Karina melepas dagu Sovia dengan kasar. Dia kembali ke tempat duduk Kirana dan membaca setiap kalimat kasar yang tertulis di sana.
Sementara itu, Sovia berdiri dan memberi kode pada kedua temannya. Jessica mengambil buku tebal milik siswa lain dan menggunakannya untuk memukul kepala Karina.
BRAKH
Karina terdiam. Dia memejamkan matanya sejenak dan berdiri dengan kasar sehingga kursi yang ia duduki terjatuh. Dia berbalik dan menatap tajam Jessica.
Tanpa berkata apapun, Karina melangkah maju yang membuat Jessica gemetar ketakutan. Namun dari belakang, lagi-lagi ia mendapat pukulan dari Ericka.
Karina berhenti sejenak karena merasa kepalanya berdenyut. Dia mengepalkan kedua tangannya erat dan langsung menarik rambut Jessica dan Ericka bersamaan.
"Akh ... " pekik keduanya bersamaan. "Lep-paskan!!" teriak mereka kesakitan. Namun Karina hanya tersenyum sinis. Dia menarik keduanya dan mendorong kepala mereka ke meja Kirana.
"Selama ini aku diam, bukan berarti aku takut. Kalian tahu, kesabaran seseorang itu ada batasnya, jadi ... " Karina menarik rambut keduanya hingga kepala mereka terangkat. Namun salah satu dari siswa memberitahu jika pak Bima sudah datang.
"Kalian beruntung." Karina segera melepaskan mereka dengan kasar dan kembali duduk, seolah tidak merasa bersalah.
Sovia bergidik melihatnya. Dia merasa ada yang aneh dengan Kirana. Tidak biasanya gadis itu melawan mereka seperti ini. Apa ancaman darinya tidak lagi membuatnya takut?
"Bagaimana sekarang Sov?" tanya Jessica kesakitan.
"Kita pikirkan nanti. Yang jelas aku akan membalas anak sialan itu." sahut Sovia geram. Dia sama sekali tidak mengalihkan tatapannya pada Karina. Namun saat gadis itu menoleh, Sovia dan kedua temannya buru-buru membuang muka.
Karina tersenyum sinis. Dia kembali menatap kedepan, memperhatikan pak Bima yang mulai menjelaskan tentang pelajaran.
Namun, Karina yang sudah tidak sekolah, merasa pusing mendengar celotehan pak Bima. Dia beralih menatap tulisan di meja Kirana. Dia mengusap pelan setiap kalimat kasar yang tertulis di sana dan terus menyalahkan diri sendiri.
"Maafkan aku, Kiran. Aku tidak bisa menjagamu. Tapi tenang saja, aku pastikan akan membalas orang-orang yang sudah menyakiti mu." batin Karina
...----------------...
Tidak lama kemudian, bel tanda istirahat telah berbunyi. Semua siswa berbondong-bondong keluar dari kelas dan menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Tapi tidak dengan Karina. Dia lebih tertarik untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Kirana selama ini.
Tapi itu tidak akan mudah. Jika dia bertanya langsung, itu akan terkesan aneh. Dan mereka akan tahu jika dia bukan Kirana. Mungkin dengan berkeliling, dia akan mendapatkan petunjuk.
Banyak hal yang membuat ia penasaran. Selain pelaku yang sudah membully adiknya, Kenapa tidak ada yang menolongnya saat di bully? Apa hal itu yang selama ini Kirana alami? Lalu, apa pihak sekolah tidak tahu akan hal ini? Kenapa mereka diam saja?
"Astaga ... Semua ini membuat kepalaku pusing." gerutu Karina. Dia berjalan di sepanjang lorong kelas. Dan lagi-lagi mendapat tatapan aneh dari siswa yang berpapasan dengannya
"Sebenarnya ada apa sih? Kenapa mereka menatapku seperti itu? Apa mereka sadar jika aku bukan Kirana?" gumam Karina. Dia pergi ke toilet dan memastikan penampilannya di depan cermin wastafel.
"Tidak ada bedanya aku dengan Kirana. Kami kan kembar. Aku yakin jika mereka semua tidak tahu jika Kirana mempunyai saudara kembar. Lalu kenapa mereka menatapku seperti itu?" gumamnya bermonolog. Dia hendak keluar dari toilet. Namun langkahnya terhenti saat mendengar pembicaraan siswi yang berada di luar toilet.
"Aku dengar anak kelas Xl yang biasa di bully, sekarang sudah berani melawan."
"Benarkah?"
"Iya. Tapi aku yakin, Sovia tidak akan tinggal diam."
"Aku sudah tidak sabar melihatnya."
Begitulah percakapan yang Karina dengar. Dia mengepalkan tangannya karena Kirana menjadi bulan-bulanan semua orang. Terbukti mereka menikmati apa yang akan terjadi pada Kirana.
"Kalian salah. Aku bukan Kirana yang akan diam saja saat kalian menindas ku. Aku pasti akan melawan kalian." batin Karina. Dia membuka pintu toilet dengan kasar sehingga membuat kedua siswi yang bergosip itu tersentak kaget. Mereka menelan ludahnya kasar saat melihat jika itu adalah Kirana. Apalagi tatapan gadis itu yang begitu tajam, membuat keduanya buru-buru pergi dari sana.
Karina tersenyum sinis dan pergi dari sana. Namun baru beberapa langkah, dia sudah di hadang oleh beberapa siswa. Mereka menyeret Karina ke halaman dan mengikatnya di tiang.
"LEPAS, SIALAN!!" teriak Karina. Dia terus memberontak saat mereka berusaha mengikatnya di tiang.
"Wah ... Wah ... Wah ... Aku tidak menyangka sekarang kau berani melawan." seru Sovia
Karina menatap Sovia dan kedua temannya yang baru saja datang. "Sebenarnya, apa mau mu?" tanya Karina
"Mau ku? Tentu saja bermain denganmu. Kau adalah mainan kesukaan ku. Aku tidak akan pernah bosan melakukannya." Sovia memberi kode pada teman-temannya yang lain.
Karina melebarkan kedua matanya sempurna melihat semua yang ada di sana melemparinya dengan telur, air dan tomat busuk.
Karina terdiam. Wajahnya merah padam menahan amarah. Kedua tangannya mengepal dan dengan sekuat tenaga, dia melepaskan ikatan tangannya.
"ARGH ... !!" teriak Karina
Semua orang tertegun melihatnya. Mereka tidak percaya Kirana bisa melepaskan ikatan tangannya. Dan tatapan Kirana benar-benar menakutkan. Berbeda dengan Kirana yang sebelumnya, yang hanya bisa menangis memohon untuk di lepaskan.
Karina mengusap wajahnya yang penuh dengan tepung dan telur. Dia menatap satu persatu orang yang melakukan hal itu padanya dan teringat dengan Kirana. "Jadi ini yang kau alami di sekolah yang selalu kau bangga-banggakan?" batin Karina geram.
"Akan aku ingat wajah-wajah kalian. Dan tunggu saja balasan dariku." Karina pergi begitu saja untuk membersihkan diri.
Semua menelan ludahnya kasar. Begitu juga dengan Sovia dan kedua gengnya. Mereka terkejut dengan perubahan Kirana. Bahkan tidak terlihat ketakutan di wajah Kirana.
"So-sov, a-apa dia benar-benar Kirana? Dia terlihat sangat menakutkan sekali." seru Ericka
"Ke-kenapa memangnya? Kalian takut?" tanya Sovia. "Aku tidak perduli dia berubah menjadi berani atau apapun. Yang jelas aku akan terus mengganggunya sampai dia pergi dari sini karena dia tidak pantas berada di tengah-tengah kita." seringai Sovia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nasywa Humaira Zidny
para gurunya pada buta dan seharusnya nama sekolahnya bukan itu tak sesuai mana ada sekolah membiarkan seorang muridnya di aniaya juga siswa siswinya pada bisu masa dari puluhan bahkan ratusan siswa takut sama orang yang tak punya etika percuma dia anak yang punya sekolah tapi etikanya buruk apa gak mikir itu membuat keluarganya di ambang kehancuran atas perilaku dia seharusnya dia jadi panutan bagi siswa-siswi yang di bawahnya ini mah malah mencerminkan pribadi yang jelek apa itu hasil didikan orang tuanya atau dianya sendiri yang terlalu sombong padahal kalau bukan karena orang tuanya punya apa dia tunggu saja kamu Sovia bila Alloh telah murka kamu akan merasakan akibat yang telah kamu perbuat pada sesama harta hanya titipan tunggu kehancuranmu
2024-05-21
2
May Tanty
Ikutan koment, masa sekolah elit begitu tidak satu pun pengajar nya yang tahu kalau ada anak yang di bully.
2024-01-19
1
😈 𝑄𝑢𝑒𝑒𝑛 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑙 😈
hehh rasanya pengen ku bom itu sekolah astaga. kesel aing mh
2023-11-09
2