Karina masuk ke kelas dan menatap satu persatu siswa di sana. Sampai kedua matanya tertuju pada Sovia yang juga menatapnya dengan tatapan tajam.
Sovia merasa kesal karena Karina masuk kelas dengan keadaan baik-baik saja. Dia berdiri dan hendak memberi Karina pelajaran . Namun Karina hanya diam dan tidak mengalihkan tatapannya dari Sovia sedikitpun.
Hal itu membuat nyali Sovia menciut karena tatapan Karina yang tidak ada rasa takut sama sekali padanya. Dia memutuskan kembali ke tempat duduknya karena sebentar lagi pak Bima akan datang.
Karina menarik sudut bibirnya keatas dan duduk di tempat Kirana. Dia mengusap setiap kalimat yang tertulis di meja Kirana dan teringat dengan ucapan ketiga siswi yang menghadangnya di toilet tadi.
"Tidak salah jika aku memilih menyelesaikan masalah ini sendiri tanpa meminta bantuan polisi atau pihak manapun." batin Karina
Ya, dari penjelasan ketiga siswi itu, Kirana dia bully karena miskin dan masuk melalui jalur beasiswa. Itu artinya akan sia-sia jika dia meminta bantuan pihak manapun karena Sovia mempunyai kekuasaan yang tinggi sebagai anak dari pemilik sekolah. Dan Sovia bisa dengan mudah memutar balikkan fakta. Untuk itu Karina membutuhkan bukit yang bisa dilihat langsung oleh orang lain di luar sana. Jika sekolah yang selalu mereka banggakan, mempunyai sisi yang kejam.
"Selamat pagi anak-anak!!" sapa pak Bima
"Pagi pak!!" jawab mereka serempak
"Keluarkan buku pelajaran kalian." perintah pak Bima. Dia mulai menjelaskan tentang materi pelajaran hari ini. Sesekali pak Bima memberikan pertanyaan yang bisa di jawab dengan mudah oleh siswa yang lain.
Namun ada yang aneh karena sejak sedari awal pelajaran di mulai, Kirana hanya diam saja. Hal itu membuat pak Bima dan yang lain merasa ada yang tidak beres. Biasanya setiap ada pertanyaan dari pak Bima, Kirana dengan semangat akan mengangkat tangannya dan menjawab pertanyaan tersebut dengan benar.
Untuk itu, pak Bima menulis sebuah pertanyaan dan meminta Kirana untuk maju mengerjakannya tanpa tahu jika gadis yang saat ini ada di sana adalah Karina, saudara kembar Kirana.
"Kirana, coba kau kerjakan soal ini!!" perintah pak Bima
"Sa-saya?" tanya Karina menunjuk diri sendiri
"Iya, kau. Siapa lagi di kelas ini yang bernama Kirana selain dirimu, hah?" tanya Pak Bima
Karina terlihat gugup. Dia menoleh ke semua siswa yang juga menatap dirinya. Mereka mulai berbisik-bisik karena Kirana yang mereka kenal sudah berubah. Tidak hanya berani pada Sovia, tapi dia yang awalnya rajin, sekarang menjadi pembangkang.
Karina menghela nafas panjang dan mencoba untuk tenang. Dia memikirkan cara agar tidak mengerjakan soal tersebut, karena jika dia tidak bisa mengerjakannya, maka mereka akan tahu jika dia bukan Kirana.
"Maaf pak, saya tidak bisa mengerjakannya."
Semua siswa dan juga pak Bima tercengang mendengarnya. "Kenapa Kirana? Biasanya kau paling pintar di antara semua teman-teman mu." seru pak Bima
Karina tersenyum. Ada rasa bangga di hati Karina mendengar jika adiknya lebih pintar dari pada yang lain. Tapi mengingat perlakuan mereka membuat senyum Karina memudar. Dia menatap Pak Bima dan kembali berkata, "mungkin dulu saya paling pintar di kelas. Tapi itu sebelum saya mengalami trauma otak akibat pembullyan yang mereka lakukan padaku. Dan sekarang saya harus mereset ulang otakku agar bisa mempertahankan beasiswaku."
Deg
Semua orang tercengang mendengarnya. Apa benar hal itu yang sekarang Kirana alami? Bahkan pak Bima yang tahu betul apa yang terjadi pada Kirana hanya diam saja. Dan hal itu bisa di lihat langsung oleh Karina.
"Jika bapak masih membutuhkan siswa yang pintar seperti saya, Bapak harus menjaganya baik-baik. Karena saat otak saya bermasalah, maka apapun bisa saya lakukan." Karina menatap Sovia dan kembali berkata, "bahkan hal gila sekalipun." seringai Karina
Glek
Sovia dan kedua temannya menelan ludahnya kasar. Mereka memalingkan wajah saat Karina masih menatap kearah mereka.
"Ba-baiklah. Diantara kalian siapa yang bisa menjawab pertanyaan ini?" tanya pak Bima mengalihkan pembicaraan. Namun tidak ada satupun yang bisa. Hingga Karina tiba-tiba mengangkat tangannya.
Pak Bima merasa senang karena mengira Kirana akan menjawab pertanyaan darinya. Namun yang terjadi adalah gadis itu menunjuk orang lain untuk menjawabnya.
"Maaf pak, Otakku bermasalah karena di bully boleh dia." Ucap Karina sambil menunjuk Sovia.
"Aku tidak tahu kenapa dia melakukannya. Mungkin dia iri karena saya pintar. Untuk itu dia ingin mengalahkan ku. Jadi, aku yakin Sovia bisa menjawab pertanyaan itu pak. Karena dia sudah berhasil menyingkirkan ku." lanjut Karina
Pak Bima menoleh kearah Sovia yang terlihat gugup. Selama ini dia tidak tahu sejauh mana IQ yang dimiliki Sovia karena dia selalu bermain kotor hanya karena dia anak dari pemilik sekolah. Jadi tidak masalah jika dia meminta Sovia untuk mengerjakan soal darinya, bukan?
"Baiklah. Sovia, coba kau kerjakan soal ini!!" perintah pak Bima
"A-apa? A-aku?" tanya Sovia menunjuk diri sendiri.
"Ya, tunjukkan pada kami jika kau lebih pintar dari kami. Tidak hanya pintar mencari masalah saja." sindir Karina
Sovia menggeram kesal karena merasa di permalukan oleh Karina. Dia berdiri dengan kasar dan keluar dari kelas begitu saja.
Pak Bima hanya menggeleng pelan tanpa memberi peringatan pada Sovia. Hal itu semakin membuat Karina yakin jika guru pun tunduk pada Sovia.
"Seperti aku harus mencari cara untuk membuat semua orang mendapat balasan secara bersamaan." batin Karina
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nasywa Humaira Zidny
kumpulkan bukti pembully an yang akurat kalau sudah sesuai ada bukti laporin ke desdikbud masa tak ada tembusan kesana biar di tutup sekolahan yang kaya begitu mah biar tau rasa bangkrut bangkrut dech. biarkan jadi pelajaran bagi anak yang menyombongkan kekuasaan dan harta orang tuanya
2024-05-21
1
Lie naa
bagus karina, langsung sar set
2024-03-08
2
Lie naa
wah hebat nih karina. langsung sat set
2024-03-08
1