Bab 19 Curiga?

Setelah Hartono selesai memberikan pengarahan pada semua siswa, dia meminta semua guru untuk berkumpul di ruang rapat sebelum jam pelajaran dimulai.

"Kalian pasti tahu kenapa aku kemari. Ya, aku ingin membahas video yang belakangan ini membuat gempar di dunia maya." seru Hartono sambil menatap satu persatu guru di sana.

"Aku datang membawa detektif dan juga orang yang ahli dalam bidang IT untuk menyelidiki video tersebut. Untuk itu aku datang kemari." lanjut Hartono

Kepala sekolah dan para guru hanya mengangguk paham. Mereka sudah diberitahu dari awal maksud kedatangan pria itu. Hanya saja mereka tidak menyangka jika rumor tentang Hartono yang lebih mementingkan kekuasaan itu benar adanya.

Terbukti pria itu tidak membahas mengenai putrinya tapi justru hanya membahas tentang pelaku yang mengedarkan video amatir tersebut.

"Apa kalian mencurigai seseorang?" tanya Hartono

Mereka semua terdiam dan saling pandang. Semua orang bisa menjadi pelaku karena mereka tahu tidak sedikit orang yang tidak menyukai perilaku Sovia. Jadi jika di tanya siapa? Mereka tidak bisa menjawabnya.

"Kami tidak tahu tuan. Tapi kami sudah memeriksa satu persatu ponsel siswa terutama teman-teman nona Sovia. Dan mereka tidak ada yang menyimpan video tersebut." seru kepala sekolah

"Lalu, petunjuk apa yang kalian dapatkan?" tanya Hartono

"Em ... Soal petunjuk, kami tidak menemukan petunjuk apapun tuan. Kami hanya tahu jika video itu diambil di kelas nona Sovia. Karena saat itu nona Sovia melakukan perundungan pada salah satu teman sekelasnya." terang kepala sekolah

Hartono mengangguk paham. Tidak masalah jika hanya itu yang mereka dapatkan. Yang terpenting adalah dia bisa fokus pada teman-teman Sovia terlebih dahulu.

"Kumpulkan ponsel siswa-siswi di kelas Sovia dan bawa kemari!! Orang-orang ku yang akan memeriksanya secara langsung." perintah Hartono yang di jawab anggukan oleh kepala sekolah

Video tersebut memang sudah ia hapus tapi dia sudah menyimpan akun yang berani membuat nama baiknya tercoreng. Untuk itu, dia akan memeriksa ponsel siswa sekali lagi.

Selama mereka membahas hal itu, Bima terlihat diam saja. Dia masih memikirkan ekspresi wajah Kirana yang menatap tajam Hartono saat berada di lapangan tadi.

Dia penasaran, kenapa ekspresi Kirana seperti itu? Gadis itu seolah menyimpan dendam yang teramat sangat. Apa karena Hartono adalah ayah dari Sovia yang selama ini menindasnya?

Tapi jika Kirana menyimpan dendam, harusnya gadis itu membalas Sovia, bukan? Karena tidak mungkin Kirana bisa melawan Hartono. Akan lebih mudah jika Kirana melawan Sovia.

"Sepertinya aku harus menanyakannya langsung pada Kirana." batin Bima

Bel tanda masuk sudah berbunyi. Rapat mereka hentikan dan para guru mulai mengajar di kelas masing-masing. Begitu juga dengan Bima. Tapi sebelum itu, dia meminta semua siswanya untuk mengumpulkan ponsel mereka.

Dengan berat hati mereka mengumpulkan ponsel mereka. Tapi mereka juga tidak bisa menolak karena mereka tahu jika yang meminta ponsel mereka adalah Hartono.

Begitu juga dengan Karina. Dia berusaha bersikap tenang dan memberikan ponsel milik Kirana pada Bima. Dia yakin jika dia akan lolos karena ponsel yang pernah ia pake untuk menyebar video tersebut dia tinggal di rumah dan dia juga sudah menghapus akun tersebut.

Setelah semua ponsel di kumpulkan, Bima memberikan ponsel-ponsel tersebut pada bodyguard Hartono. Baru kemudian Bima memulai pelajarannya.

Selama pelajaran berlangsung, Bima terus memperhatikan Kirana. Dia baru menyadari jika akhir-akhir ini Kirana berubah.

Yang ia tahu, Kirana itu sangat lembut dan pintar. tapi akhir-akhir ini dia melihat Kirana yang bertingkah bar-bar. Dia berani melawan Sovia dan antek-anteknya tanpa rasa takut sedikitpun. Bahkan Kirana yang sekarang tidak bisa mengerjakan soal yang ia berikan. padahal dulu, Kirana selalu menjawab soal yang ia berikan dengan benar.

"Oke, masih tersisa waktu 10 menit sebelum bel berbunyi. Apa ada yang ingin di tanyakan?" tanya Bima. Dia melihat satu persatu muridnya namun tidak ada yang mengangkat tangannya untuk bertanya.

"Baiklah kalau begitu. Pelajaran kita cukup sampai di sini. Jangan lupa kerjakan PR kalian." seru Bima

"Baik pak." sahut mereka serempak

"Good. Em... Kirana, tolong bantu bapak membawa buku-buku ini keruangan bapak. Dan untuk yang lainnya, kalian boleh istirahat. Selamat siang."

"Siang pak!!"

Karina membawakan buku-buku milik Bima ke ruangannya. Dia tidak menaruh curiga apapun karena memang biasanya Bima suka meminta bantuan murid-muridnya untuk membawakan buku-bukunya. Hanya saja, ini pertama kalinya dia di suruh oleh Bima.

"Ini pak buku-bukunya." Karina meletakkan buku-buku tersebut di atas meja dan pamit undur diri.

"Kalau begitu saya permisi dulu pak." ucapnya

"Tunggu!! Ada yang ingin aku bicarakan. Duduklah dulu!!" perintah Bima

Karina terdiam sejenak. Dia merasa ada yang aneh, kenapa tiba-tiba pak Bima ingin bicara dengannya? Apa ini menyangkut video itu? Bagaimanapun juga dia adalah korban. Jadi kemungkinan pak Bima ingin menanyakan hal itu padanya.

"Ada apa pak?" tanya Karina

"Begini Kirana, bapak ikut prihatin dengan apa yang terjadi padamu selama ini. Bapak tahu kau pasti takut. Apalagi setelah video perundungan itu tersebar. Kau pasti merasa tertekan. Tapi jika kau mau, kau bisa bercerita padaku, apa yang kau rasakan? Jangan memendamnya sendirian." seru Bima

"Apa maksud bapak?" tanya Karina

"Begini, bapak tahu kau marah. Kau sakit hati mendapat perlakuan itu. Tapi jangan sampai hal itu membuatmu menjadi pemberontak. Bahkan nilai-nilai mu juga menurun."

Karina tersenyum sinis karena dia tahu arah pembicaraan Bima.

"Jadi menurut bapak, saya harus diam saja saat orang lain menindas saya?" tanya Karina yang membuat Bima terdiam

"Kesabaran seseorang itu ada batasnya pak. Kalian, para guru tahu apa yang terjadi, tapi kalian diam saja dan tidak melakukan tindakan apapun karena Sovia anak pemilik sekolah ini. Kalian takut, bukan?"

Karina mengepalkan tangannya dan menghela nafas panjang untuk meredam emosinya. "Terimakasih sudah prihatin dengan apa yang terjadi pada saya. Tapi untuk bercerita pada anda tentang apa yang saya rasakan, saya rasa itu tidak ada gunanya. Dan maaf jika nilai saya anjlok. Bapak tahu sendiri alasannya. Permisi." Karina beranjak dan hendak keluar dari ruangan Bima namun langkahnya terhenti saat mendengar pertanyaan Bima.

"Lalu kenapa kau menatap tuan Hartono seperti itu? Apa kau bermaksud akan melawannya?" tanya Bima

Cukup lama Karina terdiam. Hingga akhirnya dia menoleh dan berkata, "bapak tahu sendiri apa yang alasannya. Tapi kita tidak akan tahu hasil akhirnya jika kita tidak mencoba. Permisi." Karina bergegas keluar dari ruangan Bima. Dia sudah tidak perduli dengan penilaian Bima terhadap dirinya. Mungkin juga Bima sudah mulai mencurigainya. Dan dia tidak tidak perduli. Yang terpenting adalah dendamnya terbalaskan.

Sementara itu, Bima hanya bisa merasa bersalah. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dia tidak mempunyai kekuasaan apapun . Bahkan kepala sekolah tunduk pada Hartono.

''Maafkan bapak, Kirana. Bapak sangat ingin membantumu. Tapi bapak tidak bisa. Semoga kau cepat mendapatkan keadilan, Kirana." batin Bima

Episodes
1 Bab 1 Lelah
2 Bab 2 Mati Otak
3 Bab 3 Menyamar
4 Bab 4 Di Bully
5 Bab 5 Tidak Ada Harapan Untuk Hidup
6 Bab 6 Buku Diary
7 Bab 7 Sovia
8 Bab 8 Di Permalukan
9 Bab 9 Bagas
10 Bab 10 Surat Peringatan
11 Bab 11 Mencari Rumah Bagas
12 Bab 12 Rencana Karina
13 Bab 13 Video
14 Bab 14 Razia
15 Bab 15 Di Hapus
16 Bab 16 Gagal
17 Bab 17 Takut
18 Bab 18 Kedatangan Hartono
19 Bab 19 Curiga?
20 Bab 20 Lolos Dari Kecurigaan
21 Bab 21 Cantika Menemui Kirana (Karina)
22 Bab 22 Membuat Keributan
23 Bab 23 Membalas
24 Bab 24 Leo
25 Bab 25 Aku Akan Membantumu
26 Bab 26 Aku Akan Membalas Kalian
27 Bab 27 Konferensi Pers
28 Bab 28 Jangan Sedih
29 Bab 29 Pulang
30 Bab 30 Menolak
31 Bab 31 Melawan
32 Bab 32 Surat Peringatan 2
33 Bab 33 Ruang Keamanan?
34 Bab 34 Rencana
35 Bab 35 Leo Reynand Aditama
36 Bab 36 Siapa Kakak Sebenarnya?
37 Bab 37 Inilah Aku
38 Bab 38 Mengunjungi Kirana
39 Bab 39 Mengunjungi Kirana 2
40 Bab 40 Menemui Karina
41 Bab 41 Menyusun Rencana
42 Bab 42 Masuk Perangkap
43 Bab 43 Di Sekap
44 Bab 44 Aku Saudara Kembar Kirana
45 Bab 45 Luapan Emosi Karina
46 Bab 46 Keputusan
47 Bab 47 Video Pengakuan
48 Bab 48 Bantuan Rendra
49 Bab 49 Kehancuran Hartono
50 Bab 50 Penyesalan Sovia
51 Bab 51 Aku Akan Mencoba Untuk Ikhlas
52 Bab 52 Pulang 2
53 Bab 53 Berbaikan
54 Bab 54 Keluarga Adalah Segalanya
55 Bab 55 Pasrah
56 Bab 56 Kami Ingin Mengadopsi Si Kembar
57 Bab 57 Pergi Untuk Selama-lamanya
58 Bab 58 Kenangan
59 Bab 59 Ungkapan Rasa
60 Bab 60 Di Tolak?
61 Bab 61 Mabuk
62 Bab 62 Berbicara Pada Bintang
63 Bab 63 Apa Yang Terjadi Semalam?
64 Bab 64 Mencoba
65 Bab 65 Menemui Calon Istri
66 Bab 66 Perasaan Yang Terbalas
67 Bab 67 Pertunangan
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1 Lelah
2
Bab 2 Mati Otak
3
Bab 3 Menyamar
4
Bab 4 Di Bully
5
Bab 5 Tidak Ada Harapan Untuk Hidup
6
Bab 6 Buku Diary
7
Bab 7 Sovia
8
Bab 8 Di Permalukan
9
Bab 9 Bagas
10
Bab 10 Surat Peringatan
11
Bab 11 Mencari Rumah Bagas
12
Bab 12 Rencana Karina
13
Bab 13 Video
14
Bab 14 Razia
15
Bab 15 Di Hapus
16
Bab 16 Gagal
17
Bab 17 Takut
18
Bab 18 Kedatangan Hartono
19
Bab 19 Curiga?
20
Bab 20 Lolos Dari Kecurigaan
21
Bab 21 Cantika Menemui Kirana (Karina)
22
Bab 22 Membuat Keributan
23
Bab 23 Membalas
24
Bab 24 Leo
25
Bab 25 Aku Akan Membantumu
26
Bab 26 Aku Akan Membalas Kalian
27
Bab 27 Konferensi Pers
28
Bab 28 Jangan Sedih
29
Bab 29 Pulang
30
Bab 30 Menolak
31
Bab 31 Melawan
32
Bab 32 Surat Peringatan 2
33
Bab 33 Ruang Keamanan?
34
Bab 34 Rencana
35
Bab 35 Leo Reynand Aditama
36
Bab 36 Siapa Kakak Sebenarnya?
37
Bab 37 Inilah Aku
38
Bab 38 Mengunjungi Kirana
39
Bab 39 Mengunjungi Kirana 2
40
Bab 40 Menemui Karina
41
Bab 41 Menyusun Rencana
42
Bab 42 Masuk Perangkap
43
Bab 43 Di Sekap
44
Bab 44 Aku Saudara Kembar Kirana
45
Bab 45 Luapan Emosi Karina
46
Bab 46 Keputusan
47
Bab 47 Video Pengakuan
48
Bab 48 Bantuan Rendra
49
Bab 49 Kehancuran Hartono
50
Bab 50 Penyesalan Sovia
51
Bab 51 Aku Akan Mencoba Untuk Ikhlas
52
Bab 52 Pulang 2
53
Bab 53 Berbaikan
54
Bab 54 Keluarga Adalah Segalanya
55
Bab 55 Pasrah
56
Bab 56 Kami Ingin Mengadopsi Si Kembar
57
Bab 57 Pergi Untuk Selama-lamanya
58
Bab 58 Kenangan
59
Bab 59 Ungkapan Rasa
60
Bab 60 Di Tolak?
61
Bab 61 Mabuk
62
Bab 62 Berbicara Pada Bintang
63
Bab 63 Apa Yang Terjadi Semalam?
64
Bab 64 Mencoba
65
Bab 65 Menemui Calon Istri
66
Bab 66 Perasaan Yang Terbalas
67
Bab 67 Pertunangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!