Bab 5 Tidak Ada Harapan Untuk Hidup

Karina pergi ke toilet dan membasuh wajahnya yang penuh dengan tepung dan telur. Dia menatap dirinya di cermin. Rambutnya berantakan dan seragamnya juga kotor.

Dia buru-buru membuka seragamnya dan mencucinya di wastafel. Perlahan air matanya menetes. Bukan karena perlakuan yang ia terima, tetapi dia tidak bisa membayangkan hal ini terjadi pada adiknya.

"Dasar bodoh. Kirana bodoh. Harusnya kau memberitahu ku apa yang terjadi?" ucapnya terisak

"Argh ... " Karina melempar seragamnya. Tubuhnya merosot ke lantai dan dia menangis karena menjadi orang yang tidak berguna.

"Kau adalah mainan kesukaan ku. Aku tidak akan pernah bosan melakukannya"

Tatapan Karina berubah tajam mengingat ucapan Sovia. Dia menghapus air matanya dan bergegas keluar untuk membalas perempuan itu.

"Mainan kau bilang? Jadi kau menjadikan Kirana mainan?" geram Karina

Semua orang menatap Karina yang berjalan tergesa-gesa dengan aura yang mengerikan. Gadis itu merebut minuman dari siswa lain begitu saja. Dia tidak memperdulikan teriakan siswa tersebut dan langsung menerobos masuk ke kelasnya.

Semua tertegun. Terutama Sovia dan kedua temannya yang berhenti tertawa karena melihat Karina menatap nya dengan tajam. Karina menghampiri wanita tersebut dan ...

Byurr

Karina menyiram minuman di kepala Sovia.

Sovia menggeram kesal. Dia mengepalkan tangannya dan menggebrak meja dengan keras.

Brakh

Dia lantas berdiri, menantang Karina. Namun, nyalinya tiba-tiba menciut melihat tatapan Karina yang sangat mengerikan.

"Kenapa? Kau takut padaku?" tanya Karina. Dia maju selangkah yang membuat Sovia terkejut dan terduduk kembali.

Karina menarik kursi lain kesamping Sovia dan mengangkat sebelah kakinya di kursi tersebut. Dia mencondongkan tubuhnya dan berkata, "Kau bilang, aku adalah mainan mu, bukan? Aku juga tidak keberatan ikut bermain denganmu. Jadi, mari kita bermain. Aku akan dengan senang hati meladeni mu." seru Karina. Dia menegakkan kembali tubuhnya dan menatap satu persatu siswa di sana.

"Kalian juga ingin ikut bermain?" tanya Karina. Namun mereka tidak ada yang mengeluarkan suara. Karina tersenyum sinis dan meraih tasnya. Dia sudah tidak mood untuk sekolah karena tubuhnya yang bau.

Hari ini cukup untuk nya mengetahui apa yang terjadi pada Kirana. Besok dia akan mencari lebih dalam tentang semua pertanyaan yang mengganggu pikirannya.

...----------------...

Karina pulang lebih awal dengan alasan tidak membawa seragam ganti. Dia tidak mungkin mengikuti pelajaran dengan penampilannya yang menjijikan. Untuk itu dia di perbolehkan untuk pulang dan di bukakan gerbang oleh satpam.

Sesampainya di rumah, Karina membersihkan diri. Baru kemudian dia bersiap untuk pergi menjenguk Kirana di rumah sakit.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Karina sampai di ruang rawat Kirana. Dia masuk perlahan dan menatap adiknya yang seperti lebih nyaman dengan keadaannya yang sekarang.

Dia duduk di samping brankar dan menggenggam tangan Kirana. "Hai Kiran ... Aku datang. Apa kau tahu? Hari ini aku datang ke sekolahan mu dan menyamar menjadi dirimu. Rasanya tidak nyaman memakai seragam itu. Apalagi aku harus memakai tepung di wajah ku. Rasanya aku seperti badut saja." gerutu Karina.

"Tapi setidaknya, aku tahu sedikit tentang apa yang kau alami selama ini." Karina menunduk. Air matanya mulai menetes. "Kenapa kau tidak mengatakannya padaku jika mereka suka membully dirimu, Kiran? Kau bahkan sangat pandai menyembunyikannya dari ku. Kau menganggap aku ini apa?" tangis Karina tidak dapat lagi terbendung. Dia menangis, menyesali apa yang sudah terjadi.

Karina menghapus air matanya dan kembali bercerita jika dia juga mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan saat menyamar menjadi dirinya. Dia bercerita dengan bangga saat membalas Sovia dan teman-temannya dan meminta Kirana untuk menjadi seperti dirinya agar tidak ada yang berani membully nya. Namun cerita Karina terhenti saat suster datang untuk memeriksa adiknya.

"Bagaimana keadaan adikku, sus?" tanya Karina

"Tidak ada perubahan sama sekali." jawab suster. Dia menatap Karina dan menghela nafas panjang. "Maaf, bukan maksudku untuk memupuskan harapan mu, tapi mati otak merupakan kondisi dimana seluruh aktivitas otak berhenti secara permanen. Orang yang mengalami kondisi ini berada pada keadaan koma dan tidak akan sadar kembali." terang suster

"Adikmu bisa bertahan karena obat-obatan dan alat ventilator untuk bernapas dan agar jantungnya tetap berdetak. Adikmu tidak akan bisa kembali sadar atau bernapas sendiri, karena otaknya sudah tidak berfungsi." lanjut suster

Karina menunduk lesu mendengar penjelasan suster. Memang kemungkinan untuk bisa sembuh sangat mustahil. Tapi setidaknya dia ingin memberi hadiah terakhir untuk adiknya dengan membuat semua orang yang membuat adiknya seperti ini mendapatkan balasannya.

"Maafkan aku, aku harus mengatakan hal itu padamu." sesal Suster

"Iya, suster. Aku mengerti. Tapi apa aku boleh minta tolong, suster. Biarkan adikku tetap bernafas walaupun menggunakan alat bantu." ucap Karina memohon

"Tidak masalah. Tapi kau harus melunasi biaya administrasinya."

Karina tertegun. Iya benar, dia belum melunasi biaya administrasi pengobatan Kirana dan itu tidak sedikit. Sepertinya setelah ini dia harus mencari pinjaman agar Kirana bisa hidup lebih lama.

"Oh iya, aku sarankan untuk melaporkan hal ini ke polisi karena kemungkinan adikmu mengalami kekerasan. Hasil visum bisa menjadi bukti untuk melaporkan hal itu." seru Suster

Karina hanya tersenyum, mengiyakan tanpa ada niat untuk melakukannya karena dia sudah memutuskan akan membalas pelakunya dengan kedua tangannya sendiri.

Lagipula, Dia tidak percaya dengan aparat kepolisian. Apalagi kasus dari orang miskin sepertinya. Bisa saja pelaku akan memutar balikkan fakta atau menggunakan kekuasaannya untuk lepas dari hukuman. Jadi, dia akan menggunakan caranya sendiri untuk menghukum pelakunya.

Terpopuler

Comments

murniati cls

murniati cls

masakguru satu pun tak peduli, bknnya org pintar djg,biar kan dia bertemu org kaya yg baik,yg mau membantu nya

2024-03-24

1

murni l.toruan

murni l.toruan

Aku baru baca, rasanya pengen banget Karina. Semoga ada yang punya hati di kelas agar kejahatan Sovia dilaporkan ke polisi

2024-01-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Lelah
2 Bab 2 Mati Otak
3 Bab 3 Menyamar
4 Bab 4 Di Bully
5 Bab 5 Tidak Ada Harapan Untuk Hidup
6 Bab 6 Buku Diary
7 Bab 7 Sovia
8 Bab 8 Di Permalukan
9 Bab 9 Bagas
10 Bab 10 Surat Peringatan
11 Bab 11 Mencari Rumah Bagas
12 Bab 12 Rencana Karina
13 Bab 13 Video
14 Bab 14 Razia
15 Bab 15 Di Hapus
16 Bab 16 Gagal
17 Bab 17 Takut
18 Bab 18 Kedatangan Hartono
19 Bab 19 Curiga?
20 Bab 20 Lolos Dari Kecurigaan
21 Bab 21 Cantika Menemui Kirana (Karina)
22 Bab 22 Membuat Keributan
23 Bab 23 Membalas
24 Bab 24 Leo
25 Bab 25 Aku Akan Membantumu
26 Bab 26 Aku Akan Membalas Kalian
27 Bab 27 Konferensi Pers
28 Bab 28 Jangan Sedih
29 Bab 29 Pulang
30 Bab 30 Menolak
31 Bab 31 Melawan
32 Bab 32 Surat Peringatan 2
33 Bab 33 Ruang Keamanan?
34 Bab 34 Rencana
35 Bab 35 Leo Reynand Aditama
36 Bab 36 Siapa Kakak Sebenarnya?
37 Bab 37 Inilah Aku
38 Bab 38 Mengunjungi Kirana
39 Bab 39 Mengunjungi Kirana 2
40 Bab 40 Menemui Karina
41 Bab 41 Menyusun Rencana
42 Bab 42 Masuk Perangkap
43 Bab 43 Di Sekap
44 Bab 44 Aku Saudara Kembar Kirana
45 Bab 45 Luapan Emosi Karina
46 Bab 46 Keputusan
47 Bab 47 Video Pengakuan
48 Bab 48 Bantuan Rendra
49 Bab 49 Kehancuran Hartono
50 Bab 50 Penyesalan Sovia
51 Bab 51 Aku Akan Mencoba Untuk Ikhlas
52 Bab 52 Pulang 2
53 Bab 53 Berbaikan
54 Bab 54 Keluarga Adalah Segalanya
55 Bab 55 Pasrah
56 Bab 56 Kami Ingin Mengadopsi Si Kembar
57 Bab 57 Pergi Untuk Selama-lamanya
58 Bab 58 Kenangan
59 Bab 59 Ungkapan Rasa
60 Bab 60 Di Tolak?
61 Bab 61 Mabuk
62 Bab 62 Berbicara Pada Bintang
63 Bab 63 Apa Yang Terjadi Semalam?
64 Bab 64 Mencoba
65 Bab 65 Menemui Calon Istri
66 Bab 66 Perasaan Yang Terbalas
67 Bab 67 Pertunangan
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1 Lelah
2
Bab 2 Mati Otak
3
Bab 3 Menyamar
4
Bab 4 Di Bully
5
Bab 5 Tidak Ada Harapan Untuk Hidup
6
Bab 6 Buku Diary
7
Bab 7 Sovia
8
Bab 8 Di Permalukan
9
Bab 9 Bagas
10
Bab 10 Surat Peringatan
11
Bab 11 Mencari Rumah Bagas
12
Bab 12 Rencana Karina
13
Bab 13 Video
14
Bab 14 Razia
15
Bab 15 Di Hapus
16
Bab 16 Gagal
17
Bab 17 Takut
18
Bab 18 Kedatangan Hartono
19
Bab 19 Curiga?
20
Bab 20 Lolos Dari Kecurigaan
21
Bab 21 Cantika Menemui Kirana (Karina)
22
Bab 22 Membuat Keributan
23
Bab 23 Membalas
24
Bab 24 Leo
25
Bab 25 Aku Akan Membantumu
26
Bab 26 Aku Akan Membalas Kalian
27
Bab 27 Konferensi Pers
28
Bab 28 Jangan Sedih
29
Bab 29 Pulang
30
Bab 30 Menolak
31
Bab 31 Melawan
32
Bab 32 Surat Peringatan 2
33
Bab 33 Ruang Keamanan?
34
Bab 34 Rencana
35
Bab 35 Leo Reynand Aditama
36
Bab 36 Siapa Kakak Sebenarnya?
37
Bab 37 Inilah Aku
38
Bab 38 Mengunjungi Kirana
39
Bab 39 Mengunjungi Kirana 2
40
Bab 40 Menemui Karina
41
Bab 41 Menyusun Rencana
42
Bab 42 Masuk Perangkap
43
Bab 43 Di Sekap
44
Bab 44 Aku Saudara Kembar Kirana
45
Bab 45 Luapan Emosi Karina
46
Bab 46 Keputusan
47
Bab 47 Video Pengakuan
48
Bab 48 Bantuan Rendra
49
Bab 49 Kehancuran Hartono
50
Bab 50 Penyesalan Sovia
51
Bab 51 Aku Akan Mencoba Untuk Ikhlas
52
Bab 52 Pulang 2
53
Bab 53 Berbaikan
54
Bab 54 Keluarga Adalah Segalanya
55
Bab 55 Pasrah
56
Bab 56 Kami Ingin Mengadopsi Si Kembar
57
Bab 57 Pergi Untuk Selama-lamanya
58
Bab 58 Kenangan
59
Bab 59 Ungkapan Rasa
60
Bab 60 Di Tolak?
61
Bab 61 Mabuk
62
Bab 62 Berbicara Pada Bintang
63
Bab 63 Apa Yang Terjadi Semalam?
64
Bab 64 Mencoba
65
Bab 65 Menemui Calon Istri
66
Bab 66 Perasaan Yang Terbalas
67
Bab 67 Pertunangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!