Bab 18 Kedatangan Hartono

Sovia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia akan bertemu dengan kedua temannya di cafe. Dia tidak mau di kekang apalagi di kurung hanya karena video dirinya yang tersebar. Baginya, respon semua orang terlalu berlebihan.

Dia melakukan pembullyan hanya pada orang-orang tertentu. Dia tidak suka, sekolah elite milik keluarganya menampung orang miskin. Untuk itu dia suka menindas mereka yang lemah dan yang mempunyai status sosial rendah seperti Kirana agar mereka semua enyah dari sekolahannya.

Lagipula, dia tidak takut karena dia yakin ayahnya akan melakukan sesuatu untuk melindungi dirinya. Seperti sekarang. Dia bisa melihat bodyguard ayahnya mengikutinya di belakang.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, mobil Sovia terparkir sempurna di depan cafe. Dia memakai kacamata hitamnya dan turun dari mobil untuk menemui kedua temannya yang sudah menunggu di dalam.

"Hai guys!! Sorry, aku terlambat." Sovia langsung duduk di depan kedua temannya dan segera memesan makanan dan minuman.

"It's okay. Kita juga baru datang." sahut Ericka

"Aku kira kau tidak akan datang karena dilarang Om Hartono." timpal Jessica

"Itu tidak mungkin. Daddy memang melarangku keluar, tapi dia tidak pernah serius dengan ucapannya. Nyatanya sekarang aku ada di sini."

Mereka memulai bergosip ria tanpa memperdulikan tatapan orang-orang di sana. Pengunjung lain tahu siapa Sovia dan apa yang sudah ia perbuat.

"Mereka seperti pelaku pembullyan yang akhir-akhir ini ramai di sosial media."

"Iya, tapi sayangnya video itu sudah dihapus. Aku yakin ayahnya yang melakukannya."

"Miris sekali. Mereka masih bisa tertawa setelah apa yang mereka lakukan."

"Mereka benar-benar tidak punya rasa kemanusiaan."

Begitulah kira-kira pembicaraan pengunjung lain. Mereka tidak melakukan apapun selain merasa prihatin.

"Oh iya, kira-kira menurut kalian siapa yang sudah merekam kita saat membully Kirana?" tanya Jessica

"Entahlah!! Aku tidak mau menebak-nebak. Yang pasti cepat atau lambat dia pasti akan tertangkap." sahut Sovia. Dia tertawa senang dan tanpa sengaja melihat seseorang yang tidak asing di seberang cafe.

"Guys!!! Sepertinya kita menemukan mainan kita." seru Sovia tanpa mengalihkan pandangannya dari seseorang di seberang jalan.

Kedua temannya mengikuti arah pandang Sovia dan melihat sosok yang dimaksud oleh Sovia. "Kau mau apa Sov? Bersenang-senang?" tanya Ericka

"Tentu saja." Sovia beranjak dari tempat duduknya.

Ericka dan Jessica mencoba menghentikan Sovia. Tapi gadis itu tetep saja keras kepala sehingga mau tidak mau mereka mengikuti Sovia.

"Wah-wah, coba lihat siapa ini?" Sovia melipat kedua tangannya di depan dada dan berdiri dengan angkuh di ikuti kedua anteknya.

Orang yang tidak lain adalah Karina, hanya terdiam menatap Sovia dan gengnya. Dia menghela nafas panjang karena ada yang menghalangi jalannya.

Dia dari rumah sakit dan hendak pergi bekerja. Tapi di tengah jalan dia justru bertemu dengan makhluk yang mengganggu penglihatannya. Padahal dia sudah merasa senang tidak melihat ketiga makhluk itu di sekolah. Tapi dia sangat sial karena mereka bertemu di jalan.

"Mau apa kalian?" tanya Karina

"Mau kami ... " Sovia memberi kode pada kedua temannya. Tapi mereka berdua seolah takut karena mereka berada di jalan. Jika mereka menyakiti Kirana, mereka bisa di hukum oleh orang tua mereka

"Kenapa kalian diam?" sentak Sovia

Karina tersenyum sinis. Dia melipat kedua tangannya di depan dada dan berkata, "sepertinya mereka masih sayang dengan nyawa mereka." seru Karina

Sovia menatap tajam Karina dan beralih pada kedua temannya. "Kalian takut?"

"Bu-bukannya takut Sov. Tapi jika orang tuaku tahu, bisa-bisa mereka mencabut fasilitas ku." jawab Jessica yang diikuti Ericka

"Kalau seperti itu, kenapa kalian bertanya tadi?" sentak Sovia lagi yang membuat kedua temannya menunduk

"Kali ini kau lolos. Tapi tidak untuk nanti." seru Sovia geram. Dia pergi begitu saja diikuti kedua gengnya

Karina hanya tersenyum sinis dan kembali melanjutkan perjalanan ke toko Bu Sarah.

...----------------...

Keesokan harinya, seperti biasa Karina bersiap pergi sekolah. Dia berulang kali meyakinkan dirinya jika semua akan baik-baik saja selama dia menjadi Kirana.

"Come on Karin!! Kau pasti bisa." ucapnya memberi semangat diri sendiri. Dia kembali menghela nafas dan pergi ke sekolah.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, dia sampai di depan sekolah. Dia melihat sekitar dan tidak ada lagi pendemo. Padahal kemarin masih ada walau hanya sedikit. Tapi sekarang?

"Hah ... Pasti semua ulah ayah Sovia." batin Karina. Dia berjalan melewati gerbang dan mendengar bisik-bisik siswa yang lain yang mengatakan jika pemilik sekolah datang berkunjung.

Mendengar hal itu, Karina mengepalkan tangannya erat. Sampai terdengar panggilan dari pengeras suara yang meminta mereka berkumpul di lapangan.

Semua berbondong-bondong ke lapangan dan berbaris rapi. Begitu juga dengan Karina. Dia yakin jika mereka di kumpulkan di sini karena ada Ayah Sovia.

Dan memang benar, ayah Sovia terlihat maju kedepan dan menyapa semua siswa. Dia juga memberi pengertian sekaligus peringatan agar hal seperti ini tidak terjadi lagi

Mendengar hal itu, Karina mengepalkan erat kedua tangannya dan menatap penuh kebencian ayah Sovia. Bukannya memberi hukuman pada putrinya, tapi dia justru ingin menutupi kejahatan putri nya. Apakah semua orang tua akan seperti itu?

Tatapan Karina di lihat langsung oleh pak Bima. Dia merasa jika ada yang tidak beres pada gadis itu.

"Ada apa? Kenapa Kirana menatap pak Hartono sampai seperti itu?" batin pak Bima

Episodes
1 Bab 1 Lelah
2 Bab 2 Mati Otak
3 Bab 3 Menyamar
4 Bab 4 Di Bully
5 Bab 5 Tidak Ada Harapan Untuk Hidup
6 Bab 6 Buku Diary
7 Bab 7 Sovia
8 Bab 8 Di Permalukan
9 Bab 9 Bagas
10 Bab 10 Surat Peringatan
11 Bab 11 Mencari Rumah Bagas
12 Bab 12 Rencana Karina
13 Bab 13 Video
14 Bab 14 Razia
15 Bab 15 Di Hapus
16 Bab 16 Gagal
17 Bab 17 Takut
18 Bab 18 Kedatangan Hartono
19 Bab 19 Curiga?
20 Bab 20 Lolos Dari Kecurigaan
21 Bab 21 Cantika Menemui Kirana (Karina)
22 Bab 22 Membuat Keributan
23 Bab 23 Membalas
24 Bab 24 Leo
25 Bab 25 Aku Akan Membantumu
26 Bab 26 Aku Akan Membalas Kalian
27 Bab 27 Konferensi Pers
28 Bab 28 Jangan Sedih
29 Bab 29 Pulang
30 Bab 30 Menolak
31 Bab 31 Melawan
32 Bab 32 Surat Peringatan 2
33 Bab 33 Ruang Keamanan?
34 Bab 34 Rencana
35 Bab 35 Leo Reynand Aditama
36 Bab 36 Siapa Kakak Sebenarnya?
37 Bab 37 Inilah Aku
38 Bab 38 Mengunjungi Kirana
39 Bab 39 Mengunjungi Kirana 2
40 Bab 40 Menemui Karina
41 Bab 41 Menyusun Rencana
42 Bab 42 Masuk Perangkap
43 Bab 43 Di Sekap
44 Bab 44 Aku Saudara Kembar Kirana
45 Bab 45 Luapan Emosi Karina
46 Bab 46 Keputusan
47 Bab 47 Video Pengakuan
48 Bab 48 Bantuan Rendra
49 Bab 49 Kehancuran Hartono
50 Bab 50 Penyesalan Sovia
51 Bab 51 Aku Akan Mencoba Untuk Ikhlas
52 Bab 52 Pulang 2
53 Bab 53 Berbaikan
54 Bab 54 Keluarga Adalah Segalanya
55 Bab 55 Pasrah
56 Bab 56 Kami Ingin Mengadopsi Si Kembar
57 Bab 57 Pergi Untuk Selama-lamanya
58 Bab 58 Kenangan
59 Bab 59 Ungkapan Rasa
60 Bab 60 Di Tolak?
61 Bab 61 Mabuk
62 Bab 62 Berbicara Pada Bintang
63 Bab 63 Apa Yang Terjadi Semalam?
64 Bab 64 Mencoba
65 Bab 65 Menemui Calon Istri
66 Bab 66 Perasaan Yang Terbalas
67 Bab 67 Pertunangan
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1 Lelah
2
Bab 2 Mati Otak
3
Bab 3 Menyamar
4
Bab 4 Di Bully
5
Bab 5 Tidak Ada Harapan Untuk Hidup
6
Bab 6 Buku Diary
7
Bab 7 Sovia
8
Bab 8 Di Permalukan
9
Bab 9 Bagas
10
Bab 10 Surat Peringatan
11
Bab 11 Mencari Rumah Bagas
12
Bab 12 Rencana Karina
13
Bab 13 Video
14
Bab 14 Razia
15
Bab 15 Di Hapus
16
Bab 16 Gagal
17
Bab 17 Takut
18
Bab 18 Kedatangan Hartono
19
Bab 19 Curiga?
20
Bab 20 Lolos Dari Kecurigaan
21
Bab 21 Cantika Menemui Kirana (Karina)
22
Bab 22 Membuat Keributan
23
Bab 23 Membalas
24
Bab 24 Leo
25
Bab 25 Aku Akan Membantumu
26
Bab 26 Aku Akan Membalas Kalian
27
Bab 27 Konferensi Pers
28
Bab 28 Jangan Sedih
29
Bab 29 Pulang
30
Bab 30 Menolak
31
Bab 31 Melawan
32
Bab 32 Surat Peringatan 2
33
Bab 33 Ruang Keamanan?
34
Bab 34 Rencana
35
Bab 35 Leo Reynand Aditama
36
Bab 36 Siapa Kakak Sebenarnya?
37
Bab 37 Inilah Aku
38
Bab 38 Mengunjungi Kirana
39
Bab 39 Mengunjungi Kirana 2
40
Bab 40 Menemui Karina
41
Bab 41 Menyusun Rencana
42
Bab 42 Masuk Perangkap
43
Bab 43 Di Sekap
44
Bab 44 Aku Saudara Kembar Kirana
45
Bab 45 Luapan Emosi Karina
46
Bab 46 Keputusan
47
Bab 47 Video Pengakuan
48
Bab 48 Bantuan Rendra
49
Bab 49 Kehancuran Hartono
50
Bab 50 Penyesalan Sovia
51
Bab 51 Aku Akan Mencoba Untuk Ikhlas
52
Bab 52 Pulang 2
53
Bab 53 Berbaikan
54
Bab 54 Keluarga Adalah Segalanya
55
Bab 55 Pasrah
56
Bab 56 Kami Ingin Mengadopsi Si Kembar
57
Bab 57 Pergi Untuk Selama-lamanya
58
Bab 58 Kenangan
59
Bab 59 Ungkapan Rasa
60
Bab 60 Di Tolak?
61
Bab 61 Mabuk
62
Bab 62 Berbicara Pada Bintang
63
Bab 63 Apa Yang Terjadi Semalam?
64
Bab 64 Mencoba
65
Bab 65 Menemui Calon Istri
66
Bab 66 Perasaan Yang Terbalas
67
Bab 67 Pertunangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!