Karina kembali menjadi dirinya sendiri. Dia mengikat rambutnya ekor kuda tanpa make up yang menempel di wajahnya. Tidak lupa ia memakai topi dan jaket kebanggaan nya.
"Malam ini juga, aku harus menemukan alamat Bagas." gumam Karina. Dia mencoba mencari di kamar Kirana. Siapa tahu Kirana mencatat alamat teman-temannya. Namun ia tidak menemukannya di manapun. Lalu dia mengambil ponsel Kirana dan menemukan kontak milik Bagas.
Karina tersenyum senang. Dia mengirim pesan pada pria itu dan menanyakan alamatnya. Dia beralasan ingin meminjam buku karena bagaimanapun Karina di skors selama dua hari oleh kepala sekolah.
Untungnya Bagas tidak curiga dan langsung mengirim alamatnya pada Karina.
Karina tersenyum senang. Ia meraih tasnya dan bergegas ke alamat yang Bagas kirimkan padanya.
Karina menyetop taksi dan memberikan alamat Bagas pada si sopir karena dia sendiri tidak tahu di mana alamat tersebut. Dan setelah menempuh perjalanan -+ 30 menit, taksi yang ia tumpangi berhenti tepat di depan pagar rumah yang mewah.
Karina memastikan kembali pada si sopir tentang alamat tersebut karena takut ia datang ke alamat yang salah. Namun sopir tersebut mengatakan jika itu memang benar alamat rumah yang Karina cari.
Karina membayar argo taksi sebelum turun. Dia melihat ke dalam melalui pagar, rumah mewah yang membuatnya tidak berkedip sedikitpun.
"Aku tidak menyangka jika Bagas anak orang kaya. Tapi kenapa kemarin dia bilang seolah dia orang susah? Apa maksud nya berkata takut usaha orang tuanya memasukkan nya di sekolah itu sia-sia?" gumam Karina. Dia memencet bel berulang kali hingga datang seorang satpam dan bertanya padanya.
"Non siapa? Dan ada perlu apa datang kemari?" tanya pak satpam
"Aku ingin bertemu dengan Bagas, pak. Tadi aku sudah menghubunginya." seru Karina
"Oh non Kirana ya. Den Bagas sudah menunggu non Kirana di dalam." pak satpam membuka pagar untuk Karina dan mengantarnya masuk.
Lagi-lagi Karina berdecak kagum melihat interior rumah Bagas. Sampai dia mendengar suara langkah kaki seseorang menuruni anak tangga. Dia menoleh dan melihat Bagas yang nampak mengerutkan keningnya.
"Siapa kau?" tanya Bagas
"Aku Karina, kakak Kirana. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan mu. Ini mengenai Kirana." seru Karina
Bagas menatap curiga Karina. Dia menatap penampilan Karina yang terlihat berbeda dengan Kirana. Di tambah lagi, gadis itu tidak pernah bercerita jika ia memiliki seorang kakak. Yang Bagas tahu mengenai Kirana adalah jika gadis itu yatim piatu.
"Kenapa? Kau tidak percaya jika aku adalah kakak Kirana?" tanya Karina. Dia menatap Bagas yang diam saja. Hingga Karina menunjukkan fotonya bersama Kirana yang membuat Bagas percaya.
"Maafkan aku kak, aku tidak tahu kalau Kirana mempunyai seorang kakak. Dia juga tidak pernah bercerita padaku. Ya, bisa di bilang Kirana sangat tertutup." seru Bagas
"Tidak masalah."
Bagas mempersilahkan Karina untuk duduk dan berkata, "Jadi, ada apa kakak datang kemari? Di mana Kirana?" tanya Bagas
"Sebenarnya, aku yang mengirim pesan padamu menggunakan ponsel Kirana. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu. Ini mengenai Kirana."
Bagas terdiam. Entah mengapa perasaannya tidak enak. Apa jangan-jangan kakak Kirana ingin menanyakan apa yang terjadi pada Kirana selama ini? Pikir Bagas
Dan memang benar. Kirana mulai menanyakan pada Bagas tentang apa yang terjadi pada Kirana. Dia beralasan menemukan surat peringatan dari sekolah di tas Kirana dan melihat nilai Kirana yang menurun.
"Apa kau tahu sesuatu? Kirana anak yang baik. Bahkan dia sangat pintar sampai-sampai mendapatkan beasiswa. Jadi rasanya aneh sekali jika dia mendapatkan surat peringatan dan nilainya menurun." seru Karina
"Dia juga sering mengeluh lelah setelah pulang sekolah. Aku sudah berulang kali bertanya padanya. Tapi dia selalu menjawab jika dia baik-baik saja." lanjut Karina. Sebenarnya dia sudah tahu jika adiknya mengalami pembullyan di sekolah. Dia bertanya pada Bagas karena ingin tahu lebih detail dan hal itu bisa ia jadikan alasan untuk meminta membantu Bagas.
"Ma-maaf kak, aku tidak tahu apa-apa. Kami memang satu kelas. Tapi aku tidak terlalu dekat dengan Kirana." seru Bagas yang membuat Karina menggeram kesal. Kenapa pria itu berbohong? Jelas-jelas ia tahu apa yang terjadi pada Kirana. Apa dia takut Karina akan mendatangi pihak sekolah untuk membuat perhitungan?
Bagas tidak tahu saja jika sebenarnya Kirana yang sekarang dia temui setiap hari di sekolah adalah Karina.
"Apa kau yakin tidak tahu apapun?" tanya Kirana mengintimidasi
Bagas terlihat gugup. Kedua matanya bergerak kesana-kemari karena tidak berani menatap mata Karina.
"Apa Kirana mengalami pembullyan di sekolah?" tanya Karina
Bagas menelan ludahnya kasar. Jika dia mengatakan yang sebenarnya, dia takut kakak Karina akan menemui pelaku dan dirinya bisa dalam masalah karena bagaimanapun dia yang sudah memberikan informasi itu. Tapi jika dia diam saja, bisa saja kakak Kirana terus mengintimidasinya.
"Aku harap kau tidak membohongiku. Jika hal itu sampai terjadi, maka kau orang pertama yang harus bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada Kirana." ancam Karina
"Ba-baiklah. A-aku akan mengatakan yang sebenarnya. Tapi aku mohon jangan bawa-bawa diriku dalam masalah ini. Aku tidak mau di keluarkan dari sekolah." ucapnya takut
Karina mengangguk pelan dan Bagas mulai menceritakan dari awal mula Kirana mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di sekolah hanya karena gadis itu miskin dan bisa masuk ke sekolah elit tersebut melalui jalur beasiswa.
Bagas menceritakan secara detail apa yang Kirana alami. Gadis itu tidak berani melawan karena di ancam oleh Sovia dengan mencabut beasiswanya. Itu sebabnya Kirana hanya bisa diam dan menangis saat di bully oleh orang-orang suruhan Sovia. Bahkan gadis itu pernah pingsan di lapangan namun tidak ada yang menolongnya.
Karina mengepalkan tangannya mendengarnya. Dia tidak menyangka jika mereka sekejam itu. Bahkan balasan yang ia lakukan kemarin belum ada apa-apanya di bandingkan dengan apa yang Kirana alami. Namun sayangnya dia langsung mendapatkan surat peringatan yang membuatnya kesal.
"Selain Sovia, siapa lagi yang melakukan hal keji itu pada adikku?" tanya Karina geram
"Semua ikut andil karena mereka di perintahkan oleh Sovia." jawab Bagas
Karina mengangguk paham. "Terimakasih atas informasinya. Tapi aku ingin kau melakukan sesuatu untuk ku." seru Karina
"A-apa itu?" tanya Bagas
"Aku ingin kau membantuku membongkar kejahatan mereka."
Deg
Bagas segera menggelengkan kepalanya menolak permintaan Karina. Dia tidak mau terlibat terlalu dalam. Bukan karena dia tidak setia kawan. Tapi masa depannya juga menjadi taruhannya jika ia melawan Sovia.
"Ma-maafkan aku, aku tidak bisa membantu mu." tolak Bagas
"Kau tenang saja. Aku sudah mengaturnya agar tidak ada yang tahu jika kau terlibat. Kau hanya perlu menurut saja dan lakukan tugasmu dengan baik. Aku berani jamin, kau akan aman." seru Karina
Bagas nampak terdiam. Dia ragu untuk melakukan namun mendengar ucapan Karina yang meyakinkan, akhirnya ia setuju untuk membantunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Dev
harusnya direkam gk sih..bisa jd bukti..
2024-05-15
1
Acih Suarsih
tambah seru ceritanya, lanjut kak
2023-11-18
0