Bel tanda istirahat berbunyi. Semua siswa berbondong-bondong pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka. Begitu juga dengan Karina. Dia berjalan dengan percaya diri menggunakan seragam olahraga tanpa memperdulikan tatapan aneh dari semua orang.
Karina memesan makanan dan mencari tempat duduk yang kosong. Dia menatap setiap siswa yang ada di sana dan tersenyum sinis karena tidak ada yang mau duduk di meja yang sama dengan dirinya.
Namun tiba-tiba ada seorang pria yang duduk di depannya. Dia merupakan teman sekelas Karina. Ya, dia adalah Bagas.
"Hai Ran!!" sapa Bagas yang langsung duduk di depan Karina begitu saja.
Karina hanya menatap Bagas dengan tatapan tidak suka. Walaupun pria di depannya ini pernah memberitahunya untuk tidak mencari masalah dengan Sovia, tapi tetap saja pria itu tidak menolongnya saat di bully oleh Sovia dan gengnya. Hal itu membuat Karina mengira jika dia sama saja dengan yang lain.
Pria itu hanya diam saja bahkan enggan untuk menatapnya saat diperlakukan buruk oleh Sovia. Entah karena tidak tega atau karena takut, Karina tidak tahu. Tapi dia jadi penasaran, siapa pria ini? Apa dia mengenal Kirana begitu dekat?
"Untuk apa kau duduk di sini? Kau tidak takut dengan Sovia?" tanya Karina
Pria itu tersenyum dan berkata, "Aku memang takut padanya. Tapi bukan karena takut di bully. Melainkan aku takut di keluarkan dari sekolah ini. Aku tidak mau usaha orang tuaku menyekolahkan ku di sini sia-sia." seru Bagas
"Kau tahu sendiri, bukan? Sovia adalah anak dari pemilik sekolah. Dia menyalah gunakan kekuasaannya dengan menindas yang lemah dan yang tidak mau menuruti perintahnya." lanjut Bagas
Karina terdiam. Dia memang sudah melihat hal itu secara langsung. Dan dia tidak menyalahkan Bagas karena tidak menolongnya jika alasannya seperti itu. siapapun yang mendapat ancaman pasti akan memilih aman. Apalagi hal itu menyangkut kelanjutan pendidikan kita
"Aku minta maaf jika selama ini tidak pernah menolongmu, Ran. Ya, kau sudah tahu alasannya. Dan melihat dirimu yang sekarang, kau benar-benar berubah Ran. Kau berani melawan setiap perlakuan yang Sovia lakukan padamu. Aku salut padamu. Tapi kau juga harus mempertimbangkan setiap apa yang akan kau lakukan. Jangan sampai beasiswa mu di cabut oleh pihak sekolah karena melawan Sovia." seru Bagas
Deg
Karina terkejut mendengarnya. "Di cabut?" tanyanya yang dijawab anggukan oleh Bagas. Namun raut wajah pria itu terlihat bingung karena dirinya yang seolah terkejut akan hal itu.
Ya, tentu saja dia terkejut. Karena hal itu membuatnya tahu alasan Kirana memilih diam dan tidak melakukan perlawanan. Kirana pasti takut beasiswanya di cabut jika melawan Sovia. Dan sama seperti Bagas, Kirana pasti tidak mau usahanya masuk di sekolah ini sia-sia.
Namun jika akhirnya akan begini, untuk apa dia mempertahankan beasiswanya? Dia hanya menyiksa diri sendiri hingga sakit dan bahkan tidak ada harapan lagi untuk melihat dunia.
Karina menghela nafas panjang mencoba untuk meredam apa yang ia rasakan saat ini. Dia mencoba mencari topik pembicaraan lain dengan Bagas karena dia ingin tahu bagaimana hubungan pria itu dengan adiknya.
"Aku lupa, aku pernah mengatakan padamu jika aku mempunyai seorang kakak atau tidak. Tapi dia yang membuatku menjadi sekarang." seru Karina.
Bagas seperti tertarik mendengar hal itu. Dan mereka mulai bercerita satu sama lain.
Dan setelah berbincang cukup lama, Karina akhirnya mengerti jika pria itu cukup perduli pada Kirana. Dia sangat ingin bertanya tentang apa yang terjadi pada Kirana setiap harinya, namun hal itu akan terasa aneh jika ia menanyakannya langsung.
Pasti Bagas akan curiga padanya dan tahu jika dia bukan Kirana. Jadi lebih baik dia mencari waktu yang tepat untuk bertanya langsung pada Bagas. Tentu saja dia akan menggunakan identitas aslinya. Dia akan mengorek informasi dari Bagas dan meminta bantuannya untuk membongkar kejahatan Sovia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments