Waktu terus berlalu, tidak terasa jam pelajaran telah usai. Semua siswa membereskan barang-barang mereka dan bergegas untuk pulang. Begitu juga dengan Kirana. Hari ini dia benar-benar lelah dan ingin segera beristirahat.
Sekujur tubuhnya terasa remuk dan kepalanya berdenyut sakit. Ya, setelah memukulinya menggunakan buku besar, Sovia kembali menindasnya dengan melukai fisik dan mentalnya.
Dia di tarik oleh Jessica dan Ericka ke halaman dan diikat di tiang untuk di permalukan disana.
Semua orang tertawa melihatnya. Dan Kirana hanya bisa menangis. Tidak ada yang berani menolongnya, justru mereka ikut menindasnya. Bahkan pihak sekolah juga tutup mata dan telinga dengan apa yang Sovia lakukan.
Dan kini, dia pulang dengan langkah yang lunglai. Sesekali dia duduk untuk beristirahat. Namun dia masih menahan rasa sakit yang ia rasakan. Hingga setelah sampai di rumah, dia memutuskan untuk beristirahat.
"Ayah, ibu, Kiran lelah. Kiran ingin ikut kalian saja. Kiran tidak sanggup seperti ini terus." isak Kirana. Dia terus menangis hingga tanpa terasa dia terlelap dengan sendirinya.
Siang berganti malam. Dan Karina baru saja pulang dari bekerja dengan membawa dua nasi bungkus untuk makan malam mereka. "Aku pulang!!" seru Karina. Dia mengerutkan keningnya karena tidak ada jawaban dari adiknya.
Biasanya jika dia pulang dari bekerja, Kirana akan datang menyambutnya dan menyiapkan piring untuk mereka makan. Namun, kali ini sosok Kirana tidak menampakkan batang hidungnya.
"Kemana Kirana?" gumam Karina. Dia mencari Kirana di kamar dan menatap heran adiknya yang tertidur dengan masih memakai seragam.
"Tumben sekali jam segini Kirana sudah tidur. Dan, kenapa dia tidak ganti baju dulu?" batin Karina heran. Dia mencoba berfikir positif, mungkin adiknya itu terlalu lelah hingga tidak sempat ganti baju. Dia akan membangunkannya nanti dan mengajaknya makan malam.
"Nanti saja aku membangunkan nya setelah aku selesai mandi.'' ujarnya bermonolog. Dia meletakkan makanan tersebut di meja makan dan menutupnya dengan tutup saji. Baru setelahnya dia pergi mandi.
"Hah ... Hari yang melelahkan." Karina menghela nafas panjang. Dia mandi dengan cepat karena dia sudah sangat lapar. Tapi sejenak dia berfikir tentang adiknya yang tertidur. Selain hal itu tidak biasa, dia baru sadar jika Kirana menggunakan seragam yang berbeda dengan yang ia pakai tadi pagi.
"Kenapa tiba-tiba perasaanku tidak enak ya?" batin Karina. Dia segera berpakaian dan masuk ke kamar Kirana untuk membangunkannya.
"Kiran!! Bangun!! Kita makan yuk!! Aku sudah membeli makanan kesukaan mu." seru Karina. Dia mengerutkan keningnya karena Kirana tidak merespon. Dia mendekat dan menggoyang perlahan tubuh Karina.
"Kiran!!" panggil Karina. "Kau baik-baik saja, kan?" Karina menempelkan tangannya di kening Kirana untuk mengecek suhu tubuhnya.
"Oh my Gosh!! Kiran, tubuhmu panas sekali. Kiran!" Karina terlihat panik. Dia terus mencoba membangunkan Kirana, namun adiknya itu sama sekali tidak membuka matanya. Akhirnya Karina melarikan Kirana ke rumah sakit terdekat.
"Astaga, Kiran! Kenapa kau bisa sakit? Padahal tadi pagi kau baik-baik saja, kan?" Karina menggendong Adiknya yang tidak sadarkan diri hingga sampai ke rumah sakit. Sesampainya di sana, Kirana langsung di tangani oleh dokter.
"Semoga kau baik-baik saja Kiran." batin Karina. Dia sangat khawatir karena ini pertama kali Kirana sakit sampai pingsan.
Cukup lama Karina menunggu. Dia berjalan kesana kemari dengan perasaan yang tidak menentu. Hingga dia mendengar suara pintu terbuka dan melihat dokter keluar dari ruang pemeriksaan dimana adiknya berada.
"Dokter, bagaimana keadaan adik saya dok?" tanya Karina
Dokter yang menangani Kirana menghela nafas dan menepuk pelan bahu Karina. "Maaf, kami harus menyampaikan kabar buruk untuk mu. Tim kami sudah memeriksa secara keseluruhan dan untuk saat ini hasil pemeriksaan menunjukkan jika adikmu mengalami cidera otak yang parah yang menyebabkan dia mengalami mati otak."
Deg
Bagaimana tersambar petir di siang hari, Karina terkejut mendengarnya. Lidahnya kelu, seluruh tubuhnya bergetar hebat. "Ma-mati otak?" tanyanya lirih
Dokter mengangguk, membenarkan. Namun kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut dokter, membuatnya mematung.
"Dan kami menemukan luka lebam di sekujur tubuh adik anda. Kemungkinan dia mengalami kekerasan fisik." ucap dokter
Karina tidak bisa berkata-kata lagi. Semua ini benar-benar membuat dirinya hancur. Selama ini dia selalu menjaga adiknya. Dia tidak membiarkan Kirana melakukan pekerjaan berat. Bahkan dia mengabaikan rasa sakit di tubuhnya dan mengira hal itu karena dia yang terlalu keras bekerja. Tapi ternyata rasa sakit yang ia rasakan karena fisik adiknya yang terluka.
"Bo-boleh aku melihat adikku, dok?" lirih Karina
"Silahkan!! Jika ada apa-apa, kau bisa menekan Nurse call di samping brankar." sahut dokter yang dijawab anggukan oleh Karina.
Dia masuk ke kamar dimana Kirana di rawat dengan kaki yang gemetar. Matanya mulai berembun melihat tubuh adiknya yang terbaring tidak sadarkan diri dengan peralatan yang menempel ditubuhnya.
"Kiran!!" tangis Karina pecah. Dia memeluk adiknya dan terus menyalahkan dirinya karena gagal menjaga satu-satunya orang yang dia sayangi. Dia masih tidak percaya hal itu bisa terjadi pada Kirana. Padahal tadi pagi, dia masih melihat senyum manis Kirana saat akan berangkat sekolah dan sekarang dia melihat adiknya yang menutup matanya dengan wajah yang pucat
"Bangun Kiran!!! Aku mohon bangun!!! Jangan tinggalkan aku!!" isak Karina
Untuk beberapa saat Karina menangis. Namun kemudian dia teringat dengan ucapan dokter yang mengatakan jika tubuh Kirana penuh dengan luka lebam.
Perlahan dia membuka baju Kirana dan menemukan beberapa luka lebam di dadanya. Karina Syok. Selama ini adiknya terlihat baik-baik. Tapi kenapa banyak luka di sekujur tubuhnya? Dan bagaimana bisa tiba-tiba Kirana mengalami cidera otak? Apa Kirana mengalami kecelakaan? Atau ada yang menyiksanya?
Memikirkan opsi kedua, tangan Karina mengepal erat. Dia harus mencari tahu sendiri. Selama ini kegiatan Kirana hanya sekolah dan sekolah. Dia melarang Kirana untuk bekerja, bahkan pekerjaan rumah, dia yang melakukannya. Jadi, jika terjadi sesuatu pada Kirana, kemungkinan hal itu terjadi saat Kirana berada di sekolahan.
"Aku harus masuk ke sekolahan itu untuk mencari tahu dan menghukum siapa saja yang sudah membuat adikku seperti ini." geram Karina
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Aiko Amallya
ayolah Thor...kisahnya jangan di pakein bawang terus ...pedih nih mata...buatlah jgn terlalu tertindas. untuk twins nya.😢😢😢
2024-06-27
0