Sementara di ruang rapat, Hartono dan orang-orangnya tengah memeriksa satu persatu ponsel milik siswa di kelas Sovia. Mereka memeriksa dengan teliti. Namun tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Justru mereka malah menemukan beberapa ponsel yang menyimpan video vulgar dan juga aplikasi yang tidak pantas. Hal itu membuat si empunya masuk ke daftar list yang akan mendapatkan hukuman.
"Sepertinya semua ponsel ini tidak ada yang milik si pelaku." seru Ryan, orang ahli yang di sewa oleh Hartono
"Apa kau yakin? walaupun akunnya sudah di hapus, pasti jejaknya masih tertinggal, kan?" tanya Hartono
"Iya tuan. Tapi ponsel-ponsel ini bersih. Justru saya malah menemukan beberapa siswa yang berkirim pesan sesuatu yang tidak pantas di akun sosmed mereka."
"Atau jangan-jangan pelaku tahu ponselnya akan di periksa lagi, makanya dia membuang ponselnya dan membeli yang baru." seru Andrew yang merupakan seorang polisi yang di sewa diam-diam olah Hartono.
Dia menggunakan uang untuk mengajak keduanya bekerjasama menangkap si pelaku. Tentu saja yang yang ia berikan tidaklah sedikit. Dia bahkan meminta bantuan Andrew untuk meredam asumsi publik dan mengatakan jika video itu palsu saat Hartono melakukan konferensi pers nantinya.
"Tapi tuan, ponsel-ponsel ini terlihat sudah lama di pakai oleh si pemiliknya. Jika pelaku menggunakan ponsel lain, itu artinya kita bisa mempersempit pencarian dengan memisahkan murid yang mempunyai ekonomi bawah dan atas. Karena mereka yang perekonomiannya rendah, tidak mungkin bisa membeli ponsel lain, bukan." terang Ryan
Keduanya mengangguk membenarkan. Jika benar begitu, maka Meraka harus memisahkan siswa yang mempunyai perekonomian tinggi dan rendah. Dan beruntungnya Karina masuk kedalam daftar siswa dengan perekonomian rendah yang artinya dia tidak di curigai oleh Hartono.
"Panggil siswa yang masuk daftar list!! Mereka harus mendapatkan hukuman karena terbukti menyimpan video dan aplikasi yang tidak pantas." perintah Hartono
"Baik tuan." sahut kepala sekolah. Baru saja kepala sekolah keluar dari ruangan tersebut, tiba-tiba bodyguard nya masuk dengan tergesa-gesa.
"Tu-tuan, gawat tuan."
"Ada apa?" tanya Hartono
"I-itu, nona Sovia membuat ulah di kelas."
"Ck ... Dasar anak itu ... " Hartono terlihat geram dan segera ke kelas Sovia
...----------------...
Karina merasa kesal dengan ucapan Bima. Ingin marah pun percuma karena Bima pasti mempunyai alasan tertentu. Tapi tidak bisakah dia membantunya walau hanya sedikit saja?
"Huh ... Rasanya aku sudah muak dengan mereka semua. Andai aku kaya raya, aku akan menghancurkan mereka satu persatu biar tahu rasa." geram Karina dalam hati. Dia memilih kembali ke kelas daripada mengisi perutnya di kantin. Namun, dia justru di kejutkan dengan kedatangan makhluk kasat mata yang berdiri dengan angkuhnya, seolah sudah menunggu kedatangannya.
"Ck ... " Karina berdecak kesal. Belum reda emosinya karena ucapan pak Bima, sekarang dia harus bertemu dengan Sovia. Padahal gadis itu tidak masuk hari ini tapi kenapa sekarang dia ada di kelas? Apa Sovia merindukannya?
"Akhirnya kita bertemu juga Kirana. Aku datang untuk membuat perhitungan denganmu." seru Sovia
"Apa maksudmu?" tanya Karina
"Tidak usah pura-pura tidak tahu. Aku yakin, kau adalah orang yang sudah menyebarkan video itu. Iya kan?" tuduh Sovia.
Karina berdecih pelan. Dia mencoba untuk tenang dan menatap sinis Sovia. "Kenapa kau bisa menuduh ku seperti itu? Aku baru datang dan kau langsung menindas ku waktu itu. Lalu bagaimana aku bisa merekam apalagi menyebar video itu, hah?" Karina maju dan berdiri tepat di depan Sovia dan kembali berkata, "Lain kali berfikir pake otak. Atau jangan-jangan otakmu sudah tidak berfungsi karena sudah lama tidak kau gunakan, hah?"
"Kau ... " Sovia menatap tajam Karina. Dia yakin jika pelakunya adalah gadis itu. Memang benar saat itu Kirana baru saja datang dan dia langsung merundungnya. Tapi bisa saja dia berkomplot dengan orang lain untuk merekam perbuatannya.
Dia sangat yakin karena saat itu, Kirana tidak melakukan perlawanan apapun. Seolah dia sengaja agar dirinya terlihat kejam. Tapi menurut ayahnya, tidak ditemukan video apapun di ponsel Kirana. Padahal setelah video itu viral, pihak sekolah langsung melakukan razia ponsel. Dan pelaku pasti tidak menyangka hal itu akan terjadi. Tapi kenapa Kirana bisa lolos dari kecurigaan?
"Kenapa? Kau tidak terima? Aku hanya mengatakan kenyataannya. Lagipula, tidak hanya aku yang kau bully." Karina kembali mendekat dan berbisik, "bisa saja diam-diam ada yang menaruh dendam padamu. Dia sudah menyiapkan kejutan untukmu dan membalas semua perbuatan mu selama ini. Jadi, bersiaplah!!"
Sovia mengepalkan kedua tangannya erat dan mendorong keras Karina hingga mundur beberapa langkah. "DIAM KAU, SIALAN!!" bentaknya
"AKU TAHU JIKA KAU ADALAH PELAKUNYA. KAU PASTI BERKOMPLOT DENGAN ORANG LAIN UNTUK MENJEBAKKU, KAN?" teriaknya lagi
Karina hanya tertawa sinis. Ekor matanya melirik kearah Bagas yang terlihat gemetar diantara teman-temannya yang lain. Tapi dia seolah tidak perduli dan kembali menatap Sovia. "Apa kau mempunyai bukti?"
"AKU TIDAK MEMBUTUHKAN BUKTI KARENA AKU YAKIN KAULAH PELAKUNYA. DAN AKU AKAN MEMBALAS MU, SIALAN." Sovia menarik rambut Karina dan menghempaskan Karina di meja. Dia kembali menarik kerah Karina dan melayangkan beberapa tamparan di pipi gadis itu.
"MATI SAJA KAU, SIALAN!!" tangan Sovia kembali terangkat dan hendak menampar Karina. Namun suara seseorang berhasil menghentikannya.
"SOVIA!!!"
Deg
Sovia menoleh dan melihat ayahnya sudah berdiri di depan pintu dengan wajah merah padam.
"LEPASKAN DIA ATAU DADDY AKAN MENCABUT SEMUA FASILITAS MU!!" ancam Hartono
Sovia mendengus kesal dan melepaskan Karina dengan kasar. "Sekarang kau selamat, tapi tidak untuk lain kali. Lihat saja, aku akan kembali membuat perhitungan dengan mu dan mencabut beasiswa yang kau dapat." bisik Sovia
Karina hanya diam saja dengan kepala yang menunduk. Dia memegang pipinya yang terasa nyeri akibat tamparan Sovia.
"Brengsek!! Jika bukan karena akting, aku pasti sudah menghabisinya." batin Karina geram.
"Apa yang kau lakukan, hah? Bukankah Daddy sudah bilang. Jangan berulah lagi!! Apa kau tidak malu menjadi perbincangan banyak orang?" sentak Hartono.
"Tapi dad. Aku yakin jika dialah pelakunya." protes Sovia
"Pulang!!"
"Tapi dad ... "
"DADDY BILANG, PULANG!!"
Sovia menghentakkan kedua kakinya kesal dan pergi begitu saja. Hal itu membuat Hartono menghela nafas panjang. Dia menatap Karina yang menunduk dengan rambut yang menutupi wajahnya.
"Kau yang bernama Kirana?" tanya Hartono yang dijawab anggukan pelan oleh Karina.
"Maaf atas apa yang sudah dilakukan Sovia. Kau tenang saja, aku akan segera menangkap pelakunya agar kau tidak tertekan dengan opini masyarakat diluar sana." setelah mengatakan hal itu, Hartono pergi dari sana.
Sedangkan Karina jangan di tanya lagi. Dia tertawa dalam hati karena ucapan Hartono sama dengan Bima. Mereka berfikir jika dia tertekan dengan video tersebut. Padahal dia sangat ingin semua pelaku perundungan mendapat hukuman. Tapi sepertinya semua tidak semudah itu. Apalagi Sovia kembali mengancam akan mencabut beasiswa Kirana. Jika dia melawan, Kirana bisa kehilangan semua impian nya. Tapi apa Kirana masih bisa bertahan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nasywa Humaira Zidny
emangnya yang memberi beasiswa itu di Sovia yah kok bisa seenaknya saja main ngancam cabut beasiswa sudah gila kali
2024-05-21
0
murniati cls
Napa tak dia blg BKN soal vidio tp soal bullying yg dia dpt biar dbyr
2024-03-24
0
🪷white lotes🪷
lucu bgt kata katanya
2023-12-20
0