Keesokan harinya, Karina bersiap untuk pergi ke sekolah. Tapi sebelum itu dia mampir di rumah sakit untuk melunasi biaya administrasi rumah sakit.
"Perfect." ucapnya di depan cermin. Mulai sekarang dia harus bisa dan membiasakan diri berpenampilan seperti Kirana setiap paginya, agar bisa bersekolah dan membalas Sovia dan yang lainnya.
Setelah memastikan penampilannya hari ini, dia bergegas untuk pergi ke rumah sakit terlebih dahulu. Dia menaiki kendaraan umum agar cepat sampai di Rumah sakit. Baru setelahnya dia pergi ke bagian administrasi untuk membayar biaya pengobatan adiknya.
Karina merasa lega karena bisa membayar lunas pengobatan Kirana sampai satu bulan kedepan. Dia tidak tahu sampai kapan Kirana bisa bertahan. Tapi setidaknya dia sudah berusaha membuat Kirana tetap bernafas walaupun menggunakan alat bantu sekaligus.
"Aku berangkat sekolah dulu Kiran. Nanti sepulang sekolah, aku kesini lagi " ucap Karina. Dia berpesan pada suster untuk menjaga adiknya.selama dia tidak ada di sampingnya. Baru setelahnya dia bergegas untuk pergi ke sekolah.
Lagi-lagi Karina menggunakan kendaraan umum karena sebentar lagi bel tanda masuk akan berbunyi. Dia tidak ingin terlambat dan mendapatkan hukuman.
Namun, baru beberapa langkah ia memasuki area sekolah, dia di sambut dengan seember air yang disiramkan padanya. Karina mematung. Dia mengepalkan tangannya dan menatap semua siswa yang menertawakannya.
"Ha ... Ha ... Ha ... Rasakan!!! Itu balasan karena kau berani dengan Sovia." teriak salah satu dari mereka
Karina mendengus kesal. Lagi-lagi Sovia. Memangnya siapa dia? Apa wanita itu mempunyai peranan penting, sehingga semua membelanya? Pikir Karina. Dia memikirkan cara untuk membalas mereka semua. Hingga dia melihat ada tukang kebun yang sedang menyiram tanaman. Dia tersenyum dan menghampiri tukang kebun tersebut.
Tanpa permisi, Karina merebut selang air dari tukang kebun dan menggunakannya untuk membalas siswa yang tadi menertawakannya.
"Kyaaa .... Hentikan!!" teriak mereka terkejut. Bahkan saat mereka berusaha menghindar, Karina terus mengejarnya. Namun sayangnya selang yang ia gunakan tidak terlalu panjang. Dia tersenyum puas dan membuang selang itu begitu saja.
"Sepertinya aku membutuhkan baju ganti." gumamnya melihat diri sendiri. Baru saja dia tiba, tapi bajunya sudah basah. Dan sialnya dia tidak membawa baju ganti. Sepertinya besok dia harus membawanya untuk berjaga-jaga.
Karina mencari loker milik Kirana, berharap ada baju ganti di sana. Dan untungnya ada seragam olahraga di loker adiknya. Dia mengambil seragam tersebut dan membawanya ke toilet untuk ganti baju.
"Lumayanlah dari pada menggunakan baju basah." gumamnya menatap dirinya di cermin wastafel. Dia menyimpan seragamnya yang basah di kantong plastik dan memasukannya kedalam tas.
Namun saat dia hendak keluar dari toilet , lagi-lagi ada yang menghalanginya. "Mau apa kalian ?" tanya Karina
Tiga siswi itu adalah teman Karina di kelas. Mereka mendorong Karina hingga menabrak dinding toilet dan berkata, "Kami ingin membuat perhitungan karena kau sudah berani pada Sovia."
Karina memutar kedua bola matanya jengah. Sovia lagi, Sovia lagi. "Lalu, kalian ingin apa? memukuliku?" tanya Karina. Dia menarik salah satu tangan siswi tersebut dan mengarahkannya ke mukanya. "Lakukan yang keras!!" perintahnya
Ketiga siswi itu saling pandang. Salah satu dari mereka melayang sebuah pukulan, tapi berhasil di tahan oleh Karina.
Mereka terkejut dan dua di antaranya melakukankan hal yang sama. Tapi Karina bisa menghindar. Justru gadis itu berhasil menendang kaki mereka hingga meringis kesakitan.
Karina menarik rambut ketiganya yang membuat mereka memekik kesakitan dan meminta untuk dilepaskan.
"Akh ... Sakit!! Lepaskan kami!!"
"Aku akan melepaskan kalian, asalkan kalian mau menjawab pertanyaanku." Karina menarik rambut mereka dengan keras yang membuat ketiganya memekik dan mengiyakan ucapan Karina
"Bagus. Aku ingin bertanya, kenapa kalian harus repot-repot mematuhi perintah Sovia, hm?" tanya Karina
"A-apa kau lupa siapa dia, hah? Dia, anak dari pemilik sekolah ini. Tidak ada yang berani padanya karena takut di keluarkan dari sekolah."
"I-iya, bukannya kau juga mendapatkan ancaman dari Sovia?"
Karina mengerutkan keningnya. "Ancaman?" tanyanya refleks
Ketiganya saling pandang. Tidak mungkin gadis itu lupa dengan ancaman Sovia karena yang mereka tahu, selama ini Kirana menuruti semua keinginan Sovia karena takut dengan ancamannya.
"Kau benar-benar lupa? Apa kau juga melupakan perlakuan Sovia selama ini?"
"Apa maksudmu?" tanya Karina
"Kau di jadikan mainan oleh Sovia karena kau miskin dan bisa masuk ke sekolah ini melalui jalur beasiswa. Untuk itu, Kau selalu menjadikan bulan-bulanan oleh Sovia dan gengnya." terang salah satu siswi tersebut
"Aku curiga, jangan-jangan kau mengalami kecelakaan yang membuatmu seperti sekarang."
Karina terdiam mendengarnya. Tapi bukan karena mereka yang mencurigai dirinya, tapi karena ucapan mereka yang membuat dia tahu alasan kenapa mereka patuh pada Sovia dan kenapa Kirana selalu di bully.
Karina merasa geram. Dia melepas kasar rambut ketiga siswi tersebut dan bergegas mencari Sovia di kelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
adella🍃
semoga sopiiiiii-a mati ketabar truk, kejang" dan is dead
2023-11-12
4
☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀
Ya gini nih, lu kaya lu punya kuasa😌
2023-11-12
0