Bab 8 Di Permalukan

Karina masuk ke kelas dan menatap satu persatu siswa di sana. Sampai kedua matanya tertuju pada Sovia yang juga menatapnya dengan tatapan tajam.

Sovia merasa kesal karena Karina masuk kelas dengan keadaan baik-baik saja. Dia berdiri dan hendak memberi Karina pelajaran . Namun Karina hanya diam dan tidak mengalihkan tatapannya dari Sovia sedikitpun.

Hal itu membuat nyali Sovia menciut karena tatapan Karina yang tidak ada rasa takut sama sekali padanya. Dia memutuskan kembali ke tempat duduknya karena sebentar lagi pak Bima akan datang.

Karina menarik sudut bibirnya keatas dan duduk di tempat Kirana. Dia mengusap setiap kalimat yang tertulis di meja Kirana dan teringat dengan ucapan ketiga siswi yang menghadangnya di toilet tadi.

"Tidak salah jika aku memilih menyelesaikan masalah ini sendiri tanpa meminta bantuan polisi atau pihak manapun." batin Karina

Ya, dari penjelasan ketiga siswi itu, Kirana dia bully karena miskin dan masuk melalui jalur beasiswa. Itu artinya akan sia-sia jika dia meminta bantuan pihak manapun karena Sovia mempunyai kekuasaan yang tinggi sebagai anak dari pemilik sekolah. Dan Sovia bisa dengan mudah memutar balikkan fakta. Untuk itu Karina membutuhkan bukit yang bisa dilihat langsung oleh orang lain di luar sana. Jika sekolah yang selalu mereka banggakan, mempunyai sisi yang kejam.

"Selamat pagi anak-anak!!" sapa pak Bima

"Pagi pak!!" jawab mereka serempak

"Keluarkan buku pelajaran kalian." perintah pak Bima. Dia mulai menjelaskan tentang materi pelajaran hari ini. Sesekali pak Bima memberikan pertanyaan yang bisa di jawab dengan mudah oleh siswa yang lain.

Namun ada yang aneh karena sejak sedari awal pelajaran di mulai, Kirana hanya diam saja. Hal itu membuat pak Bima dan yang lain merasa ada yang tidak beres. Biasanya setiap ada pertanyaan dari pak Bima, Kirana dengan semangat akan mengangkat tangannya dan menjawab pertanyaan tersebut dengan benar.

Untuk itu, pak Bima menulis sebuah pertanyaan dan meminta Kirana untuk maju mengerjakannya tanpa tahu jika gadis yang saat ini ada di sana adalah Karina, saudara kembar Kirana.

"Kirana, coba kau kerjakan soal ini!!" perintah pak Bima

"Sa-saya?" tanya Karina menunjuk diri sendiri

"Iya, kau. Siapa lagi di kelas ini yang bernama Kirana selain dirimu, hah?" tanya Pak Bima

Karina terlihat gugup. Dia menoleh ke semua siswa yang juga menatap dirinya. Mereka mulai berbisik-bisik karena Kirana yang mereka kenal sudah berubah. Tidak hanya berani pada Sovia, tapi dia yang awalnya rajin, sekarang menjadi pembangkang.

Karina menghela nafas panjang dan mencoba untuk tenang. Dia memikirkan cara agar tidak mengerjakan soal tersebut, karena jika dia tidak bisa mengerjakannya, maka mereka akan tahu jika dia bukan Kirana.

"Maaf pak, saya tidak bisa mengerjakannya."

Semua siswa dan juga pak Bima tercengang mendengarnya. "Kenapa Kirana? Biasanya kau paling pintar di antara semua teman-teman mu." seru pak Bima

Karina tersenyum. Ada rasa bangga di hati Karina mendengar jika adiknya lebih pintar dari pada yang lain. Tapi mengingat perlakuan mereka membuat senyum Karina memudar. Dia menatap Pak Bima dan kembali berkata, "mungkin dulu saya paling pintar di kelas. Tapi itu sebelum saya mengalami trauma otak akibat pembullyan yang mereka lakukan padaku. Dan sekarang saya harus mereset ulang otakku agar bisa mempertahankan beasiswaku."

Deg

Semua orang tercengang mendengarnya. Apa benar hal itu yang sekarang Kirana alami? Bahkan pak Bima yang tahu betul apa yang terjadi pada Kirana hanya diam saja. Dan hal itu bisa di lihat langsung oleh Karina.

"Jika bapak masih membutuhkan siswa yang pintar seperti saya, Bapak harus menjaganya baik-baik. Karena saat otak saya bermasalah, maka apapun bisa saya lakukan." Karina menatap Sovia dan kembali berkata, "bahkan hal gila sekalipun." seringai Karina

Glek

Sovia dan kedua temannya menelan ludahnya kasar. Mereka memalingkan wajah saat Karina masih menatap kearah mereka.

"Ba-baiklah. Diantara kalian siapa yang bisa menjawab pertanyaan ini?" tanya pak Bima mengalihkan pembicaraan. Namun tidak ada satupun yang bisa. Hingga Karina tiba-tiba mengangkat tangannya.

Pak Bima merasa senang karena mengira Kirana akan menjawab pertanyaan darinya. Namun yang terjadi adalah gadis itu menunjuk orang lain untuk menjawabnya.

"Maaf pak, Otakku bermasalah karena di bully boleh dia." Ucap Karina sambil menunjuk Sovia.

"Aku tidak tahu kenapa dia melakukannya. Mungkin dia iri karena saya pintar. Untuk itu dia ingin mengalahkan ku. Jadi, aku yakin Sovia bisa menjawab pertanyaan itu pak. Karena dia sudah berhasil menyingkirkan ku." lanjut Karina

Pak Bima menoleh kearah Sovia yang terlihat gugup. Selama ini dia tidak tahu sejauh mana IQ yang dimiliki Sovia karena dia selalu bermain kotor hanya karena dia anak dari pemilik sekolah. Jadi tidak masalah jika dia meminta Sovia untuk mengerjakan soal darinya, bukan?

"Baiklah. Sovia, coba kau kerjakan soal ini!!" perintah pak Bima

"A-apa? A-aku?" tanya Sovia menunjuk diri sendiri.

"Ya, tunjukkan pada kami jika kau lebih pintar dari kami. Tidak hanya pintar mencari masalah saja." sindir Karina

Sovia menggeram kesal karena merasa di permalukan oleh Karina. Dia berdiri dengan kasar dan keluar dari kelas begitu saja.

Pak Bima hanya menggeleng pelan tanpa memberi peringatan pada Sovia. Hal itu semakin membuat Karina yakin jika guru pun tunduk pada Sovia.

"Seperti aku harus mencari cara untuk membuat semua orang mendapat balasan secara bersamaan." batin Karina

Terpopuler

Comments

Nasywa Humaira Zidny

Nasywa Humaira Zidny

kumpulkan bukti pembully an yang akurat kalau sudah sesuai ada bukti laporin ke desdikbud masa tak ada tembusan kesana biar di tutup sekolahan yang kaya begitu mah biar tau rasa bangkrut bangkrut dech. biarkan jadi pelajaran bagi anak yang menyombongkan kekuasaan dan harta orang tuanya

2024-05-21

1

Lie naa

Lie naa

bagus karina, langsung sar set

2024-03-08

2

Lie naa

Lie naa

wah hebat nih karina. langsung sat set

2024-03-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Lelah
2 Bab 2 Mati Otak
3 Bab 3 Menyamar
4 Bab 4 Di Bully
5 Bab 5 Tidak Ada Harapan Untuk Hidup
6 Bab 6 Buku Diary
7 Bab 7 Sovia
8 Bab 8 Di Permalukan
9 Bab 9 Bagas
10 Bab 10 Surat Peringatan
11 Bab 11 Mencari Rumah Bagas
12 Bab 12 Rencana Karina
13 Bab 13 Video
14 Bab 14 Razia
15 Bab 15 Di Hapus
16 Bab 16 Gagal
17 Bab 17 Takut
18 Bab 18 Kedatangan Hartono
19 Bab 19 Curiga?
20 Bab 20 Lolos Dari Kecurigaan
21 Bab 21 Cantika Menemui Kirana (Karina)
22 Bab 22 Membuat Keributan
23 Bab 23 Membalas
24 Bab 24 Leo
25 Bab 25 Aku Akan Membantumu
26 Bab 26 Aku Akan Membalas Kalian
27 Bab 27 Konferensi Pers
28 Bab 28 Jangan Sedih
29 Bab 29 Pulang
30 Bab 30 Menolak
31 Bab 31 Melawan
32 Bab 32 Surat Peringatan 2
33 Bab 33 Ruang Keamanan?
34 Bab 34 Rencana
35 Bab 35 Leo Reynand Aditama
36 Bab 36 Siapa Kakak Sebenarnya?
37 Bab 37 Inilah Aku
38 Bab 38 Mengunjungi Kirana
39 Bab 39 Mengunjungi Kirana 2
40 Bab 40 Menemui Karina
41 Bab 41 Menyusun Rencana
42 Bab 42 Masuk Perangkap
43 Bab 43 Di Sekap
44 Bab 44 Aku Saudara Kembar Kirana
45 Bab 45 Luapan Emosi Karina
46 Bab 46 Keputusan
47 Bab 47 Video Pengakuan
48 Bab 48 Bantuan Rendra
49 Bab 49 Kehancuran Hartono
50 Bab 50 Penyesalan Sovia
51 Bab 51 Aku Akan Mencoba Untuk Ikhlas
52 Bab 52 Pulang 2
53 Bab 53 Berbaikan
54 Bab 54 Keluarga Adalah Segalanya
55 Bab 55 Pasrah
56 Bab 56 Kami Ingin Mengadopsi Si Kembar
57 Bab 57 Pergi Untuk Selama-lamanya
58 Bab 58 Kenangan
59 Bab 59 Ungkapan Rasa
60 Bab 60 Di Tolak?
61 Bab 61 Mabuk
62 Bab 62 Berbicara Pada Bintang
63 Bab 63 Apa Yang Terjadi Semalam?
64 Bab 64 Mencoba
65 Bab 65 Menemui Calon Istri
66 Bab 66 Perasaan Yang Terbalas
67 Bab 67 Pertunangan
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1 Lelah
2
Bab 2 Mati Otak
3
Bab 3 Menyamar
4
Bab 4 Di Bully
5
Bab 5 Tidak Ada Harapan Untuk Hidup
6
Bab 6 Buku Diary
7
Bab 7 Sovia
8
Bab 8 Di Permalukan
9
Bab 9 Bagas
10
Bab 10 Surat Peringatan
11
Bab 11 Mencari Rumah Bagas
12
Bab 12 Rencana Karina
13
Bab 13 Video
14
Bab 14 Razia
15
Bab 15 Di Hapus
16
Bab 16 Gagal
17
Bab 17 Takut
18
Bab 18 Kedatangan Hartono
19
Bab 19 Curiga?
20
Bab 20 Lolos Dari Kecurigaan
21
Bab 21 Cantika Menemui Kirana (Karina)
22
Bab 22 Membuat Keributan
23
Bab 23 Membalas
24
Bab 24 Leo
25
Bab 25 Aku Akan Membantumu
26
Bab 26 Aku Akan Membalas Kalian
27
Bab 27 Konferensi Pers
28
Bab 28 Jangan Sedih
29
Bab 29 Pulang
30
Bab 30 Menolak
31
Bab 31 Melawan
32
Bab 32 Surat Peringatan 2
33
Bab 33 Ruang Keamanan?
34
Bab 34 Rencana
35
Bab 35 Leo Reynand Aditama
36
Bab 36 Siapa Kakak Sebenarnya?
37
Bab 37 Inilah Aku
38
Bab 38 Mengunjungi Kirana
39
Bab 39 Mengunjungi Kirana 2
40
Bab 40 Menemui Karina
41
Bab 41 Menyusun Rencana
42
Bab 42 Masuk Perangkap
43
Bab 43 Di Sekap
44
Bab 44 Aku Saudara Kembar Kirana
45
Bab 45 Luapan Emosi Karina
46
Bab 46 Keputusan
47
Bab 47 Video Pengakuan
48
Bab 48 Bantuan Rendra
49
Bab 49 Kehancuran Hartono
50
Bab 50 Penyesalan Sovia
51
Bab 51 Aku Akan Mencoba Untuk Ikhlas
52
Bab 52 Pulang 2
53
Bab 53 Berbaikan
54
Bab 54 Keluarga Adalah Segalanya
55
Bab 55 Pasrah
56
Bab 56 Kami Ingin Mengadopsi Si Kembar
57
Bab 57 Pergi Untuk Selama-lamanya
58
Bab 58 Kenangan
59
Bab 59 Ungkapan Rasa
60
Bab 60 Di Tolak?
61
Bab 61 Mabuk
62
Bab 62 Berbicara Pada Bintang
63
Bab 63 Apa Yang Terjadi Semalam?
64
Bab 64 Mencoba
65
Bab 65 Menemui Calon Istri
66
Bab 66 Perasaan Yang Terbalas
67
Bab 67 Pertunangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!