Karina pergi ke toilet dan membasuh wajahnya yang penuh dengan tepung dan telur. Dia menatap dirinya di cermin. Rambutnya berantakan dan seragamnya juga kotor.
Dia buru-buru membuka seragamnya dan mencucinya di wastafel. Perlahan air matanya menetes. Bukan karena perlakuan yang ia terima, tetapi dia tidak bisa membayangkan hal ini terjadi pada adiknya.
"Dasar bodoh. Kirana bodoh. Harusnya kau memberitahu ku apa yang terjadi?" ucapnya terisak
"Argh ... " Karina melempar seragamnya. Tubuhnya merosot ke lantai dan dia menangis karena menjadi orang yang tidak berguna.
"Kau adalah mainan kesukaan ku. Aku tidak akan pernah bosan melakukannya"
Tatapan Karina berubah tajam mengingat ucapan Sovia. Dia menghapus air matanya dan bergegas keluar untuk membalas perempuan itu.
"Mainan kau bilang? Jadi kau menjadikan Kirana mainan?" geram Karina
Semua orang menatap Karina yang berjalan tergesa-gesa dengan aura yang mengerikan. Gadis itu merebut minuman dari siswa lain begitu saja. Dia tidak memperdulikan teriakan siswa tersebut dan langsung menerobos masuk ke kelasnya.
Semua tertegun. Terutama Sovia dan kedua temannya yang berhenti tertawa karena melihat Karina menatap nya dengan tajam. Karina menghampiri wanita tersebut dan ...
Byurr
Karina menyiram minuman di kepala Sovia.
Sovia menggeram kesal. Dia mengepalkan tangannya dan menggebrak meja dengan keras.
Brakh
Dia lantas berdiri, menantang Karina. Namun, nyalinya tiba-tiba menciut melihat tatapan Karina yang sangat mengerikan.
"Kenapa? Kau takut padaku?" tanya Karina. Dia maju selangkah yang membuat Sovia terkejut dan terduduk kembali.
Karina menarik kursi lain kesamping Sovia dan mengangkat sebelah kakinya di kursi tersebut. Dia mencondongkan tubuhnya dan berkata, "Kau bilang, aku adalah mainan mu, bukan? Aku juga tidak keberatan ikut bermain denganmu. Jadi, mari kita bermain. Aku akan dengan senang hati meladeni mu." seru Karina. Dia menegakkan kembali tubuhnya dan menatap satu persatu siswa di sana.
"Kalian juga ingin ikut bermain?" tanya Karina. Namun mereka tidak ada yang mengeluarkan suara. Karina tersenyum sinis dan meraih tasnya. Dia sudah tidak mood untuk sekolah karena tubuhnya yang bau.
Hari ini cukup untuk nya mengetahui apa yang terjadi pada Kirana. Besok dia akan mencari lebih dalam tentang semua pertanyaan yang mengganggu pikirannya.
...----------------...
Karina pulang lebih awal dengan alasan tidak membawa seragam ganti. Dia tidak mungkin mengikuti pelajaran dengan penampilannya yang menjijikan. Untuk itu dia di perbolehkan untuk pulang dan di bukakan gerbang oleh satpam.
Sesampainya di rumah, Karina membersihkan diri. Baru kemudian dia bersiap untuk pergi menjenguk Kirana di rumah sakit.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, Karina sampai di ruang rawat Kirana. Dia masuk perlahan dan menatap adiknya yang seperti lebih nyaman dengan keadaannya yang sekarang.
Dia duduk di samping brankar dan menggenggam tangan Kirana. "Hai Kiran ... Aku datang. Apa kau tahu? Hari ini aku datang ke sekolahan mu dan menyamar menjadi dirimu. Rasanya tidak nyaman memakai seragam itu. Apalagi aku harus memakai tepung di wajah ku. Rasanya aku seperti badut saja." gerutu Karina.
"Tapi setidaknya, aku tahu sedikit tentang apa yang kau alami selama ini." Karina menunduk. Air matanya mulai menetes. "Kenapa kau tidak mengatakannya padaku jika mereka suka membully dirimu, Kiran? Kau bahkan sangat pandai menyembunyikannya dari ku. Kau menganggap aku ini apa?" tangis Karina tidak dapat lagi terbendung. Dia menangis, menyesali apa yang sudah terjadi.
Karina menghapus air matanya dan kembali bercerita jika dia juga mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan saat menyamar menjadi dirinya. Dia bercerita dengan bangga saat membalas Sovia dan teman-temannya dan meminta Kirana untuk menjadi seperti dirinya agar tidak ada yang berani membully nya. Namun cerita Karina terhenti saat suster datang untuk memeriksa adiknya.
"Bagaimana keadaan adikku, sus?" tanya Karina
"Tidak ada perubahan sama sekali." jawab suster. Dia menatap Karina dan menghela nafas panjang. "Maaf, bukan maksudku untuk memupuskan harapan mu, tapi mati otak merupakan kondisi dimana seluruh aktivitas otak berhenti secara permanen. Orang yang mengalami kondisi ini berada pada keadaan koma dan tidak akan sadar kembali." terang suster
"Adikmu bisa bertahan karena obat-obatan dan alat ventilator untuk bernapas dan agar jantungnya tetap berdetak. Adikmu tidak akan bisa kembali sadar atau bernapas sendiri, karena otaknya sudah tidak berfungsi." lanjut suster
Karina menunduk lesu mendengar penjelasan suster. Memang kemungkinan untuk bisa sembuh sangat mustahil. Tapi setidaknya dia ingin memberi hadiah terakhir untuk adiknya dengan membuat semua orang yang membuat adiknya seperti ini mendapatkan balasannya.
"Maafkan aku, aku harus mengatakan hal itu padamu." sesal Suster
"Iya, suster. Aku mengerti. Tapi apa aku boleh minta tolong, suster. Biarkan adikku tetap bernafas walaupun menggunakan alat bantu." ucap Karina memohon
"Tidak masalah. Tapi kau harus melunasi biaya administrasinya."
Karina tertegun. Iya benar, dia belum melunasi biaya administrasi pengobatan Kirana dan itu tidak sedikit. Sepertinya setelah ini dia harus mencari pinjaman agar Kirana bisa hidup lebih lama.
"Oh iya, aku sarankan untuk melaporkan hal ini ke polisi karena kemungkinan adikmu mengalami kekerasan. Hasil visum bisa menjadi bukti untuk melaporkan hal itu." seru Suster
Karina hanya tersenyum, mengiyakan tanpa ada niat untuk melakukannya karena dia sudah memutuskan akan membalas pelakunya dengan kedua tangannya sendiri.
Lagipula, Dia tidak percaya dengan aparat kepolisian. Apalagi kasus dari orang miskin sepertinya. Bisa saja pelaku akan memutar balikkan fakta atau menggunakan kekuasaannya untuk lepas dari hukuman. Jadi, dia akan menggunakan caranya sendiri untuk menghukum pelakunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
murniati cls
masakguru satu pun tak peduli, bknnya org pintar djg,biar kan dia bertemu org kaya yg baik,yg mau membantu nya
2024-03-24
1
murni l.toruan
Aku baru baca, rasanya pengen banget Karina. Semoga ada yang punya hati di kelas agar kejahatan Sovia dilaporkan ke polisi
2024-01-07
0