal itu menjadi rasa sakit teramat dalam di hatinya.

"Aku tidak percaya laki-laki. Aku tidak mau kenal dan menikah dengan siapapun..!!!!!" Teriaknya sekuat mungkin di atas bantal.

//

Bang Anom memutar cangkir kopinya. Mata itu terus menatapnya namun pikirannya berkelana tak tentu arah. Teringat dalam benaknya tangis seorang Syila yang tadi sempat menatapnya.

"Kenapa wajahnya mengganggu sekali. Mana bisa aku sekurang ajar ini menikung incerannya Lirang." Gumamnya tiba-tiba pening sendiri karena tidak bisa mengendalikan perasaannya.

Terdengar langkah kaki Bang Welirang mendekatinya. "Kenapa kau melamun sendiri??"

"Siapa yang melamun. Bete aja sepi begini, sudah dua bulan ini nggak ada yang aku hubungi lagi." Jawab Bang Anom.

"Aku malah tidak ada yang di hubungi. Sejak dulu memang aku yang tidak berusaha mendekati Rania sampai akhirnya dia menikah dengan Rhaken. Aahh sudahlah.. itu tidak penting. Masih banyak gadis di dunia ini. Kau sendiri nggak mau move on dari pacarmu??" Tanya Bang Welirang.

"Sulit melupakan mantan. Elma begitu luar biasa." Jawab Bang Anom.

"Bucin lu, bukan itu penjabaran cinta. Kau saja yang bodoh." Kata Bang Welirang.

Bang Anom memilih diam, tapi di dalam hati dan pikirannya ribut sendiri memikirkan Putri Dewantara.

"Apakah benar menurutmu Syila tidak cantik? Ngomong-ngomong aku punya nomernya. Kau mau??"

"Tidak. Ingat Rang, semua wanita cantik, hanya dia tidak 'sejalur' dengan kita." Jawab Bang Anom.

"Kalau dia sejalur dengan kita apa kau mau menjalin hubungan dengannya?" Tanya Bang Welirang.

"Kenapa kamu tanya aku?? Yang naksir Syila khan kamu, bukan aku." Bang Anom balik bertanya tapi jujur demi apapun ia malas mendengar celotehan apapun tentang Bang Welirang dan Syila.

***

"Aku tidak mau menikah dengan kakek-kakek..!!!" Tolak Syila mentah-mentah.

"Jaga bicaramu Syila. Umurmu tidak beda jauh dengan dia."

"Beda usia lima puluh tahun Romo bilang tidak beda jauh?? Syila lebih pantas jadi cucunya..!!!"

"Diam kau Syila..!!!!!!!!"

plaaakk..

Tamparan keras dari sang Romo membuat Syila terjatuh dari kursi, bibirnya pun sampai berdarah.

"Perempuan harus tau kodratnya. Dia hidup hya untuk melayani laki-laki. Kau putriku yang paling pembangkang sampai tidak da pangeran yang mau denganmu. Romo sudah berusaha melamarkan untukmu tapi mereka tidak suka dengan kelakuanmu..!!!" Bentak Romo.

"Tidak suka ya sudah, apa Syila minta untuk di tawarkan??? Shila masih muda, masih ingin meraih masa depan." Kata Syila.

"Masa depanmu hanya memasak, melayani suami dan melahirkan anak." Ucap keras Romo.

...

Suara dering telepon membangunkan Bang Welirang sedang tidur siang. Ia melihat nama di ponselnya. 'BOJONE ANOM'.

"Hallo Syila, ada apa?" Jawabnya dengan suara parau.

"Bawa Syila keluar dari sini..!! Syila nggak betah tinggal di puri." Kata Syila di seberang sana.

"Aduuuhh.. Abang sibuk sekali nih Syil, Abang lagi rapat. Bagaimana kalau urusan Abang aja yang berangkat, kamu pasti selamat." Jawab Bang Welirang.

"Iya Bang, siapa saja.. tolong bawa Syila keluar dari puri..!!" Pinta Syila.

"Okee.. sabar ya..!!"

...

"B*****k, siapa nih matikan air???" Gerutu Bang Anom yang sedang mandi di bawah guyuran shower. Kepalanya masih penuh dengan busa shampoo. Memikirkan Syila membuat kepalanya berat sekaligus membuatnya memikirkan yang tidak-tidak.

Bang Anom keluar dari kamar mandi untuk melihat keadaan pompa air nya.

Tepat saat itu Bang Welirang menghampiri nya. "Pooott.. ada tugas dadakan dari Danyon..!!"

"Haaah.."

"Cepat ganti pakaianmu.. ada misi khusus dari Danyon." Kata Bang Welirang.

"Haaahh.."

"Haaaahh lagi. Ada tugas dari Danyon. Kamu berangkat dulu nanti aku menyusul. Ini misi menyelamatkan putri Dewantara yang mau di culik."

"Sebentar.. masa Danyon buat perintah begitu?" Tanya Bang Anom dengan wajah curiga tapi melihat keseriusan di wajah sahabatnya membuat kecurigaan nya memudar.

Bang Welirang terus mendorong punggung Bang Anom agar segera berganti pakaian.

"Sek to, air di kamar mandiku mati. Masa aku berangkat tugas dengan rambut begini..!!" Protes Bang Anom.

"Yo wes mandi di kamar mandi ku saja. Pompanya baru ku elus, sekarang ngalir deras." Jawab Bang Welirang.

"Jorok lu pot."

"Ya lu yang mikirnya kemana-mana." Sambar Bang Welirang dengan tawa mencurigakan.

"Eehh sebentar, airmu kenapa bisa ngalir??" Tanya Bang Anom yang pastinya memiliki pipa air satu jalur dengan Bang Welirang.

"Nanti saja mikirnya, cepat mandi. Perintah Danyon nih."

Bang Anom segera masuk ke kamar mess Bang Welirang dan setelah punggungnya tak terlihat lagi, ia memutar keran air yang sempat di buatnya off sementara. "Salahmu, empat kali ku ketok malah kau asyik sendiri main sabun di kamar mandi. Makan tuh busa shampoo." Gumamnya usil.

...

"B******n si Lirang. Sebenarnya apa misiku?? Masa iya putri Dewantara mau di culik. Kemana pengawalnya? Bukankah ini sudah ranah yang berbeda. Ini benar atau tidak????" Gumamnya.

Tak lama ia melihat Syila naik ke atas dinding puri setinggi empat meter lalu melompat langsung di hadapan Bang Anom.

Bang Anom yang melihatnya hanya bisa ternganga apalagi Syila melompat hanya menggunakan rok yang tidak bisa di bilang sopan.

"Waaaaooooww.. eehh.. subhanallah... Astaghfirullah..!!" Bang Anom menundukan pandangan dengan hati jedag jedug salah tingkah.

bruugghh..

"Ayo lari...!!!!!" Ajak Syila kemudian berlari sambil membawa beberapa tas berukuran sedang.

Bang Anom yang masih terpana terdiam mematung membuat langkah Syila terhenti. "Ayooo.." Syila pun menarik tangan Bang Anom.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

putri yg sangat bar...bar...😀😀

2023-11-28

2

Novi Jahan

Novi Jahan

lanjut" kk mkin seru

2023-11-13

1

🍀 chichi illa 🍒

🍀 chichi illa 🍒

🤭🤭🤭🤭🤭

2023-11-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!